Sebenarnya apa yang tidak diketahui oleh orang terdekat Sean dan Wilma soal mereka? Tentu saja soal hubungan asli mereka.
Bener kok mereka gak pernah jadian dari dulu, gak pernah deket juga di sekolah setelah acara itu. Tapi di luar sekolah sih ada, cuman hebatnya mereka gak pernah ketahuan sama siapapun.
Seperti yang sudah diceritakan kemarin, mereka berdua ini memang ada rasa. Jadi gak perlu menebak siapa yang punya rasa, tinggal tebak aja alurnya mereka bagaimana.
Aslinya memang mereka saling mencintai tapi gak bisa bersama. Kenapa? Ada deh.
Hari ini adalah minggu terakhir Wilma libur semester kuliah, ngomong-ngomong soal kuliah sekarang Wilma baru semester 2 menuju semester 3.
Wilma senang bisa kuliah lagi, karena dia gak suka dengan rumahnya. Setidaknya kalo dia kuliah, dia punya banyak alasan untuk telat pulang ke rumah.
Oh iya, ternyata pertemuan terakhir Wilma dan Sean itu sudah terjadi sebulan lalu. Meskipun keduanya sama-sama memiliki libur kuliah yang berdekatan, tapi mereka gak pernah ketemu lagi.
Yap, mereka beda kampus. Tapi setelah pertemuan itu, harapan Wilma tetaplah sama.
Harapannya adalah pertemuan.
Malam hari sekitar pukul 10, Wilma pergi jalan-jalan tanpa motor scoopy miliknya di area taman hijau yang berada di sekitaran jalan raya. Jadi meskipun malam, tamannya tetap memiliki sinar dari lampu jalan dan juga tetap ramai dari suara mesin kendaraan.
Sekarang Wilma sedang dilanda rasa galau, ada sesuatu yang dia inginkan.
Tapi mungkin sulit untuk dilakukan lagi, melihat bagaimana kenyataan Wilma menjalani hidupnya sendiri.
"Gak lagi deh, kasihan." gumam Wilma sambil berjalan menyusuri taman dengan kaki yang sedikit menendang rumput liar.
"Tapi gue gak sanggup.." lanjutnya.
Terbayang bagaimana keseharian Wilma akhir-akhir ini yang cukup menyedihkan. Sebenarnya sama seperti dulu, tapi sekarang dia sendirian.
Langkah Wilma terhenti, dia menatap pohon besar di depannya.
"Hidup jadi manusia cape, mau jadi tumbuhan juga tetep aja bakalan disiksa manusia." ucap Wilma.
"Heh pohon, kamu kalo dipukul manusia bisa teriak sakit gak? Enggak ya kan? Tapi coba kamu teriak manusianya bakalan lari kaget,"
"Kalo gue, disiksa manusia terus teriak malah makin disiksa." tutur Wilma.
Perlahan dia pun mulai menangis sambil menatap pohon itu.
"Harus lari kemana gue.. gue sendiri selama ini, pohon." kata Wilma.
Wilma menatap sepatu kanvas putihnya yang ternyata sudah kotor. Dia baru sadar tadi sore hujan dan dia malah menendang rumput yang masih basah dan menyisakan tanah di sepatunya.
"Hon, gue lebih sedih ketika sadar ternyata gue masih punya rasa sama dia.. anjir lah!! Gue gak sadar diri terus. Ini makin nyakitin gue, pohon." tutur Wilma.
Air matanya semakin deras, Wilma segera menghapus air matanya dan juga menyeka lendir yang keluar dari hidungnya.
Meskipun sudah menangis, Wilma tetap ingin melihat pohon. Bahkan membayangkan ada orang lain yang bisa menemaninya disini.
"Wilmaa.." suara panggilan dengan suara berat tetapi berusaha diucapkan sehalus mungkin.
Wilma menoleh ke arah sumber suara, yang tepat berada di belakangnya.
Dengan tatapan seperti itu, Wilma hanya diam tanpa menjawab panggilannya.
Itu adalah Sean, orang yang dari tadi Wilma bayangkan bisa ada disini. Karena yang tau persis Wilma selalu pergi kemana itu adalah Sean.
Tapi kenapa ya mereka malah baru berpapasan lagi sebulan yang lalu selama satu tahun terakhir ini.
Apa karena sugesti Wilma yang merasa mereka berdua terlalu berbeda dan sebaiknya jangan pernah dipertemukan lagi. Tapi sekarang Wilma malah berharap sebaliknya.
"Oh bener, gue kira kunti bogel." ucap Sean.
Wilma bingung, mau nangis lagi atau tertawa. Emang boleh sekunti bogel itu??
Lagian siapa juga yang akan menganggap Wilma manusia normal disaat dia berdiri sendirian di taman sepanjang jalan dan hanya menatap pohon besar. Mana dia juga memakai baju putih.
"Hai.." sapa Sean lagi untuk memecahkan suasana kikuk antara mereka.
"O-oh hai.." balas Wilma dengan senyum tipis, matanya masih berkaca-kaca dan pipinya pun masih basah dengan air mata yang turun tadi.
"Lo kenapa malem-malem disini?" tanya Wilma.
"Lo sendiri?" tanya balik Sean.
Wilma hanya tersenyum dan menundukan kepalnya sekilas karena malu, tapi Sean sudah tau jawaban Winter apa.
"Udah makan? Mau makan nasi bakar gak?" tanya Sean.
"Enggak.." jawab Wilma dengan suara lembut, selembut itu sampai Sean menahan salah tingkah.
"Wil, sorry gue gak maksud body shamming. Tapi lo makin kurus gak sih? Baiknya kita makan supaya lo gak makin kurus," tutur Sean.
"Nah apalagi kalo udah nangis itu enaknya makan, terus nanti ngemil. Lo mau apa? Gue traktir deh!" lanjut Sean dengan menyeru semangat.
Wilma terkekeh, gak ada seorang pun di dunia ini yang tau kalo Sean aslinya tuh begini.
Dan Wilma malah balik berpikir, mengapa dulu mereka menjadi asing. Jika pertemuan sekarang Sean tetap menjadikan Wilma sebaik-baiknya.
"Sorry.." kata Wilma yang langsung menyeka air matanya, dia menangis karena pikirannya yang tadi itu.
Sean segara mendekat ke arah Wilma, dia ikut sibuk mengusap air mata yang malah semakin banjir di pipi Wilma.
"Ahahah.. maaf ya gue kalo udah nangis keterusan." ucap Wilma yang berusaha membawa suasana gak serius.
"Siapa lagi yang nyakitin lo sih, Wil?" tanya Sean sambil mengusap air mata Wilma.
"Gue lagi nangisin lo, kenapa ya.. kita terlalu beda." —Wilma.
"Gak adaa, gue emang cengeng aja." jawab Wilma.
Sean melepaskan tangannya dari wajah Wilma yang sudah memerah dan sedikit basah air mata.
"Bahkan setelah lama gak ketemu, lo masih gak bahagia ya?" tanya Sean.
Wilma terdiam.
Benar, Sean. Hidup Wilma justru semakin gak bahagia.
"Setidaknya kalo lo ngerasa kesepian, coba pergi keluar rumah sama pacar lo. Jangan sendirian begini, mana malem." saran Sean.
"Gue gak ada pacar." jawab Wilma.
Lagian Sean juga tau kok, itu mancing aja untuk memastikan.
"Ohh.. yaudah hubungin gue aja." kata Sean.
"Hmmm?"
"Hah? E-enggak." panik Sean.
Padahal emang Wilma gak denger Sean bilang apa, tapi Sean takut kalo dikasih tau bilang apa nanti Wilma kabur.
"Sean.." panggil Wilma yang mendongak menatap ke arah Sean.
"Iya?" sahut Sean.
"Lo masih sayang sama gue gak?" tanya Wilma.
Kali ini Sean yang terdiam.
Mau jadi friendzone bab keberapa ini, di jawab jujur juga Wilma pasti gak mau pacaran sama dia. Dijawab bohong takut Wilma malah kecewa.
Mereka berdua terdiam sambil menatap satu sama lain, dan disaat itu juga sebuah mobil di jalan raya melaju pelan.
Mobil itu menyalakan musik hingga bergema kencang ke luar, bahkan sampai terdengar ke taman. Musik itu pun menyanyikan lagu tepat dibagian ini saat melewati mereka.
"Kita yang berbeda. Kau dan aku bagai langit dan bumi."
KAMU SEDANG MEMBACA
wilma untuk sean; ssungwint
Fanfictionlocal au, sungchan winter "...it will be possible?" nonbaku, some chapter are harshword. by arxelinor 031223