13.

10.8K 1K 23
                                    

..


Semuanya tengah berkumpul. Termasuk Zuya di dalamnya.

Raon dan Max sibuk memanggang daging. Di bantu para asisten-asisten Rumah tangga yang siap siaga.

Untuk Rosa dan Wilona, mereka tengah menata piring-piring bersama sayuran yang akan di makan sebagai lalapan pelengkap daging.

Leon dan Andy, mereka membuat Racikan entah apa yang mereka? Zuya tak paham. Itu tercampur antara buah dan soda, serta susu.

Sedangkan Zuya duduk sendirian. Ingin membantu tapi tak di perbolehkan oleh mereka.

"Ade mau bantu, Mama ... boleh?"

Suara halusnya yang mengudara. Membuat Rosa mendekatinya, berdiri di belakangnya dan mengusap kepalanya.

"Ade duduk aja ya, bentar lagi selesai kok."

Zuya cemberut. Semua orang terlihat, sibuk, dan Dia malah di suruh bersantai, tak nyaman rasanya.

Ketika Raon mendekat, membawa piring berisi panggangannya, Zuya mendongak.

"May I help you, Papa?"

Raon tertawa. Mengecup dahi Zuya dan menggeleng setelah menatap Anaknya.

"Bentar lagi selesai."

Zuya menggembungkan kedua pipinya. Kakinya dia angkat, menempel tubuh atasnya. Hingga lututnya bisa menjadi penopang dagunya.

"Nah."

Andy menaruh pyrex di atas meja. Zuya yang melihatnya berdiri dan mengintipnya.

"Apa? Ade mau?"

Mereka semua menghentikan kegiatan. Menatap Andy dan Zuya secara bergantian.

"Heh! Kakakmu kok di panggil Ade tuh gimana?"

Zuya yang melihat respon itu ketakutan. Mungkin Ia salah  waktu mengiyakan syarat dari Andy.

Andy mendekat tanpa Ia sadari. Memeluknya hingga Zuya sendiri tenggelam.

"Liat nih. Emang yang begini cocok di panggil Kakak?"

Mereka menyipit. Lalu setelahnya mendekat semua setelah kerjaan masing-masing selesai.

Zuya mendongak, menatap Andy yang masih memeluknya.

"Ngga maksa kan Kamu?"

Andy menunduk. "Engga kan, Ade?"
Zuya menelan salivanya. Melirik mereka.

"Eng~ engga Mama."

Rosa mengangguk. Mereka semua diam. Zuya jadi merasa bersalah.

"Are you ... Mad, Mama?"

Rosa menatap Zuya sembari mengerutkan dahinya. Semuanya menatap Zuya, membuat mata Anak itu berkaca-kaca.

Dagu Zuya sudah mengerut menahan salivanya yang sulit tertelan.

Rosa tertawa. Mendekat dan memeluk Zuya. "Kok nangis sih? Hm? Siapa yang marah coba?"

Zuya menutup wajah dengan kedua tangannya. Sudah bawaan dari sananya. Zuya cukup sensitif dengan hati yang bersih.

Kamu akan mudah tersentuh atau merasa kan hal dengan mudah jika hatimu bersih.

Itu, cocok untuk Zuya.

"Nah- dari pada Ade nangis. Nih, makan dagingnya."

Wilona manaruh sepotong daging pada piring Zuya. Zuya yang masih terisak menghadap samping tubuhnya, di mana Wilona berada.

Azura (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang