Duuaarrrr... Duuaarrrr... Duuaarrrr...
Suara gemuruh petir menyambar bumi, berhasil membangunkan sosok Deni dari tidur lelapnya. Perlahan tangannya mulai menggapai nakas tempat tidur menggambil benda bulat yang menjadi alat bantu penglihatannya. Dipasangnya benda itu ke hidungnya yang bangir. Beranjak dari tempat tidur, ia berjalan ke arah jendela, menyingkap tirai warna abu-abu tersebut hendak melihat apakah akan hujan lebat malam ini.
Dilihatnya langit malam yang gelap gulita, bulan yang biasanya menampakkan diri pun kini diselimuti oleh awan hitam, 'Sepertinya benar hendak turun hujan yang lebat malam ini.' Gumamnya. Ketika hendak menutup tirai tanpa sengaja bola mata Deni bergulir ke depan, melihat ke seberang rumah. Rumah tua dengan gaya khas belanda menjadi pemandangan yang horor. Kata neneknya rumah itu sangat berhantu. Bagaimana tidak, rumah itu sudah ada sejak jaman penjajah. Rumah itu juga sudah tidak dihuni oleh manusia sekitar 20 tahun lalu. Banyak yang melihat penampakan makhluk tak kasat mata di sana. Tapi Deni tidak percaya akan hal itu, sebab ia belum pernah melihat hantu.
Ditutupnya tirai jendela secara perlahan tanpa ia tahu bahwa di depan jendela rumah seberang berdiri sesosok wanita yang mengenakan pakaian putih. Menatap Deni dengan tatapan yang sendu. 'Deni, apakah kamu tidak melihatku? huu...huu...huu...'
***
Suara cicitan burung-burung membangunkan Deni, 'aneh biasanya nenek akan membangunkanku'. Ia bergegas bangkit dan langsung menuju dapur untuk melihat sang nenek. Si nenek terlihat tengah berkutat dengan peralatan masaknya.
"Nenek, selamat pagi." Satu kali, tidak ada sahutan.
"Nenek, kenapa tidak membangunkanku?", Dua kali, masih juga tidak mendapat balasan. Biasanya ketika ia bangun si nenek akan mengucapkan selamat pagi atau membalas ucapannya dengan cepat. Ketika hendak mendekat si Nenek membalikkan badannya. Spontan ia berteriak dengan keras. Pasalnya Deni melihat wajah neneknya menjadi hancur dengan bola mata yang hilang dan ada juga darah bersimbah menghiasi sebagian wajahnya. Semakin ia mendekat si nenek berubah menjadi sesosok wanita dewasa dengan baju kebaya putih yang terlihat koyak dimana-mana. Sosok itu memegang tangan Deni sambil menangis dan berkata, "jangan benci dia Deni...jangan...huu...huu... huu...hihihi...".
Dalam ketakutan yang melanda seketika itu pula penglihatannya langsung terbuka. Mencoba memfokuskan penglihatannya Deni melihat si neneknya menggoyangkan-goyangkan bahunya. Langsung saja ia bangkit dari tidur. Menghela tetesan keringat yang mengucur deras di dahi, 'Untunglah hanya mimpi,' batinnya.
Sang Nenek yang melihat cucunya habis mimpi buruk merasa khawatir, mengusap perlahan punggungnya agar nafasnya teratur. "Nak, apa kamu mimpi buruk?"
"Tidak nek. Nenek hendak kemana?"
"Nenek hendak ke rumah Bu Isti dulu, cucunya meninggal tadi malam. Cepat bangun dan mandi. Kemudian sarapan, Nenek sudah menyiapkannya di atas meja." Ucap si Nenek dan meninggalkan Deni di kamarnya.
***
Pada malam-malam seterusnya ia masih memimpikan sosok wanita tersebut. Akibatnya setiap ia bekerja, ia kurang berkonsentrasi. Ia selalu saja memikirkan siapa wanita yang ada dalam mimpinya. Pernah sekali Deni ditegur oleh sang majikan untuk fokus ketika membersihkan rumput. Recananya malam ini ia akan berjaga sepanjang malam. Agar tidak memimpikan sosok wanita tersebut.
Langit gelap mulai menampakkan diri. Matahari yang tadinya terik mulai pergi dari langit, berganti bulan yang bersinar untuk menjalankan tugasnya. Pukul 11.57 malam mata yang tadinya wattnya penuh, kini hanya tersisa sedikit. Bunyi-bunyian daun yang tertiup angin seakan menjadi lagu pengantar tidur. Mata yang hendak menutup tadi langsung terbuka ketika mendengar bunyi ketukan dari jendela.
