00.00

41 9 0
                                    

☾⋆。𖦹 °✩⋆

"Ramalan tahun ini bilang, desa kita akan mengorbankan seorang gadis." Ungkap salah satu gadis manis yang bersama dua temannya.

Salah satu gadis cantik mendelik dan menatap gadis manis itu dengan wajah terkejut. "Benarkah? Ku harap itu bukan aku." Celetuknya.

"Yah..Katanya sih, roh penjaga yang biasa melindungi desa ini membutuhkan seorang pengantin." sambung gadis cantik lainnya. "Kalau aku, sudah jelas tidak mau. Si naga itu, pasti dia memiliki wajah yang jelek."

"Kalian! Bukannya membantu malah sibuk bergosip!" sindir gadis yang baru datang membawa dua keranjang berisi buah buahan dan sayur sayuran

Gadis yang menyindir itu melirik ketiga gadis di depannya dengan wajah kesal. Gadis itu– May memberi mereka lirikan sinis dan pergi.

"Sinis sekali." goda kedua gadis itu dan mulai membantu May membawa buah buahan dan sayuran itu.

Ketiganya berjalan pergi ke rumah bersama sama. Karena keduanya satu atap dengan May.

"Oh ya," Si gadis manis bernama Xavier memulai pembicaraan lagi, "Lusa May berulang tahun, kan?" tanyanya.

May mengangguk kecil. "Tujuh belas tahun, ya?" tanya  si cantik.

"Dasar! Dia akan menginjak umur dua puluh, Kira bodoh!" geram Xavier. Sementara Kira hanya tersenyum lebar tanpa merasa bersalah.

Xavier dan Kira sudah May anggap sebagai adiknya sendiri meskipun mereka hanya berteman, karena sejak kecil mereka selalu bersama dan May selalu melindungi mereka ketika anak anak nakal di desanya merundung mereka.

Mereka ceroboh dan mudah terluka, itu menjadi salah satu alasan utama mengapa May tidak akan meninggalkan mereka.

"Maymay! Kamu masih ingat dengan Rhya? Kemarin ia melamarku!" May berhenti melangkah saat mendengar ungkapan Xavier.

Melamar?

"Rhya si anak nakal yang suka menjahilimu itu?" tanyanya. Xavier mengangguk dengan cepat.

Kira menatap May dan Xavier secara bergantian. "Serius? Apa kamu menerimanya?" tanya May sekali lagi. Xavier lagi lagi mengangguk.

May diam sejenak dan mengingat Rhya. Pemuda yang jahil itu bahkan lebih menyebalkan dari pada tetangganya. Namun, seingatnya Rhya anak yang bertanggung jawab. Ia tidak pernah mengabaikan Xavier yang menangis saat kecil setelah dijahili olehnya.

May menatap Xavier dengan memicingkan matanya, "Apa Rhya benar benar akan menanggung semuanya setelah menikah nanti?"

"Tentu saja! Rhya sudah berjanji!" balas Xavier. "Rhya! Katakan janjimu!" perintahnya.

May terloncat kecil saat Rhya tiba tiba berdiri di sampingnya. "Sejak kapan kau di sana?!" pekik May.

Rhya menyunggingkan senyum lebarnya yang memperlihatkan deretan giginya. Pemuda kurang ajar ini memang sering sekali muncul secara tiba tiba.

"Di mana pun Xavier berada, di situlah aku." ucapnya dengan rasa percaya diri yang melebihi batas normal.

May menghela nafas dan menatapnya, "Apa janjimu dan bagaimana aku bisa mempercayaimu untuk menjaga Xavier?"

Rhya mengeluarkan kartu tanda penduduknya, kartu keluarga, dan foto wajahnya. May menaikkan satu alisnya dengan rasa bingung.

Unik sekali bocah ini...

Rhya menyerahkan semua yang ia keluarkan pada May. "Ini bisa kamu gunakan sebagai pinjaman uang online jika aku meninggalkan, menyakiti, dan membuang Xavier."

𝐓𝐚𝐦𝐢𝐧𝐠 𝐓𝐡𝐞 𝐃𝐫𝐚𝐠𝐨𝐧 • 𝐁𝐥𝐚𝐝𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang