"kau suka.?"
Zeenat berputar di hadapan Savar yang selalu sabar menunggunya berhias.
Tapi memang dia berhias hanya untuk Savar, jika Savar tidak ada maka Zeenat lebih suka memakai jeans dan sweater kebesaran.Savar menyimpan Hp nya ke dalam jas nya, membuat Zeenat senang dengan fokusnya yang selalu menomor satukan Zeenat dibanding apapun saat mereka berdua.
"Cantik. Saat kau memakai baju putih, kau seperti peri hutan."
Savar berdiri merengkuh pinggang Zeenat."Ruang pakaian, isinya hampir semua warna putih untukku dan warna gelap untukmu."
Protes Zeenat memperhatikan deretan pakaian yang di pilih Savar untuknya yang diam-diam juga menjadi pilihannya.Savar membungkuk tersenyum dan mengecup pipi istrinya yang malu-malu di depan pekerja butik.
"Kalau begitu ayo coba baju warna merah.
Kau bisa memakainya di ulangtahun pernikahan ketiga kita lusa.
Aku sudah menyiapkan semuanya, kau tinggal datang dan memberikan dirimu sebagai kado untukku."
Wajah Zeenat makin merona membuat Savar semakin bersemangat menggodanya.
"Nyanyikan lagu cinta, mainkan piano untukku. Aku akan membeli semua tiket konsermu."
Savar mengeluarkan Hpnya.Hp Zeenat berdenting, saat melihat pesan yang masuk Mata Zeenat membesar.
"Banyak sekali." Gumamnya."Hadiah ulangtahunmu." Jawab Savar santai menciumi leher Zeenat.
Zeenat mendorong Savar pelan.
"Aku punya puluhan miliar di tabungan ku. Kau memberinya dan masih memberiku kartu. Lalu kau membelikan atau membayarkan semua barang yang aku inginkan.
Dan yang terkahir, keuntungan perusahaan Murtala juga masuk ke rekeningku.!""Karena aku suka memanjakanmu.
Aku bekerja untuk membahagiakanmu."
Savar merangkul bahu Zeenat membawanya keluar dari butik.
dia selalu tersenyum dan tertawa mendengar semua yang keluar dari bibir Zeenat.
Suara Zeenat selalu membuat jantungnya berdebar, senyum Zeenat selalu membuat dunia berhenti baginya."Mama pasti akan marah padamu."
Zeenat memperingatkan.Savar mendengus.
"Tidak ada yang boleh lebih memanjakan istriku selain aku.
Bahkan aku tidak akan kalah dari mamaku sendiri."Zeenat menggeleng lucu melihat tingkah Savar yang seperti ini, sangat langka Di mata orang lain tapi sudah sangat biasa Zeenat lihat.
"Apa sekarang kita bisa menemui Zarin.?"
Begitu mereka masuk ke mobil, Zeenat kembali bertanya untuk ketiga kalinya. Yang dua sebelumnya dijawab Savar dengan gelengan lalu membawa Zeenat ke tujuan lain."Bagaimana dengan kue nya.?"
Tanya Savar sambil melihat ponselnya."Satu arah dengan rumah sakit. Aku sudah memesan dua seperti biasanya nya, yang satu akan dibagikan pada staff rumah sakit untuk merayakan ultah Zarin sedangkan yang satunya akan dibawa pulang untuk merayakan ultahku berdua denganmu."
Terang Zeenat sambil sibuk membalas pesan selamat ulangtahun yang dikirim teman-temannya."Aku sudah menghubungi rumah sakit, mengabarkan kedatangan kita."
Savar menyimpan ponselnya merangkul bahu istrinya yang mungil.
"Tidak bisa lama-lama, akhir-akhir ini kondisi Zarin tidak stabil."Zeenat mengecup rahang Savar.
"Tidak masalah. Aku juga ingin cepat pulang." Dia tersenyum.
"Apa kado ultahku sudah tersusun rapi diatas tempat tidur seperti tahun-tahun sebelumnya.?"Savar tersenyum, menarik Zeenat duduk diatas pangkuannya.
"Ya sama seperti biasanya. Jumlahnya sama dengan umurmu saat ini.""Terimakasih suamiku.!"
Zeenat mengalungkan lengannya ke leher Savar.
"Apa kita menuju rumah sakit.?"
Dia memperhatikan jalanan yang mereka lewati.Savar memberi kode pada sang asisten yang kalau tidak melibatkan urusan kantor maka akan merangkap jadi sopir pribadinya.
"Ya." Jawabnya singkat.Zeenat mengecup bibir Savar.
"Asyik.!" Serunya kegirangan, dia sangat merindukan Zarin.
"Kau yang terbaik.!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfect Series Brother In Law # 3
Romansaundangan pernikahan sudah disebar, meskipun sang calon pengantin mengalami kecelakaan, pernikahan tetap harus dilaksanakan, karena bagi Savar Umran pernikahan yang dibatalkan atau ditunda dianggapnya sebagai hinaan. Mau tak mau demi orangtuanya, dem...