Tok...tok...tok...
Disingkapnya tirai yang menjadi penghalang, sejauh mata memandang hanya kesunyian yang nampak. Namun, setelah melihat ke jendela seberang rumah dengan jeli, nampaklah sesosok wanita dengan rambut panjang yang mengenakan pakaian putih.
Seakan memanggilnya ke sana, Deni bangkit dari duduknya dan berjalan keluar hendak menghampiri sosok wanita tersebut. Sesampainya di depan pintu rumah tua yang tak berpenghuni, ia seakan tersadar sendiri, 'Mengapa ia berada di sini?'. Tanpa disadarinya sosok wanita yang berbaju putih tadi mendekat ke arahnya dan berkata, "Deni, ini ibu nak."
"Mengapa ibu menjadi seperti ini?"tanya Deni heran, pasalnya sosok wanita yang berbaju putih dengan wajah yang menakutkan di mimpinya berbeda dengan yang ditemuinya sekarang. Sosok wanita yang ada di mimpinya wajahnya hancur dengan bola mata yang tidak ada tetapi sekarang ia melihat sosok wanita itu seperti ibu kandungnya.
"Maafkan ibu karena selama ini menakut-nakutimu dalam mimpi. Tapi hanya itu yang bisa ibu lakukan agar kamu tahu bahwa ibu masih ada. Dan juga janganlah kamu membenci ayahmu. Ia tidak bersalah."
"Lantas kalau bukan salah ayah, salah siapa bu?"
"Begini nak...." Ternyata benar saja sosok wanita yang berbaju putih itu adalah ibu Deni. Ia merupakan korban pembunuhan suaminya, yang ketika itu sedang dipengaruhi oleh minuman keras. Waktu itu ayahnya pulang dalam keadaan mabuk pun bertengkar dengan ibunya, karena selalu pulang dengan keadaan seperti itu. Ibunya menanggis meraung-raung menyuruh ayahnya untuk berhenti mabuk-mabukan.
Karena marah dan hilangnya kesadaran, ayahnya Deni melayangkan botol minuman keras dengan kencang ke kepala ibunya. Deni yang waktu itu berumur lima tahun berlari ke arah ibunya yang bersimbah darah. Dengan separuh kesadaraan yang tersisa, ibunya membelai kepalanya dan berkata untuk tidak membenci ayahnya.
"Deni, ayah hanya frustasi karena uang modal usahanya dibawa lari oleh karyawannya sehingga melampiaskan kekesalannya ke minuman teralang itu. Maafkanlah ia nak, ibu sudah memaafkan ayahmu"
"Tidak bisa bu. Ayah adalah pembunuh!"
"Nak, waktu ibu sudah tidak banyak. Maafkanlah ayahmu. Ia sudah menyesali perbuatannya selama di sel tahanan. Kunjungilah ia sesekali." Perlahan-lahan sosok wanita berbaju putih hilang dari pandangannya, sebelum menghilang secara penuh Deni mendengar kata-kata yang diucapkan ibunya terakhir kali. "Jangan membenci ayahmu dan maafkanlah ia. Ibu menyayangimu, Deni."
"IBUUU...!!!" teriak Deni dengan nafas tersengal-sengal ia mengusap lelehan air mata yang terjun di muka.
***
Esok harinya ia bertemu dengan sang ayah yang ada di tahanan, memilih mencoba memaafkan seperti kata sang ibu. Ketika bertemu kondisi sang ayah terlihat kurus kering dengan janggut yang tak terawat, ia merasa ucapan yang ada dalam mimpi ibunya benar adanya. Ayahnya telah menyesali perbuatannya.
***
Malam hari setelah berkunjung dari sel tahanan ayahnya. Ia mencoba membuka tirai untuk melihat apakah bisa bertemu lagi dengan sang ibu. Lagi ia melihat sesosok bayangan di jendela rumah tua tapi kali ini bukan wanita melainkan laki-laki dengan tali terikat di lehernya. Sosok itu melihatnya dengan tajam seperti memiliki dendam. 'Siapa sosok itu?'
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen
Short StoryHanya berisi kumpulan cerpen dengan tema misteri, romance, dan peliknya kehidupan. Jangan lupa vote dan komen di setiap partnya!!!