Lia menggeliat merasakan cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamarnya. Ia hendak bangun, namun tangan kokoh melingkar diperutnya dengan erat.
Lia tersenyum dan membalikkan tubuhnya, meneliti ke setiap sudut wajah Chris yang masih tertidur lelap. Tangannya tanpa sadar ia ulurkan untuk menyentuh wajah itu. Alis tebalnya, hidung mancung, bibir sexy, rahangnya yang tegas, seluruh bagian itu ia sentuh tanpa terkecuali.
"Pagi sayang," Chris berbisik serak, khas suara bangun tidurnya.
"Pagi..." Jawab Lia. Sekarang ia menatap pria itu dengan memasang wajah melas, namun penuh keseriusan.
Lia merasa tidak enak, namun berbagai pertanyaan tetap menggelantung di ranting jantungnya. Lia menghela nafas, sepertinya ia menyiapkan kata kata sejak tadi untuk meluapkan rasa penasarannya.
"Siapa Erin, kau masih tidak ingin cerita?"
"Sudah kubilang dia mantanku" Chris beranjak dari tempat tidur.
"Masih belum bisa melupakannya?"
"Maksudmu?" Chris mulai kesal
"Kalau kau sudah lupa, kenapa bisa kau memanggilnya di alam bawah sadarmu?"
"Itu mimpi, hanya bunga tidur."
"Kau tidak ingin menjelaskan apapun padaku?"
"Karena memang tidak ada yang perlu dijelaskan!"
"Setidaknya kau bercerita padaku, siapa dia, bagaimana kalian bertemu, bagaimana kalian berpisah, bagaimana kau-"
"CUKUP!!" Bentak Chris memotong pembicaraan istrinya itu. Ia bergegas pergi.
Banyak yang Lia tak mengerti dalam hidupnya sendiri, kadang ia berpikir apa yang ia inginkan? Apa yang ia cari. Kehampaan seolah enggan meninggalkannya. Baru saja suaminya bersikap baik belakangan ini, namun sebuah panggilan telpon dari seseorang yang Lia tak tahu siapa membuat suaminya kembali dingin, acuh seperti dulu.
*
Chris kini berdiri, dihadapan seorang perempuan yang tengah berdiri disamping pria yang dahulu merupakan sahabatnya itu.
"Erin sudah boleh pulang," Kata Galvin sambil membawa beberepa tas jinjing lalu bergegas keluar.
Sementara Erin, sepasang mata itu berkaca-kaca menatap Chris. Wanita itu sudah menghancurkan lagi perasaan orang yang mengasihinya.
Pria itu tidak menangis. Tatapan itu lebih seperti tatapan kecewa dan lelah. Mungkin ada sedikit penyesalan karena dia sudah terlalu banyak berbuat baik pada wanita itu. Dan semua pemberiannya itu justru dibalas dengan rasa sakit yang bertubi-tubi.
"Aku minta maaf telah merenggut 5 tahun hidupmu, beritahu aku cara untuk menebusnya." Ucap Chris.
Erin mendekat memberinya tatapam sedih namun masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
"Kalau kau merasa bersalah, kau harus menikahiku" Ucap Erin
"Kau tau aku tidak pernah bisa menyentuh milik orang lain, apalagi menikahinya." Seru Chris
"Aku hanya bercanda" Erin tersenyum simpul.
"Aku yang seharusnya minta maaf, karena telah mengecewakanmu dan mengkhianatimu." Ucap wanita itu lagi.
"Lupakanlah, yang lalu biarlah berlalu. Aku sudah memulai hidup baru, jadi kau juga harus menata hidupmu sekarang"
Erin mengangguk. "Oh ya, pekan depan aku ingin merayakan pesta. Kau harus datang ya, ajak istrimu. Aku ingin mengenalnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
GONE || Mature || 21+ [TAMAT] ✔️
Fanfiction⚠️ 21++ , hanya untuk dewasa ⚠️ ‼️Full adengan dewasa‼️ Bocil dilarang mendekat, atau dosa silahkan tanggung sendiri 😌