Bab 5b

2.7K 367 23
                                    

Para pejabat eksekutif dan peserta rapat sedang rehat di ruang santai. Setelah pertemuan hampir sepuluh jam, mereka memutuskan untuk menyudahi sesi hari ini dan akan dilanjutkan esok pagi. Jayde sudah melepas jasnya, duduk di lounge bersama Neil. Ia sedang sibuk mengirim pesan saat sosok adiknya mendadak muncul dan duduk di hadapannya.

"Heh, ngapain kamu kemari?" tanya Jayde heran.

Jared mengangkat bahu. "Gabut di rumah makanya datang. Emangnya nggak boleh nyusulin kakak sendiri?"

Jayde tidak bisa menahan decakan melihat tingkah adiknya yang kenak-kanakan. Ia sudah menawari posisi di perusahaan agar Jared bisa bekerja, tapi adiknya justru memilih untuk lantang-luntung saja. Kalau pun bekerja tidak melakukan sesuatu yang serius. Semua tingkahnya membuat gemas kedua orang tua mereka tidak terkecuali Jayde sendiri. Meskipun sangat sayang pada adiknya, tapi juga ingin Jared mandiri. Semuanya demi masa depan masing-masing karena tidak selamanya bisa bergantung.

"Makanya kerja, biar nggak gabut!"

"Hah, ada Kakak ngapain aku kerja? Lagian, biarpun aku kerja banting tulang sekalipu, yang selalu dipuja, dipuji, dan dianggap hebat hanya kamu!"

Nada getir dalam kata-kata Jared membuat Jayde terdiam. Ia mengerti kesulitan adiknya yang selalu dibanding-bandingkan dengan dirinya. Memang tidak nyaman tapi mereka tidak mungkin menutup mulut orang-orang, yang perlu mereka lakukan hanya mengabaikan dan Jared sulit melakukan itu.

"Dari pada kamu mengeluh tentang pandangan orang-orang, kenapa kamu nggak tunjukkan ke mereka kalau kamu bisa?" tutur Jayde. Mengambil vape dan mulai mengisapnya. Saat ini ia sedang tidak ingin merokok dan vape adalah alternatif. "Jangan cengeng jadi laki!"

Jared menyandarkan kepala di sandaran sofa. "Mau gimana lagi? Mana sekarang Mami dan Papi minta aku cariin Kakak jodoh. Kalau nggak, mereka akan potong jatahku. Yang benar aja! Orang tua kita takut Kakak jadi gay, karena kemana-mana sama laki-laki. Makanya aku pesanin cewek kemarin. Gimana, asyik nggak? Asyik, dong. Sampai nambah hari." Jared tergelak, sambil mengedipkan sebelah mata.

Jayde tidak menanggapi perkataan adiknya. Pikirannya seketika tertuju pada Erica yang sexy dan menawan. Tubuh gadis itu membuatnya kecanduan. Kalau bukan karena pertemuan penting, bisa jadi mereka bersama satu malam lagi. Jayde tidak keberatan melakukannya lagi asalkan Erica mau.

"Jangan lakukan hal bodoh seperti itu lagi," tegur Jayde. "Aku bisa mencari sendiri gadis untukku. Awas kalau kamu main-main lagi sama obat perangsang."

"Hah, jadi Kakak tahu? Hebat bukan. Kata Arifin, cewek yang temani Kakak malam itu aku kenal. Entah siapa aku nggak tahu, karena Arifin yang bilang." Jared berdecak sambil menggeleng. "Sial, aku jadi pingin juga."

Neil muncul setelah selesai menelepon. Duduk di samping Jared dengan heran. "Anak kecil ngikut aja!"

"Iya, Kakak. Aku memang anak kecil!" Jared menyergap sarkas.

Tidak menanggapi sarkasme adiknya, Jayde bertanya pada Neil yang kini mengisap Vape. "Gimana, Niki? Sudah kangen padahal baru dua hari berpisah."

Neil tertawa. "Boro-boro dia kangen. Katanya hari ini sibuk cari souvenir sama Erica dan tanteku. Terlalu capek, Erica nginap di rumah. Syukurlah, Niki ada teman mengobrol."

Jared menyahut cepat saat nama Erica disebut. "Erica ada di rumahmu? Kebetulan sekali, malam Minggu aku ada pesta dan harus punya pasangan, aku akan ajak Erica, ah!"

Jayde tersedak asap dan terbatuk-batuk. Melotot pada adikya. "Hanya pesta saja yang kamu pikir."

"Emang, hidup buat dinikmati. Lagian, Kakak nggak bakalan ikut ke pesta malam Minggu ini. Bukan karena nggak mau ngajak, sepertinya Mami punya rencana perjodohan dengan siapa gitu. Sorry, aku mau senang-senang sama Erica."

Neil tergelak mendengar perdebatan kakak dan adik di depannya. Ia sendiri tidak punya saudara kandung dan melihat keakraban mereka membuatnya iri.

"Terima saja perjodohannya, Jayde. Kamu terlalu sibuk buat mikirin jodoh."

Perkataan Neil diberi acungan jempol oleh Jared. "Setujuu! Biar aku aja yang happy di pesta bersama Erica. Ntar aku telepon dia, ah. Semoga Erica mau."

Entah kenapa Jayde merasa kesal dengan perkataan Jared. Biasanya ia tidak peduli dengan apa pun yang dikatakan adiknya, tapi kali ini tidak bisa diam saja. Jemarinya gatal ingin mengirim pesan pada Erica dan mengatakan pada gadis itu untuk menolak Jared tapi menahan diri untuk bersikap lebih rasional.

Ternyata apa yang dikatakan Jared menjadi kenyataan. Saat kembali dari Singapura, sang mami mengatakan kalau ada pertemuan dengan anak seorang relasi.

"Anaknya cantik, usianya sudah cukup untuk menikah. Punya usaha skincare dan klinik kecantikan. Namanya Davina, kamu pasti menyukainya."

Jayde dengan segala cara menolak pertemuan itu tapi sang mami memaksa.

"Kalau kamu nggak mau pergi ke pertemuan ini, mami tidak akan membiarkan hidupmu tenang, Jayde."

Sebuah ancaman yang tidak masuk akal, meski begitu Jayde tidak berani membantah maminya. Dengan terpaksa ia menyetujui untuk datang ke kencan buta. Diam-diam ia mengirim pesan pada Erica yang akan menyelamatkannya nanti.

"Erica, ini Jayde. Aku akan membayar berapapun yang kamu mau, kalau kamu membantuku. Gagalkan kencan butaku, dengan cara apa pun."

Balasan Erica datang satu jam kemudian. "Dengan cara apapun?"

"Iya, apa pun itu. Aku akan mendukungmu."

"Berikan alamat dan waktunya, Pak. Aku harus atur jadwal."

Jayde tersenyum cerah, dengan Erica datang ke kencan butanya nanti, berarti tidak akan ke pesta bersama Jared. Ia merasa cukup puas dengan rencananya sendiri.
.
.
Di Karya karsa update bab 30.

I Love The Way You TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang