9. Pengkhianatan

1.2K 25 0
                                    

Seseorang dengan sepasang sepatu indah dan gaun putih muncul dari balik pintu mobil yang dikendarai Chris. Ya, itu adalah Lia, dengan balutan gaun putih dan sepatu yang indah pula. Chris menggandeng Lia dan membawanya masuk ke sebuah hotel berbintang.

Disana terlihat gemerlap lampu-lampu, seseorang yang bernyanyi dengan lihainya, dan sekelompok pemain akustik untuk mengiringi nyanyian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disana terlihat gemerlap lampu-lampu, seseorang yang bernyanyi dengan lihainya, dan sekelompok pemain akustik untuk mengiringi nyanyian. Chris membawanya duduk di kursi yang sudah disiapkan, yang mengelilingi panggung tempat penyanyi itu memperdengarkan suara merdunya.

Mereka menikmati suasana romantis diiringi dengan nyanyian merdu dan alunan gitar akustik yang tenang.

"Chris, sudah lama?" Suara seorang wanita yang tiba - tiba membuat Cris terkejut. Lebih tepatnya membuat Lia terkejut.

Chris berdiri diikuti Lia disampingnya. Dipeluknya wanita yang menyapanya itu.

"Ini...." Ucap Erin ketika melihat kearah Lia.

"Istriku," Jawab Chris sembari mengalungkan tangannya ke pinggang milik Lia.

"Lia..."

" Erin..."

Mereka berjabat tangan. Canggung, pasti.

"Terimakasih ya, sudah datang"

Lia tersenyum mengangguk.

"Galvin?" Tanya Chris

"Dia diruang make-up, sejak tadi sore dia banyak sekali minum. Kau mau temui dia?"

Chris mengangguk. "Tunggu sebentar ya," Ucap Chris seraya mengecup puncak kepala Lia.

Pria itu pun berlalu pergi mengikuti wanita yang katanya cinta pertamanya itu. Ada perasaan mengganjal dari dalam diri Lia, namun ia berusaha bersikap tenang dan mempercayai suaminya itu.

"Lihat, dia sudah tepar" Erin membuka pintu, dan nampaklah Galvin yang tengah tertidur dengan posisi asal diatas sofa. Tangannya masih memegang sebotol whiski.

Erin mengambil whiski itu dari tangan Galvin, lalu menuangkannya ke gelas-gelas kosong yang berada di meja kecil di sudut ruangan.

"Cheers!"

Suara gelas bertabrakan nyaring terdengar. Chris meminumnya sekali teguk, lalu Erin memberikannya lagi dan lagi.

"Cukup, aku harus kembali. Istriku sendirian,"

"Sebentar saja Chris, boleh kutukar waktu 5 tahun hidupku dengan lima belas menit saja sekarang? "

Ucapan wanita itu membuat Chris merasa bersalah.

Sementara Lia masih duduk diantara tamu lain, sesekali ia meneguk white wine dihadapannya. Resah sekali rasanya.menunggu suaminya yang tak kunjung datang.

"Astaga, kenapa lama sekali?" Ucap Lia gelisah

Musik akustik pun telah berganti. Jam telah menunjukan pukul 12 malam. Pesta sebenarnya akhirnya dimulai, musik disko diputar, para tamu pun berdiri dari duduknya. Berdansa mengikuti irama musik yang diputar.

Lia mulai tak nyaman dengan posisinya, meski hobilnya pergi ke klub malam. Tapi suasana ini sangatlah baru baginya. Apalagi suaminya masih saja belum menunjukan batang hidungnya.

"Sepertinya kau sudah mabuk!" Chris mengambil botol whiski yang sudah diteguk habis oleh Erin.

"Hidupku berantakan, aku tidak tau harus apa sekarang Chris!" Wanita itu mulai menangis.

"Duduklah!" Chris menarik tubuh Erin untuk duduk di sofa. Tepat dihadapan Galvin yang terlelap.

"Aku mencintaimu Chris, tapi bajingan itu selalu ada untukku!" Ucap Erin sambil menunjuk ke arah Galvin yang belum merubah posisi tidurnya.

"Aku mengerti, tidurlah!" Chris hendak keluar dari sana, namun Erin yang sudah berdiri pun menariknya.

Chris melirik Erin, wajah mereka mungkin hanya berjarak sejengkal saja. Pipi Erin merona, sementara Chris memalingkan wajahnya.

Cup...

Erin mengecup pipi kiri Chris, Chris menoleh. Astaga, pikrian pria itu kini dibawa kembali ke masa lalu dimana dia sangat tergila - gila dengan wanita itu.

"Kau membenciku?" Tanya Erin

"Tidak, tidak samasekali" Jawab Chris dengan nada merendah.

"Jadi, kau masih mencintaiku?"

"....." Chris tak menjawab.

(Sialan, kenapa dia diam saja?)

Erin kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Chris. Wanita itu mengecup bibir Chris. Tak ada perlawanan dari pria itu. Erin tersenyum puas dalam hatinya sehingga ia melanjutkan kembali ciumannya pada pria itu. Chris tak membalas ciumannya. Tapi ia membiarkan Erin menciumnya, tak ada perlawanan sama sekali.

(Tak ada perlawanan?, sialan Chris kau kenapa?)

Mereka berciuman dihadapan Galvin yang masih belum sadar.

"Ruang make-up disebelah mana ya?" Lia bertanya keseorang staff disana, berinisiatif mencari suaminya.

"Disebelah kanan nona, mau ku antar?" Ucap staff pria itu sambil menunjukkan senyum ramahnya.

"Tidak usah, terimakasih" Ucap Lia tak kalah ramah.

"Make-up Room" Lia membaca tulisan yang tertempel didepan pintu yang sedikit terbuka.

Saat ia hendak membuka pintu itu, ia melihatnya. Sesuatu yang membuat hatinya pilu. Chris, suaminya, sedang bercumbu bersama perempuan lain. Lia masih membeku, berusaha mencerna situasi yang baru saja ia lihat.

KREKKK..

Bunyi pintu yang tak sengaja terbuka, membuat Erin menghentikan aksinya dan menoleh ke sumber suara. Erin terdiam, membuat Chris akhirnya menoleh kearah pintu. Dan disanalah wanita cantik itu berdiri, dengan air mata yang mengalir deras membasahi pipinya.

"Shit-" Chris bangkit, berlari mengejar Lia yang sudah lebih dulu beranjak dari sana.

"Lia !"

"Lia !"

Jelas teriakan Chris tak terdengar, teredam oleh musik yang mengalun begitu keras. Pergerakannya saat mengejar Lia pun terhalang oleh kerumunan orang yang tengah asik berdansa menikmati pesta malam itu.

Chris terus mengejar, hingga ia akhirnya hanya melihat  punggung Lia yang keluar dari ruangan itu. Ia berlari keluar dsri sana sampai ke lobby, namun ia tak melihat Lia lagi. Ia kemudian beralih ke parkiran untuk mengambil mobilnya. Setelah berada di dalam mobil, berapa kali ia mencoba menelpon Lia. Namun sialnya ponsel Lia ternyata tertinggal di mobilnya.

Bugg...Bug...

Chris memukul setirnya sendiri. "Shit!" Ia memaki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia kehilangan kontrol atas dirinya sendiri?. Jangankan Lia, ia bahkan tidak bisa memaafkan dirinta sendiri.

"Brengsek, keparat!" Maki Lia sambil berlari dan terus berlari tanpa tujuan.

Kini dirinya berhenti disebuah taman yang sepi. Tak ada satu orang pun disana mengingat malam hari sudah kian larut. Lia beranjak meninggalkan taman itu, entah sekarang ia harus kemana. Pulang kerumah sudah tidak mungkin. Ia sangat tidak ingin bertemu dengan bajingan itu.

BRAKKK...

Sebuah mobil yang entah datang dari mana tiba - tiba menabrak wanita itu.

"Argghhh.." Lia meringis kesakitan sebelum akhirnya tak sadarkan diri.

*To Be Continued*

Vomen juseyo 👻

GONE || Mature || 21+ [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang