/chapter 3/

218 25 8
                                    

ANA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ANA

"Na, yang bener lo diputusin setelah pacaran empat tahun sama si Damian di dalem mobil di depan rumah lo?!" tanya Jihan tidak percaya.

Ana menghela napas. Jangankan Jihan, dia yang diputusin Damian juga masih belum bisa percaya sampai saat ini.

Sekarang sudah resmi 24 jam sejak Damian memutuskan bahwa dia sudah tidak mau lagi berpacaran dengan Ana. Hari ini, Ana hanya menghabiskan harinya dengan tiduran, berusaha mencerna apa yang terjadi pada dirinya. Perasaannya masih sangat campur aduk dan Ana masih belum bisa memutuskan mana emosi yang lebih menguasai dirinya karena dia merasa sedih, marah, bingung, dan kecewa sekaligus.

Seharian ini, Ana mematikan ponselnya dan memutus kontak dengan dunia luar. Dia meliburkan pegawai-pegawainya yang seharusnya datang untuk mengurus pesanan. Paket sisa pesanan yang belum dia kirimkan pun dia titipkan kepada Mbak Aya untuk dikirim. Untungnya, kakaknya yang sudah mengetahui kondisi Ana bersedia membantunya. Mbak Aya juga dari tadi bolak-balik mengecek kamar Ana, mungkin khawatir kalau-kalau tiba-tiba Ana berhenti bernapas di kamarnya. Mungkin karena khawatir itu ditambah kasihan melihat adiknya, Mbak Aya kemudian menelepon Jihan dan meminta tolong teman Ana itu untuk menemani Ana tanpa diminta.

Jihan merangkak naik ke kasur Ana dan merangkul temannya itu. "Gimana perasaan lo sekarang, Na?"

Ana menatap perempuan berkerudung dengan kacamata yang selalu siap sedia mendengarkan ceritanya tentang Damian. Ana jadi ingat pertama kali kenal Damian saat reuni SMA. Damian adalah kakak kelasnya waktu SMA, tetapi Ana tidak pernah mengenal Damian saat sekolah dulu. Baru saat reuni itu, Ana kenal dengan Damian. Kebetulan saat pulang dari acara, mereka sama sama menuju ke Tangerang–Ana pulang ke rumah, sedangkan Damian mengunjungi rumah temannya. Jadilah mereka pulang bareng dan sewaktu di jalan mereka menghabiskan waktu untuk ngobrol ini-itu, ternyata mereka kemudian merasa lumayan cocok. Dari situ, mereka mulai dekat dan mulai pacaran beberapa bulan kemudian.

Dari awal Ana pacaran sama Damian, yang pertama kali tahu ceritanya ya Jihan. Ana dan Jihan sudah kenal dekat sejak SMP karena rumah mereka yang berdekatan. Awalnya, rumah mereka persis sebelah-sebelahan dan mereka juga masuk SMP yang sama, tetapi waktu SMA, Jihan pindah rumah ke kompleks sebelah dan masuk SMA yang berbeda juga. Namun, mereka tetap berteman dekat sampai sekarang, dan karena mereka sama-sama masih tinggal di rumah kecil mereka dulu, Ana dan Jihan jadi saling siap untuk menghampiri satu sama lain kalau sedang ada masalah seperti saat ini.

"Nggak tahu Han," jawab Ana sambil menenggelamkan kepalanya di bantal yang dia pangku. "Gue tuh bingung, salah gue apa kok tiba-tiba dia mutusin gue. Dan bisa-bisanya dia bilang dia udah pengin mutusin gue dari lama tapi dia undur karena dia mau naik jabatan di kantor?! Jadi sebenarnya dia udah nggak niat pacaran sama gue sejak kapan? Iya sih, gue udah merasa nggak dijadiin prioritas sama dia, tapi ya gue pikir karena dia sibuk aja, Han, tapi ya liat sendiri aja! Bahkan mutusin gue aja nunggu naik jabatan dulu biar nggak nambah-nambah urusan dia!" keluh Ana, menumpahkan semua uneg-unegnya.

Pesan-pesan di Balik LayarWhere stories live. Discover now