Kemarin

5 0 0
                                    


Seorang gadis terlihat sedang berdiri di atap sebuah gedung. Angin menerpa rambut sebahunya, membuat ia memejamkan mata menikmatinya. Dia adalah Olivia, gadis dengan kehidupan yang seperti gadis lainnya.

Ya, setidaknya hidupnya masih sempurna kemarin. Namun tidak hari ini, hidupnya seolah hancur hanya dalam waktu satu hari. Ia menghembuskan napas pelan, dan mengingat kembali kehidupan bahagianya.

~

Olivia berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ke kelasnya yang berada di ujung. Dia masuk ke kelas dan langsung duduk di bangkunya.

"Ngapain Lo senyum-senyum sendiri?" Tanya Oliv pada teman sebangku sekaligus sahabatnya. Alea, yang sudah datang lebih dulu.

"Coba tebak, tadi gue ke sekolah bareng siapa?" Tanya Alea dengan senyumnya.

"Abang Lo?" Tebak Oliv asal.

"Ihh bukan."

"Terus siapa? Lo kan biasa dianter sama abang lo."

"Iya tapi kali ini bukan. Gue tadi bareng orang yang sangat istimewa."

"Siapa sih?" Tanya Oliv penasaran.

"Sama pacar gue." Jawab Alea sambil menutup wajahnya dengan buku, dia salting sendiri.

Mendengar itu, Oliv hanya menghela nafas pelan. Ia sudah bosan dengan cerita Alea tentang pacarnya itu. Masalahnya, dia tak pernah mau memberi tau oliv siapa pacarnya itu. Padahal mereka satu sekolah.

"Dia lagi, apa hebatnya sih dia? Sampe lo se bucin ini?"

"Lo nggak tau aja Liv, dia itu ganteng dan baik banget."

"Dasar bucin lo."

"Ini itu bukan bucin tapi gue sayang banget sama dia. Lo sih, nggak pernah pacaran. Makanya nggak bisa bedain."

"Yaudah sekarang lo kasih tau gue dia siapa?" Tanya Oliv jengah.

"Gue belum boleh ngasih tau lo sekarang, katanya hubungan kami nggak boleh di kasih tau ke orang-orang karena takut mengganggu pembelajaran kami di sekolah. Nanti deh gue kasih tau lo."

"Terserah lo deh."

Setelahnya, bel masuk pun berbunyi dan guru yang akan mengajar pagi itu telah memasuki kelas.

Oliv dengan serius mendengarkan penjelasan dari guru. Namun Alea sedari tadi hanya sibuk menguap dan sesekali terlelap jika saja Oliv tak sering menyikutnya.

Hingga bel istirahat berbunyi, guru tersebut pun meninggalkan kelas dan semua murid segera berhamburan keluar kelas.

"Lo mau ke kantin nggak?" Tanya Oliv pada Alea.

"Nggak deh, gue mau lanjutin tidur. Lo sih dari tadi gangguin gue mulu."

Oliv terkekeh melihat Alea yang kembali memejamkan matanya. "Daripada lo nanti dihukum, yaudah deh gue ke kantin dulu."

Oliv pun berjalan sendirian ke kantin. Bukan berarti dia tidak punya teman selain Alea, namun dia hanya dekat dan merasa nyaman dengan sahabatnya itu.

Sesampainya di kantin, oliv segera membeli makanan dan membawanya ke meja yang kosong. Ia pun makan sendirian sambil menonton para siswa sedang bermain basket di lapangan dari balik jendela besar di kantin itu.

"Ngapain lo sendirian?"

Oliv terlonjak kaget mendengar suara seseorang yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya. Dia menoleh dengan malas setelah mendengar suara yang sangat dikenalnya itu.

"Ya makan lah, ngapain lagi."

Orang itu tersenyum dan duduk di samping Oliv. Dia adalah Reno, kakak kelas sekaligus teman Oliv dari kecil. Mereka sangat jarang bertemu setelah Reno pindah rumah, namun sekarang mereka sekolah di SMA yang sama.

Kemarin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang