i don't say i love u, i say i draw u.

1 0 0
                                    

     Di sebuah Sekolah Menengah Atas yang penuh warna, Fana, seorang siswi dengan bakat yang luar biasa pada bidang seni lukis, diam-diam mengagumi kakak kelas yang bernama Evan. Evan adalah siswa kelas 11 yang memang terkenal karena kemampuan dia dalam bermusik. Dan juga Evan terkenal karena ketampanan, karisma, dan sifatnya yang hangat serta baik hati. Tentu saja Fana yang hanya siswi kelas 10 tidak punya keberanian sebesar itu untuk sekedar berkenalan dengan Evan, apalagi untuk menyatakan soal perasaan yang ia pendam pada sang kakak kelasnya itu. Ia hanya bisa mengagumi sang kakak kelas dari kejauhan.

    Setiap hari pada jam istirahat, Fana selalu memilih untuk duduk di selasar perpustakaan. Karena dari sana ia bisa memandangi Evan yang melewati lorong menuju kelasnya. Fana senang sekali menggambarkan sang kakak kelas itu sembari mendengarkan lagu-lagu yang pernah Evan cover. Setiap detail wajah Evan terpatri dengan indah di lembar kertas sketchbook nya. Fana menggambarkan Evan dengan penuh rasa cinta kasih yang tulus, menciptakan gambaran-gambaran yang penuh kehangatan dan pesona sang kakak kelas. Menurut Fana, menggambarkan keindahan sang kakak kelas adalah salah satu bentuk ia dalam menyampaikan perasaan cintanya yang terpendam.

     Setiap sudah menyelesaikan gambarannya, Fana meletakkan gambarannya di depan kelas Evan tanpa seorang pun yang mengetahui. Ia berharap, suatu hari nanti Evan akan menyadari bahwa ada seseorang yang selalu mengagumi nya dari kejauhan. Meski gambar demi gambar yang ia simpan di depan kelas Evan, Fana tidak pernah menyantumkan identitasnya, dan begitu pun Evan yang tidak pernah tahu siapa yang mengirimkan nya gambaran-gambaran itu. Perasaan Fana kini terkumpul menjadi gambaran-gambaran dan baginya itu sudah cukup untuk mewakili rasa cintanya pada Evan.

    Dan di sisi lain, Evan selalu menyimpan dengan baik setiap gambar yang ada di depan kelas nya itu. Ia selalu penasaran dan menunggu ada orang yang mengakui bahwa itu adalah hasil karya nya. Evan sangat ingin tahu siapa sosok misterius yang ada dibalik karya-karya yang begitu indah ini. Ia pun selalu terkagum-kagum saat melihat coretan pensil yang menggambarkan dirinya seindah dan sedetail itu, mau berapa kali pun ia mendapatkan gambaran lagi, tetapi Evan tidak pernah merasa bosan untuk mengagumi coretan-coretan indah itu. Terkadang, di tengah keindahan karya seni itu, ia merasa seakan-akan terhubung dengan pelukis misterius itu, seolah-olah pesan yang terkandung dalam lukisan-lukisan itu ditujukan langsung padanya.

    Di saat teman-teman Evan bertanya pada dia siapakah yang menggambarkan dirinya seindah itu, Evan hanya bisa menjawab dengan senyum misterius dan berkata "Aku juga tidak tahu siapa yang selalu menggambar diriku ini. Tapi, ini sungguh mengagumkan, bukan?"

    Pada suatu hari, sekolah mengadakan sebuah pameran seni, dan Fana memutuskan untuk ikut serta dalam pameran tersebut dengan mengirimkan lukisan Evan sebagai karyanya. Tetapi, Fana tetap menyembunyikan identitasnya. Pameran itu bisa menjadi wadah agar Fana dapat menunjukan lukisan yang mewakili rasa cintanya pada Evan kepada seluruh warga sekolah, termasuk Evan.

    Evan mengunjungi pameran seni tersebut, dan atensinya tertuju pada satu lukisan yang terasa familiar untuknya dan lukisan itu terasa hidup baginya. Lukisan itu menggambarkan sebuah lelaki yang sedang memainkan gitar nya dengan suasana panggung sekolah dengan wajah yang terekam begitu indah. Evan mendekati lukisan tersebut, ia mengamati lukisan tersebut dengan seksama. Ia berdiam diri di depan lukisan tersebut cukup lama, sampai akhirnya Evan menyadari bahwa lelaki yang ada di lukisan itu adalah dirinya dan juga ia menyadari bahwa lukisan itu dan gambaran-gambaran yang sering ia dapat mempunyai art style yang sama. 

    Evan sangat kagum dan terkesan dengan lukisan itu. Ia mencoba mencari tahu siapa pemilik lukisan itu. Tetapi pada lukisan itu tidak ada identitas pembuat karya sama seperti pada gambar-gambar yang sering ia dapatkan. Ia mencoba menanyakan siapa yang ada dibalik lukisan itu kepada panitia-panitia, tetapi hasilnya nihil, Evan sama sekali tidak bisa mengetahui siapa dibalik karya seindah itu. Perasaannya kini menjadi campur aduk antara kebingungan dan kekaguman. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

i draw you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang