Sabtu, 19 Juni 2013
Suasana pagi itu sangat menyenangkan. Kicauan burung burung di sauti oleh kokokan ayam ayam jantan. Matahari terus berjalan mulai menampakkan dirinya semakin ke atas, menandakan waktu terus berjalan.
Sayur.. sayur.. sayur..
Ibu penjual sayur pun segera berkeliling untuk menjajakan dagangannya setelah berbelanja sayuran dan segala rupa keperluan memasak di pasar subuh. Terlihat beberapa orang mulai sibuk dengan aktifitasnya masing masing, ada yang berbelanja sayur sembari menggosip, ada yang menyiram tanaman, ada yang bersiap berangkat kerja, ada pula yang baru pulang dari bekerja. Komplek ini benar benar menunjukkan adanya tanda tanda kehidupan.
Sementara itu, di salah satu rumah mewah blok C nomor 7, terdapat seorang gadis kecil yang tidak dapat tidur semalaman. Bagaimana tidak? Ini hari ulang tahunnya yang ke -7 sekaligus tahun pertamanya menjadi siswi sekolah dasar.
"Pagi, Non."
"Bibi!" Gadis kecil itu segera melompat dari kasur dan berlari kecil menghampiri pengasuhnya yang baru saja membuka pintu.
"Ayo, Non. Kita sarapan dulu terus Non mandi ya?" Ucap bibi sembari mengusap mata gadis kecil itu dari kotoran atau yang biasa kita sebut.. Belek.
Gadis kecil itu mengangguk cepat, "Pulang sekolah," ia mengangkat jarinya bersiap untuk menghitung, "Aku, Bi Inah, Papa, Mama, jadi kan rayain ulang tahun aku di taman?" Ucap gadis kecil itu sembari menunjukkan 4 jarinya yang terbuka.
Bi Inah terdiam, merasa kasihan kepada gadis kecil di depannya. Gadis kecil ini besar di keluarga kaya raya, tidak kekurangan satu apapun. Bahkan jika iya ingin sesuatu, ia hanya perlu untuk meminta dan voilaa apa yang dia mau langsung ada di depan mata. Akan tetapi, tidak ada manusia yang memiliki kesempurnaan dalam hidupnya, gadis kecil yang lucu ini tidak menginginkan apapun, ia hanya ingin kedua orang tuanya hadir saat dia meniup kue ulang tahunnya. Bi Inah tersenyum miris sembari mengangguk kecil, "Iya, nanti kita rayakan ya?"
🦋🦋🦋
"Aaah bibi! Papa Mama kemana sih?!" Gadis kecil itu telah menyelesaikan hari pertamanya di sekolah, dengan semangat langsung berganti baju, menggunakan kostum ibu peri warna ungu - warna kesukaannya - lalu menyeret Bi Inah untuk ke taman. Masalahnya, ini sudah lewat 30 menit waktu yang di janjikan oleh Papa Mama nya, tapi mereka tidak kunjung datang.
Bi Inah berjongkok, menyamakan tingginya dengan gadis kecil berkuncit dua yang matanya sudah memerah menahan tangis, "Non sabar ya, kita tunggu Papa Mama sebentar lagi. Gimana kalau non tunggu di ayunan sebelah sana? Biar gk bosen. Ini Bi Inah siapin kue nya dulu, biar kalau Papa Mama datang, non udah siap rayain dan piknik bareng." Ucap Bi Inah sembari menunjuk ayunan di ujung taman.
Gadis kecil itu mengangguk pelan, berjalan dengan lesu menuju ayunan yang dimaksud Bi Inah tadi. Ia duduk dengan kaki yang menggantung, menunduk ke bawah lalu mulai menangis dengan pelan. Merasa dunia tidak adil kepadanya. Kepalanya berisi banyak pertanyaan tentang apa dan mengapa.
Sementara ia menangis, gadis kecil itu terkejut karena seorang anak laki laki jatuh tepat di hadapannya, "Aduhh.." Anak laki laki itu menatap ke sekitar mencari sesuatu.
"Cari ini?"
Laki laki itu mengangguk melihat kacamata yang di cari berada di tangan gadis kecil itu, dengan segera mengambil dan memakainya.
"E-eh? Kenapa nangis? Aku gapapa kok, aku pakai baju dan celana panjang jadi gk luka." Ucap anak laki laki berkacamata itu sembari duduk di samping "peri" kecil.

YOU ARE READING
Terra & Terre
Romance"Jahat! Katanya lo ingat tentang kita? Lo temen gue kan?!" Lelaki itu tetap diam, lebih memilih untuk merapikan kembali buku buku yang berserakan. "Ter, please?" Lelaki itu masih membisu, kesabaran gadis itu sudah habis. "Lo suka sama gue kan? Jawa...