11.

9.5K 870 10
                                    

..

"Ade jangan lupa obatnya di bawa!"

Zuya mengangguk dan tersenyum sembari meninggalkan meja makan.

Menaruhnnya di dalam ransel, Zuya baru keluar dari Rumah sakit 2 hari yang lalu setelah 3 hari mendekam di sana.

Zuya tak pernah merasa bosan sebelumnya. Tapi, mungkin karna memiliki teman di sekolahnya, Zuya menjadi rindu dengan mereka, seperti menghabiskan waktu untuk bersama. Jadi Zuya sedikit penasaran.

"Mereka kangen ngga ya sama Aku?"

Wilona dengan tangan yang memegang kendali mobil meliriknya. "Siapa tuu?"

Zuya merona. Sadar akan ucapannya yang terlewat keras. Dia melirik Wilona malu-malu.

"Temen Zuya. Ada di sekolah."

"Temen apa temen?" Wilona menggodanya. Memasang wajah tak percayanya.

Zuya tertawa kecil. "Iya, beneran teman. Namanya Jane sama Difa."

Mengeratkan tangannya pada seatbelt. "George juga ... mm."

"Siapa tuh George?"

Zuya menggembungkan pipinya. Sebelum itu, Dia memperhatikan jalan dengan serius.

"A friend of mine ... he's pretty kind."

Wilona melirik Zuya. Adiknya tidak bisa berbohong ketika kedua pipinya bahkan memerah. Bahkan saat menyebutkan nama Jane dan Difa. Adiknya itu bertingkah biasa saja.

Namun, saat menyebut nama laki-laki yang tak pernah terdengar, Zuya malu-malu.

Ada apa dengan Adiknya itu?

"Naah, udah sampe Ade."

Zuya mengangguk. Mengambil tas di bangku belakang. "Dada kaka~"

Dia melambaikan tangan di balas dengan tindakan yang sama oleh Wilona.

Wilona masih memperhatikannya. Adiknya yang berjalan dengan pelan. Ketika masuk gerbang. Ada satu murid menghampirinya.

Tingginya yang jomplang membuat Adiknya yang terlihat lucu. Makin tak tertahankan.

"Siapa dia?"

..

"Pagi?"

"Oh! Pagi George!"

Zuya menyapa dengan semangat. Membuat George sendiri terkejut. Beruntungnya reaksi terkejut George tak terlihat.

Dia mengangkat tangannya. "Kenapa kemarin ngga berangkat?"

Mengusap daun telinga Zuya hingga menbuat wajah Anak itu kembali terasa panas.

"Mm- belum bole ... sama Papa." Kata Zuya.

George mengangguk paham. Keduanya berjalan dengan asik membahas apapun yang membuat mereka senang.

Zuya bahkan melepaskan segala tawa dari kepalanya.

"George."

Zuya terhenti. George di panggil siswi dengan rambut panjang sampai ke punggung.

Mendekat ke arah George. Zuya mendongak. Melihat George yang rupanya tengah memandang peremouan tersebut.

"Ke kantin yuk. Laper gue."

Dia, melingkarkan lengannya pada tangan George. Zuya yang melihatnya tiba-tiba saja merasa tak nyaman.

Azura (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang