10 Desember 2023
Pagi ini, yang sebenarnya sebentar lagi disebut siang hari, terlihat matahari bersinar sangat ramah. Tidak menyilaukan, namun cukup menghangatkan kota yang biasanya begitu dingin. Dan ketika melihat keluar jendela, hati siapapun nampaknya bisa menjadi tenang pada pemandangan pohon hijau yang disinari kilau mentari.
Saya sendiri rasanya ingin memandikan diri dengan cahaya baskara pagi ini. Seolah rasanya bisa saja itu menjadi wasilah penenang hati yang belakangan sering terasa berat.
Ditambah lagi, suara percakapan para tetangga yang hangat membuat rumah yang sedang sunyi ini menjadi lebih hidup. Saya tidak tahu siapa yang sedang memandikan anaknya di luar rumah, tapi tawa mereka terdengar begitu menyenangkan haha.
Karena itu, saya selalu menyukai akhir pekan.
Hari dimana setidaknya saya bisa mengistirahatkan diri dari seabrek pekerjaan yang kadang diluar nalar. Dan menghabiskan waktu dengan menyerap tiap-tiap menit kehidupan. Menyadari bahwa langit begitu nampak biru dan menyenangkan. Angin begitu lembut membelai pipi. Dan mimpi bukanlah hal yang konyol.
Iya, mimpi. Impian. Cita-cita.
Atau apapun istilahnya.
Karena seiring bertambah dewasa, saya sadar bahwa mimpi-mimpi yang saya punya ternyata tidak sederhana. Saya tidak bisa mewujudkannya kalau tidak konsisten. Saya tidak bisa mewujudkannya kalau tidak punya uang. Dan saya tidak bisa mewujudkannya kalau saya sendiri malu membicarakannya.
Padahal dulu, saya yakin sekali semuanya bisa terwujud bahkan tanpa saya perlu memilih jalan sebagai seorang pekerja yang diupah diluar nalar. Yang jam kerjanya tidak menentu. Dan bahkan terkadang harus mengerjakan tugas yang tidak ada hubungannya dengan profesionalitas.
Saya pikir, hanya cukup dengan kemauan saja.
Namun nyatanya cara dunia bekerja tidak seperti itu.
Mimpi saya memang tidak besar, namun semuanya bukanlah sesuatu yang bisa menghasilkan keuntungan secara finansial. Seperti ingin membuka rumah belajar bagi anak-anak kurang beruntung. Serta memiliki studio dan toko buku kecil di mana orang-orang bisa mengobati hatinya yang berat di sana.
Ya ya. Saya tau itu benar-benar terdengar seperti mimpi.
Tapi bukankah mimpi saya tidak menyakiti seorang pun?
Saya sadar bahwa saya perlu menghasilkan uang untuk bisa mendanai mimpi-mimpi sederhana itu. Dan ketika saya memutuskan untuk mencari uang, semua mimpi itu berubah menjadi hembusan angin yang lembut. Sesuatu yang mengobati hati, namun tidak bisa saya genggam.
Dan begitu saya sadar kehidupan yang saya jalani sekarang penuh dengan tanggung jawab dan orang-orang yang saya kasihi, memiliki mimpi layak fantasi rasanya seperti menjadi manusia paling naif sedunia.
Perlahan-lahan, saya mulai kehilangan arah tentang bagaimana harusnya saya menjalani hidup kedepannya. Jalan apa yang seharusnya saya pilih. Dan menjadi orang seperti apa yang saya inginkan.
Namun mendekati penghujung tahun ini, saya mulai bisa berdamai dengan diri sendiri. Di usia yang mendekati 23 tahun. Seorang pekerja dibawah UMR ini menyadari bahwa tidak apa-apa untuk tetap menggengam mimpi-mimpi tadi.
Begitu pula untuk siapapun.
Jika memang perlu banting tulang untuk menggapainya, mari kita lakukan. Jika perlu sampai menangis, biarlah nanti kita usap hingga kering. Dan jika perlu sampai tertatih, saya yakin selalu ada tangan yang terulur.
Saya pikir, karena ini adalah kehidupan di umur 20an pertama saya, semuanya terasa begitu baru dan mendebarkan. Terkadang kita bingung, namun terkadang pula jiwa kita begitu bersemangat.
Bisa saja beberapa tahun atau bahkan beberapa bulan kedepan saya akan merutuki semua yang saya tulis di sini. Namun, tidak ada salahnya berharap bila di masa depan saya akan berterima kasih pada diri sendiri.
Bagi saya, kehidupan usia 20an baru begitu terasa ketika lepas dari bangku perkuliahan dan bergelut dengan masyarakat. Semuanya terasa begitu nyata. Realita dan tanggung jawab langsung menerjang tanpa aba-aba.
Meski begitu, saya harap kehidupan 20an kita sarat akan makna. Hari-hari dimana ketika kita lihat ke belakang, tidak ada penyesalan yang tertinggal. Yang setiap langkah kedepannya membuat hati kita menjadi lebih dewasa dan kuat.
Kalau kita berjalan bersama, akankah bisa menjadi lebih menyenangkan?
---
Bagaimana dengan mimpimu?
![](https://img.wattpad.com/cover/357909564-288-k164430.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My First 20s Life
Документальная прозаKata orang kehidupan di usia 20an memiliki makna tersendiri. Kita belajar, terjatuh, menangis, kemudian tertawa, dan tumbuh menjadi dewasa. Buku ini saya tulis untuk diri sendiri, agar ada tempat buat merenungkan hari. Dan untuk dirimu, yang mau be...