05. DIGODA

104 42 1
                                    

Seusai tarikan dari tangan besar itu terlepas, Lyora buru-buru berjalan menuju pintu keluar setelah menempatkan beberapa uang ke atas meja bundar. Ardhan menatap kesal, langsung saja menyusul sebelum tiba-tiba dirinya dikagetkan dengan pekikan salah satu pelayan.


"Hei, Mas. Makanannya belum dibayar, loh, mau kabur, kah?" Pernyataan itu seolah mencorengkan harga diri Ardhan yang setinggi gunung Everest. Dirinya menatap sinis gadis yang kini menatapnya garang. Menelusupkan sebelah tangannya disaku celana lalu mengeluarkan beberapa lembaran uang dari dompet hitam ditangannya.

"Nih, dipikir gue orang miskin, pakek nggak bayar segala," cetusnya.

"Habisnya belum dibayar udah mau pergi aja," balas orang itu sembari menjangkau uang dari Ardhan.

"Terserah. Orang ganteng mau pergi, bye." Setelahnya, Ardhan langsung berjalan dengan angkuh.

"Ganteng-ganteng, kepedean." Orang itu mendengus.

Sementara di luar, Ardhan celingak-celinguk mencari sosok gadis yang sekarang tengah berdiri dibawah pohon sembari bersedekap dada. Karena ia yakin, cowok yang berstatus mantannya itu akan terus mengikutinya. Lebih baik, cari aman saja. Lagipula, dia juga butuh cowok itu sekarang.

"Woi, mantan. Sini!"

Ardhan tersenyum lebar. Dipanggil seperti itu, jiwa kepedean naik drastis. Segera ia berjalan sambil menelusupkan tangannya disaku depan. "Kenapa? Apa aku bilang. Kamu itu nggak bisa hidup tanpa aku," ucapnya.

Lyora menarik sudut bibirnya. Sembari bola matanya memutar keatas. "Aku cuman minta buat dianterin. Aku juga bertahan hidup karena makanan, jadi ... aku bisa hidup tanpa you."

Ardhan mendelik. "Bilang aja kali. Orang ganteng memang selalu jadi juara."

"Ardhan."

"Iya, sayang? Kenapa? Mau balikan? Ayo aja aku, mah!"

Gadis dengan jepit pita itu mendengus kesal. Sepertinya Ardhan sudah gila. Putus lalu balikan dalam beberapa menit, pastinya Ardhan sudah tidak waras. Dia pikir Lyora segampang itu.

"Aku nggak mau balikan sama you. Lagian kita baru putus, masa balikan lagi."

Ardhan menaikkan satu alisnya keatas. "Emangnya kenapa? Ada undang-undang nya, kah? Gini, ya, sayang ... mau balikan setelah putus satu menit itu urusan kita. Perasaan kita, bukan undang-undang."

Lyora sebenarnya jengah sendiri dengan kelakuan cowok itu. Pernyataannya selalu diluar nalar dan sangat tidak nyambung.

"You ngomong apa, sih?" Lyora kesal, lalu memukul bahu tegas Ardhan yang sekarang tengah bersandar dibatang pohon.

"Ngomongin kita. Apa lagi?"

"You gila tau nggak!" Lyora sebal. Lagi-lagi memukul Ardhan dengan tas pink soft miliknya.

"Kamu nggak mau balikan lagi sama aku? Kamu nggak sayang sama aku lagi? Pasti kamu selingkuh, kan?" Cowok itu menatap Lyora dengan pandangan menuntut.

"Nggak ada! Seling-"

-Tuh, kan! Kamu selingkuh!" Ardhan langsung berdiri tegak lalu mengguncang bahu kecil Lyora.

LyorArdhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang