Seseorang turun dari angkot dan melewati gagng sempit yang hanya bisa dilalui satu mobil itu. Pudar cahaya temeram dari pantulan lampu kota beberapa rumah yang masih menyala. Sepi. Hening. Dulu, pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini, kesan hororlah yang didapat.
Tanto terus menyusuri gang sempit itu. Suara sol sepatu dan aspal yang bergesekan menjadi teman bunyi-bunyian malam ini. Bola matanya melirik ke segala arah. Rasa was-was menyelimuti. Ketika dibelokan jalan dekat rumahnya, ia melihat rumah yang biasanya gelap tak berpenghuni karena ditinggal begitu saja oleh pemiliknya kini menjadi terang. Cat terkelupas dan rumput halaman yang tinggi masih terpampang di depannya. Kursi dan meja reyot juga masih tergeletak di sana. Mungkin orang yang mengisi rumah itu baru saja pindah dan belum sempat membereskannya. Pasalnya, kemarin rumah itu masihlah terbengkalai dan gelap ketika ia pulang malam. 'Siapa yang membiarkan halaman rumah kotor begitu? Aneh,' batinnya. Tanpa mengikuti rasa ingin tahu, ia percepat laju jalannya karena ia melihat kilat mulai bermunculan, sambung-menyambung seperti ingin membakar habis bumi.
Benar saja, tak lama ia di depan pintu guyuran hujan langsung melanda. 'tik...tik...tik...' Bunyi air yang terkena atap rumah. Pikiran Tanto melayang pada tempat tidur yang memanggil untuk segera memejamkan mata. Langsung saja ia masuk ke kamar dan menepuk-nepuk bantal, bersiap untuk tidur, mengabaikan rasa lapar dan tubuh yang kotor. Baru saja beberapa menit terlelap, ia mendengar pintu diketuk sebanyak tiga kali.
'tok...tok...tok...'
Pintu dibuka, matanya bersinggungan dengan mata coklat terang perempuan yang membawa piring putih berisi nasi lengkap dengan lauk di atasnya.
"Hai, saya tetangga baru samping rumahmu. Ini saya bawakan sepir...."
BRAK....
Tanpa mendengar ucapan si perempuan lebih lanjut, ia langsung membanting pintu. Melihat perempuan tadi ingatan-ingatan akan kejadian di masa lalu mulai menghantui pikirannya. Rasa sakit dan takut mendera menyebabkannya sulit mengendalikan tubuh. Tangannya memukul-mukul kepala dengan kencang berharap ingatan-ingatan tersebut langsung lenyap, akan tetapi cara itu tidak juga berhasil sehingga tubuhnya mengeluarkan reaksi lain. Tubuhnya menjadi gemetar dan dadanya mulai sesak. Tak lama kemudian tubuh itu pun ambruk, tak sadarkan diri.
***
Keesokan harinya, Tanto terbangun dengan kepala yang pening. Sambil megang kepala ia mencoba bangun, ingin bersiap untuk berangkat kerja. Setelah siap dengan kaos pendek yang dilapisi jaket, Tanto berjalan menuju pintu. Saat pintu dibuka Tanto melihat sebuah piring putih yang berisi makanan yang diletakkan di depan pintu. Seketika ia ingat dengan perempuan tadi malam, langsung saja ia tendang piring tersebut hingga pecah dan berlalu begitu saja.
Setibanya di tempat agen koran dari berbagai penerbit, Tanto bertemu dengan bang Opik, seorang distributor koran. "Ambil berapa To?" tanya bang Opik. "Seperti biasa bang" balas Tanto. Langsung saja bang Opik mengambilkan beberapa koran dan majalah yang biasa dibawa Tanto untuk langganannya.
Ketika menunggu bang Opik mengambilkan beberapa koran, Tanto sibuk melihat-lihat sekitarnya hingga matanya tak sengaja menangkap seorang perempuan yang seingatnya adalah tetangga barunya. Tak ingin rasa takutnya muncul Tanto bergegas mengayuh sepeda yang dipinjamkan oleh bang Opik. Sedang di sebrang jalan sana Tina sibuk melambai-lambaikan tangannya dengan ceria ke arah Tanto yang berlalu begitu saja.
Tina yang melihat itu pun cemberut dan berjalan ke tempat Tanto tadi. Bang Opik yang melihat perempuan cantik yang menuju ke arahnya sontak melebarkan senyumnya. 'Siapa tau jodohnya hehehe...' batinya cengengesan. Masih dengan senyumnya yang selebar jalan tol, bang Opik menanyakan maksud kedatangan Tina ke kiosnya, secara jarang sekali perempuan yang mengunjungi kiosnya kebanyakan laki-laki setiap harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen
Short StoryHanya berisi kumpulan cerpen dengan tema misteri, romance, dan peliknya kehidupan. Jangan lupa vote dan komen di setiap partnya!!!