Kita adalah ragu yang diyakinkan oleh waktu dan semesta, bahwa sejatinya rasa hadir tanpa diundang dan dipaksa. Ia datang mengetuk hati dengan caranya sendiri. Lalu tinggal bagaimana kita menanggapi.
[Pilihan yang Terbaik - Ziva Magnolya]
Dor!
Dorr!!
Dorrr!!!
Di tempat dimana dua tokoh utama tengah beradu sengit, terdengar ledakkan yang mengarah ke langit.
Di tempat dimana dua tokoh utama tengah menyingkirkan ragu di hati, segerombolan pria berpakaian serba hitam, muncul dan memenuhi setiap sudut halaman rumah sakit.
Dan di tempat dimana dua tokoh utama berdiri, disitulah mereka mulai mengakhiri apa yang selama ini jadi permasalahan semua orang.
Dengan sigap, Janu membalik tubuh—melindungi Nada. Meski di belakangnya ada beberapa orang yang mengawasi. Maka sebagai bentuk perlindungan, Janu genggam salah satu tangan Nada selagi atensinya dilempar ke sekeliling—menatap satu per satu anak buah Indra. Well, dia hapal muka-muka ini.
Muka-muka munafik.
Muka-muka berengsek.
Muka-muka penjilat.
"Mau apa kalian?" Janu berusaha tidak panik.
"Lepaskan keponakan saya, Janu," ujar Indra yang tahu-tahu muncul lengkap dengan seringai tipisnya. Janu jelas tidak paham. Keponakan? Keponakan siapa? "Nada itu keponakan saya, sepupunya Inez." Betapa terkejutnya Janu, jelas reaksinya itu memancing tawa geli Indra. "Oh, satu lagi. Asal kamu tahu, Nada itu bagian dari keluarga Koentjoro."
"Apa?!" pekik Janu, shock.
Tapi, tadi Inez sempat menjelaskan perihal hubungannya dengan keluarga Koentjoro.
Cuma masalahnya ... Inez tidak memberitahu apa pun soal Nada.
Ah, apa Inez juga tidak tahu?
"Saya nggak perlu jelasin secara detail, tapi Janu ... kamu nggak pantes bersanding dengan wanita baik-baik seperti Nada!" lanjut Indra, membuat rahang Janu kontan mengeras. Namun, ia masih menahan diri untuk tidak melawan. "Nada," panggil Indra kemudian.
"Pak Indra, tolong berhenti ganggu hidup saya," pinta Nada, yang berdiri di balik punggung Janu. "Saya nggak ada urusan sama Bapak. Dan kalaupun saya pernah ada salah sama Bapak, tolong bicarakan langsung, jangan kayak gini."
"Kamu nggak ada salah apa-apa, Nad. Tapi lebih baik, kamu jauhi laki-laki berengsek ini!" Tatapan Indra tersulih pada Janu. "Gara-gara dia, Inez hamil dan sempat depresi. Untung ada temen dari anak tiri saya yang bantuin Inez."
"Oh ya?" sahut Nada, melepaskan genggaman tangan Janu, lalu mendekati Indra.
Tentu Janu waswas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repair [TAMAT]
Romance#LOVESERIES WARNING! ⚠️ MENGANDUNG ADEGAN DEWASA ⚠️ BANYAK KATA-KATA KASAR ⚠️ DILARANG PLAGIAT ATAU MENYALIN KE PLATFORM LAIN ⚠️ CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD DAN KARYAKARSA [UNTUK BAGIAN FLASHBACK, ENDING, DAN EXTRA CHAPTER BISA DIBACA DI KARYAKA...