BAB 1

521 60 7
                                    

"ASA! GUE ITUNG SAMPE LIMA, KALO LO GAK TURUN GUE TINGGAL!"

Teriakan itu menggelegar memenuhi seisi rumah pagi ini, bahkan gadis yang barusan namanya dipanggil pun cepat cepat menyelesaikan merias wajahnya.

"GAK SABARAN BANGET LO JADI ORANG!" Balas berteriak dihadapan orang yang sudah rela menunggu hampir satu jam disana.

"Shhhss bacot! Buruan elah, gue telat gara gara nunggu lo make up an doang"

"gak usah centil, lo make up gak make up pun tetep jelek" Lanjutnya sambil berjalan keluar meninggalkan sahabatnya yang sudah kesal

"Adip, gue totok ya mulut lo!" Ikut berlari mengejar

Asa atau yang bernama lengkap Viyasa Fathia. Seorang siswi SMA kelas akhir.

Lalu orang yang barusan membuatnya kesal itu adalah Madipa Nandalio, gadis pendiam dan hanya berteman dengan asa dan roniel.

Karena rumah yang berdampingan, membuat mereka dekat dan selalu bersekolah di tempat yang sama. Lebih tepatnya asa yang menginginkan, ingin terus bersama madipa, sahabatnya.

"ADIP, PELAN PELAN DONG! GUE GAK MAU MATI SEKARANG YA!"

Jelas saja teriakan itu membuat semua pasang mata di jalanan melirik kearah mereka, bagaimana tidak? ia membawa motor nya dengan kecepatan tinggi, bahkan bisa di bilang ugal ugalan.

Tidak dihiraukan, dipa berhasil mendaratkan motornya dengan selamat hanya dalam kurun waktu 15 menit, yang biasanya menghabiskan waktu setengah jam.

"Gue bilangin mama lo kebut kebutan di jalan!" Ujar asa yang belum turun dari motor

"Ya itu karena lo lama asa! Ntar telat nyalahin gue juga, cewek jelek!"

"Turun anjir, ngapain masih nangkring di motor gue" Lanjut nya

Asa mendengus, tapi tetap menuruti ucapan adip. Mendongakkan kepala. Dipa yang mengerti segera membukakan pengait helm yang asa pakai.

"Udah sana kekelas" titah dipa

"Lo mau kemana? katanya takut kesiangan" Balas asa dengan mata menyeldik

"Lo mau bolos kan sebenernya?" Tebak asa yang membuat dipa memutar bola mata malas

"Di sekolahin tapi gak kepake, gue mau beli makan dulu" Balas dipa meninggalkan asa di belakang, lelah dengan kelemotan sahabatnya.

Jika ingin bolos kenapa ia harus kebut kebutan?

Mulut itu membulat paham, lalu menahan tangan dipa.

"langsung ke kelas aja, gue bawa bekel. Lo tau? Gue telat juga karena bikinin bekel dulu buat lo!" Mata itu mendelik, namun dengan tangan yang masih mengapit lengan dipa.

"Gue kan gak ada nyuruh lo bikin bekel"

"Dih? orang mah terima kasih udah effort di bikinin bekel"

"Yaudah yaudah makasih"

Keduanya berjalan beriringan dengan tangan yang saling terpaut karena asa yang tak melepaskan. Sesekali gadis ekstrovert itu membalas sapaan orang, berbeda dengan dipa yang sudah menyumpal telinganya menggunakan earphone agar tidak ada yang mengganggu nya pagi ini, meski sudah di berisikan oleh asa.

Sampai di kelas, mereka duduk di bangku dipa yang paling belakang, lalu asa mengeluarkan kotak makan itu dari tas dan menyimpan di atas meja.

"Satu?"

Asa mengangguk "Buat lo doang, soalnya gue tau kalo lo gaakan sarapan di rumah, jadi daripada beli, gue bikinin aja sekalian tadi."

Dipa tersenyum samar dan segera membuka kotak bekalnya, namun wajahnya yang biasa datar itu terkejut melihat isi yang asa siapkan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

necessitudinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang