satu

7.3K 620 24
                                    

"aaah Savar..!! Savar.!"
Zeenat menjerit keras saat kenikmatan yang tak terkatakan keluar dari setiap pori-pori di tubuhnya yang sudah lembab oleh keringat, kukunya menancap di punggung Savar, menggores kulit sewarna tembaga yang berkilauan indah.
"Ya tuhan Savar..!" Rengek Zeenat saat Savar terus bergerak mengejarnya yang sudah sampai ke puncak terlebih dahulu.
Suara deru napas Savar, uap panas yang berhembus ke telinga Zeenat membuatnya meremang bahagia, tau dirinya bisa membuat Savar puas.
Savar mengerang, tubuhnya kaku menghujam jauh ke dalam membuat Zeenat mengerang panjang, lalu menumpahkan benihnya di dalam tubuh Zeenat yang bergetar hebat.

Begitu pelepasannya tuntas, Savar bergerak siap beranjak turun dari atas tubuh Zeenat yang tertutup sepenuhnya oleh tubuhnya yang tinggi besar, seperti yang selalu dilakukannya karena tidak mau membebani Zeenat yang mungil.

"Tetaplah seperti ini." Bisik Zeenat terengah-engah.

"Aku berat." Bisik Savar menyapukan bibirnya ke leher Istrinya, kembali mengundang gairah perempuan yang sudah menyandang status istrinya selama tiga tahun.

"Aku suka. kau bukan gajah, Aku tidak akan mati."
Jemari Zeenat menyelinap diantara tubuh mereka, meraba roti sobek milik Savar.

Savar tersenyum.
"Katakan padaku Nyonya, apa yang kau makan.
Biasanya satu atau dua ronde, kau sudah menangis dan memohon agar aku berhenti.
Kalau aku tidak salah hitung, kau baru saja orgasme untuk ketiga kalinya malam ini."
Jemari Savar meraba wajah dan kelopak mata Sendu istrinya.
"Dan kau masih menginginkannya lagi."

"Aku kesepian, seminggu ini tanpamu aku merasa hampa."
Akui Zeenat dengan tatapan tertuju ke bibir Savar.

Alis Savar menyatu, tiga tahun dan ini pertama kalinya Zeenat bilang rindu padanya.
"Jadi kau mulai kecanduan sentuhanku.!?"
Bisiknya menekan bibir bawah Zeenat dengan jempolnya memainkan ujung lidah Zeenat yang berwarna pink.
"Atau ada yang terjadi selama aku pergi.?
Ada yang menindasmu.?"
Savar bicara lembut meski darahnya mulai mendidih.

Zeenat menggeleng pelan.
"Semuanya baik-baik saja."
Desahnya.
"Aku hanya merindukanmu."
Savar mengangguk, rambutnya ikut berayun membuat jemari Zeenat bergerak menyentuhnya.
"Rambutmu bagus sekali." Pujinya.
"Tebal dan coklat. Aku mencoba beberapa kali mewarnai rambutku seperti warna rambutmu tapi semuanya tidak ada yang mirip."

"Kita suami istri bukan bayi kembar. Gen kita berbeda.
Lahirkan anak untukku, mungkin rambutnya akan sama sepertiku."
Savar berguling membawa serta Zeenat yang kini ada diatasnya.
"Bergeraklah" paraunya mengarahkan penisnya memasuki Zeenat yang langsung menekankan telapak tangannya ke perut bawah Savar, menahan agar tubuhnya tidak terlonjak tinggi, ukuran Savar selalu mengagetkannya.

Zeenat mulai bergerak, terlalu lemah dan perlahan, meringis dan merintih terisak saat pikirannya kehilangan kendali atas tubuhnya yang hanya patuh dan mengikuti kemauan Savar yang memegang remote, mengendalikan Zeenat sesukanya.

"Tidurlah.!" Bisik Savar, menarik selimut setelah menuntaskan pelepasannya, melemparkan Zeenat ke jurang kenikmatan yang gila.

"Savar.!" Zeenat mengangkat wajahnya, melihat Savar yang menunduk melihatnya, menekankan hidungnya ke ubun-ubun Zeenat.
"Besok ulangtahunku dan kakakku. aku ingin mengunjunginya.
Bisa katakan pada orang di sana agar mengizinkan aku masuk.
Aku ingin membawa kue.
Besok kami berusia dua puluh tiga tahun."
Tidak mudah bagi Zeenat mengunjungi Zarin karena kondisinya yang koma dan bertahan hidup berkat peralatan medis maka dia harus diawasi dan tanpa perintah Savar dan dibawah pengawasan dokter serta perawat, tidak semua orang bisa masuk ke dalam ruang Zarin.

Savar menarik napas panjang.
"Sudah tiga tahun, tidakkah menurutmu kita sudahi saja."

Zeenat langsung melepaskan diri dari pelukan Savar.
"Apa maksudmu.?" Tanyanya bingung.
"Dia kakakku, satu-satunya keluargaku yang tersisa.
Lagipula kondisinya stabil."
Ini bukan pertama kalinya Savar mengusulkan ini.
Tapi akhir-akhir ini cukup sering dan ini menganggu Zeenat.

Mr. Perfect                             Series Brother In Law # 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang