Warning!
Suicidal thoughts - suicidal behaviorNanami menarikmu ke dalam pelukan hangatnya. Tidak tega mendengar isak tangismu yang semakin menjadi, sesekali ia membisikkan 'aku minta maaf' atau 'aku tidak akan membiarkanmu sendirian lagi' atau 'keluarkan saja semua perasaanmu, sayang, aku akan menunggu' dan kata kata manis lainnya.
kamu masih belum melingkarkan kedua lenganmu pada tubuh pria yang sangat kamu sayangi itu. Entah kenapa seketika kamu tidak bertenaga untuk bergerak, bahkan rasanya bernapas saja sulit. Bagian yang paling sulit adalah berhenti menangis. Sesaat setelah isak tangismu mereda, kenangan-kenangan pahit beberapa minggu lalu kembali terputar di kepalamu. Namun, Nanami dengan sabar menunggu semua emosi itu keluar.
Sesekali Nanami menyeka air matamu dan kamu dapat melihat kedua matanya yang berusaha dengan tegar untuk menahan air mata. Ia bersikeras untuk tidak terlihat lemah disaat kamu sedang membutuhkan bahu untuk bersandar.
Saat tangismu sudah mereda, Nanami mulai mengutarakan pertanyaan yang sedari tadi sudah berputar di kepalanya,
"Apa.. kamu ingin aku pergi? bila iya.. tolong izinkan aku untuk berkunjung besok."
Kamu tidak langsung menjawabnya.
Raut wajah Nanami menggambarkan sedikit kekhawatiran dan takut. Mungkin takut bila kamu berkata 'iya' dan kalian harus berpisah lagi.
"Tidak" Balasmu.
Nanami menghembuskan napas dengan lega. Mungkin dirimu belum sepenuhnya memaafkan dirinya, namun ini adalah progres kecil yang bisa Nanami raih untuk kembali ke dekapan hangatmu.
"Baiklah.. Bagaimana kalau kita istirahat? hm?"
Kamu mengangguk pelan. Walaupun, pada akhirnya kamu berencana untuk terjaga sepanjang malam.
Dan.. benar saja..
Rasa kantuk tidak menyerangmu. Kamu terjaga semalaman hingga matahari terbit. Tidak ada rasa kantuk, lapar, ataupun keinginan untuk melakukan hal lainnya. Yang kamu rasakan hanyalah lelah..
Dekapan lembut Nanami sangat memberi kehangatan dalam dinginnya dunia ini. Tetapi, rasanya bukan ini yang kamu butuhkan..
"Hm? Kamu sudah bangun?"
Kamu mengangguk, berbohong.
"A..apa perasaanmu sudah baikan?"
Sangat terlihat jelas bahwa mungkin Nanami masih mencoba memahami luapan emosi dari pujaan hatinya. Ia bukan tipe pria yang dengan mudah memahami sikap wanita yang sedang dilanda ribuan emosi. Mungkin dalam hal romantis.. ia bisa saja menjadi ahlinya, namun.. soal kesehatan mental, Nanami belum sepenuhnya paham.
Ketidakinginan untuk tidur pun berlanjut hingga tiga hari dan Nanami mulai melihat perbedaan di wajahmu. Tidak ada lagi sinar dan keceriaan yang terpancar kan.. hanya ada kekosongan hati.
Hari ini..
Hati Nanami berhasil hancur berkeping-keping. Ia melihat kedua lenganmu penuh dengan luka sayatan dan darah. Nanami pun segera mengambil handuk bersih untuk menghentikan pendarahan dari kedua tanganmu. Raut wajahnya sangat terkejut dan terlihat sangat ketakutan.
Kamu heran.. apa yang ia takutkan?
Apakah ia takut karena dirimu bertindak diluar dugaan dirinya?
Kedua tatapanmu kosong. Entah berapa kali Nanami bertanya dan tidak ada jawaban dari dirimu. Hingga Nanami memutuskan untuk membawa ke dokter kejiwaan. Dan.. ketakutan terbesar Nanami menjadi kenyataan...
Kamu harus dirawat intensif di rumah sakit.
Satu minggu pun berlalu tanpa pertemuan antara dirimu dan Nanami. Ini sudah kelima kalinya ia menangis dalam kurun waktu tujuh hari. Ia merindukanmu, merindukan dekapan hangatmu, merindukan senyum manis wajahmu, dan terlebih ia merindukan keadaan dirimu sebelum insiden shibuya terjadi.
Nanami menangis hingga beberapa kali kehabisan napas dan harus memaksa diri untuk tenang. Bila tidak demikian, mungkin ia akan pingsan.
Nanami terus menyalahkan dirinya sendiri.
Perkataan dokter kemarin benar - benar menghancurkan Nanami secara jiwa maupun mental. Ia berusaha mengunjungi dirimu kemarin, namun dokter tidak memperkenankan. Ditambah dengan pernyataan bahwa dirimu yang berkata pada dokter bahwa kamu tidak ingin bertemu Nanami untuk beberapa waktu.
Belum selesai dokter menjelaskan, Nanami hanya memberikan anggukan kecil pada dokter tersebut dan pergi secepat mungkin.
Setidaknya.. apakah hari ini Nanami bisa memberikan masakan kesukaan dirimu?
Ia tidak tahu, tetapi akan mencoba.
Nanami pun membersihkan diri dan bergegas menuju Rumah sakit dimana dirimu dirawat.
Hal itu terulang kembali. Dirimu masih tidak ingin bertemu Nanami, namun sang dokter menahan Nanami untuk berbicara sedikit, meluruskan apa yang seharusnya tidak menjadi kesalahpahaman. Mungkin dokter tersebut melihat betapa terpuruknya Nanami di posisi ini.
Dokter berkata bahwa ketidakinginan dirimu untuk bertemu dengan Nanami bukan lah karena kebencian, melainkan rasa takut. Nanami yang mendengar hal itu hampir saja menangis, namun dokter melanjutkan, bahwa rasa takut yang dirimu alami adalah rasa takut akan kehilangan yang besar hingga dirimu memilih untuk menghindari Nanami.
Butuh waktu agar dirimu memahami bahwa dibalik rasa takut tersebut, tersimpan rasa kasih sayang yang sangat dalam.
Mendengar ini, air mata Nanami terjatuh, walaupun ia masih berusaha menahan diri sekuat tenaga untuk tidak terlihat lemah.
Dokter menyuruhnya untuk menunggu..
Dan ia pun berjanji akan menunggu, walaupun ia harus menunggu seumur hidup, ia akan melakukan hal itu.
Menunggu.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Emotions [Nanami Kento]
FanfictionBagaimana jika kamu bisa menyelamatkan Nanami dari genggaman kematian? Jujutsu Kaisen Alternate Universe. Warning. Might Out of Character!