Keduanya saling terdiam di sepanjang jalan. Kondisi jalanan yang sepi serta pemandangan pagi yang mulai menerang mengambil seluruh atensi Jimin. Ia bahkan tidak sadar jika lelaki di sampingnya beberapa kali memanggil namanya.
"Jimin?" Menepuk pundak Jimin untuk menarik perhatiannya.
"Y..ya?" Jimin menoleh dan membenahi posisi duduknya.
"Kamu belum bercerita tentang mengapa kita pindah dan kemana kita setelah ini?"
Jimin menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Suga.
"Aku sudah memutuskan untuk meninggalkan Hobi dan memilihmu. Kita akan hidup bersama dan kamu pernah bilang padaku kalau kamu memiliki rumah di Daegu. Tidak apa kan jika kita tinggal di sana?" Mengakhiri ucap dengan senyum tipis yang menghiasi wajahnya. Setelahnya kembali mengalihkan pandang ke arah jendela, melihat pemandangan luar yang lebih menarik untuknya.
Suga yang sedari tadi memperhatikan hanya bisa diam. Di kepalanya banyak pertanyaan karena jujur Jimin terlihat berbeda baginya. Entahlah, sepertinya ada sesuatu hal yang ia sembunyikan dari dirinya. Tapi bisa jadi juga itu adalah perasaannya. Suga segera menggeleng untuk menghentikan pikiran-pikiran itu dari kepalanya.
"Jim, you oke?" Suga dengan keraguannya bertanya. Memastikan jika pemikirannya salah dan berharap jika lelaki itu sedang baik-baik saja.
"Ya, i'm oke." Mengakhiri kata dengan senyuman. Tangannya terulur untuk membelai pipi Suga, meyakinkan bahwa ia sedang baik-baik saja.
***
Pukul delapan pagi mereka sudah memasuki kawasan Daegu. Suga sengaja menghentikan bus dan mengajak Jimin turun di salah satu halte yang dekat dengan kawasan pertokoan. Ia berniat mengajak Jimin mencari kedai makanan mengingat sejak kepergian mereka semalam, mereka belum sempat untuk makan. Mereka berjalan dan melihat-lihat kedai makanan yang buka dan memilih salah satu yang cocok bagi mereka."Ingin memesan apa?" Tanya Suga sembari membuka buku menu yang tersedia di loket pemesanan.
"Samakan saja denganmu." Suga hanya mengangguk meski merasa aneh dengan sikap Jimin. Biasanya ia paling semangat dalam memilih menu makanan, tapi sekarang? Bahkan untuk melihat menu saja rasanya enggan.
"Saya memesan ttaro gukbab 2 dan napjak mandu 1. Minumnya air mineral dan kopi."
"Baiklah."
Suga dan Jimin memilih tempat duduk tak jauh dari loket pemesanan.
Terdiam beberapa saat. Suga memperhatikan gelagat Jimin yang masih sama seperti sebelumnya. Entah mengapa, Jimin terlihat seperti... tidak bahagia?
"Hei, kamu seperti sedang memikirkan sesuatu. Ada apa? Apa ada hal yang ingin kamu sampaikan?" Tanya Suga sembari menggenggam tangan Jimin.
Jimin menelan ludah susah payah. Tenggorokannya serasa mengering dan segala kata terasa mencekat. Entahlah, ia terlalu bingung untuk memulai dari mana.
"Suga, seberapa besar kamu mencintaiku?"
Dari banyaknya kosa kata, hanya kalimat itu yang keluar. Jimin tidak paham, apakah ia hanya menginginkan kepastian?
"Aku sangat mencintaimu. Kamu tentu tahu seberapa besar itu. Kenapa? Apakah kamu meragukanku?"
Jimin terdiam. Ia sendiri tidak tahu apakah ia ragu dengan Suga atau bahkan ia ragu dengan dirinya sendiri. Ia menjadi asing dan seperti tidak mengenal dirinya sendiri.
"Apa kamu bersedia mati untukku?"
Suga cukup terkejut dengan pertanyaan itu. Namun dengan tegas ia mengangguk, "Iya, aku bersedia mati untukmu. Tapi..." Ia menjeda ucapannya dan menatap tajam netra Jimin di depannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/353216428-288-k992000.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain [KV] END
FanfictionMenjadi idol terkenal di Korea, siapa yang tidak menginginkannya? Tapi kenapa Jungkook begitu bosan dengan dunianya? Apakah hidupnya akan berubah? Jika iya, Jungkook akan sangat senang menjalaninya. WARNING! 🔞 BXB