05

631 84 11
                                    

Happy reading yorobunnn




















‘Klik’

Arana membeku di tempat. Ia baru saja ingin pergi dari tempatnya namun sebuah suara yang tidak asing itu menghentikannya. Ia mengangkat kedua tangannya, pasrah, ketika moncong berbahan metal itu menempel di kepala belakangnya.

‘I’m dead’






































“Jangan bersuara Arana.”

Kaki si gadis melemas saat mendengar suara yang ia kenali itu. Arana menoleh, melihat Gian yang berdiri di belakangnya dengan senjata api di tangan.

“Kamu melihat mereka?” bisiknya panik. Gian menganggukkan kepala lalu menarik tubuh Arana ke belakangnya untuk bertukar posisi. Si Monolid mengintip dari balik dinding setelah itu berbalik menghadap si kembar kedua.

“Arana, saya bisa mengandalkanmu kan?” Gian bertanya dan dijawab anggukan ragu dari lawan bicaranya.

“Kamu bangunkan Aruna lalu pergilah ke dapur. Tepat di bawah washtafel ada pintu kecil dan tangga menuju garasi. Ada satu mobil di sana, berkendaralah secepat yang kamu bisa, bawa dirimu dan kedua saudarimu menjauh dari sini. Saya yang akan bangunkan Arina. Kamu paham?” Gian memberi instruksi singkat.

Arana kembali mengangguk. Meski takut, tapi ia meyakinkan dirinya untuk bisa melakukan apa yang pengawalnya itu perintahkan. Keduanya kembali masuk ke dalam rumah dengan Gian yang meminta Arana untuk sedikit merendahkan tubuhnya, karena takut orang-orang yang menunggu di atas speedboat sedang memantau mereka dari kejauhan.

Gian memastikan si anak tengah masuk ke kamar lebih dulu, baru ia memasuki kamar si sulung. Dia menyembunyikan senjatanya ke pinggang belakang, diantara selipan baju dan celana. Dengan hati-hati ia mendekati Arina yang tengah tertidur nyenyak. Setelah itu ia meletakkan telapak tangannya ke mulut si wanita tanpa tekanan berlebihan. Tindakannya itu membuat si anak pertama terbangun dengan mata membulat kaget.

Gian buru-buru menempelkan jari telunjuk ke bibirnya sendiri, memberi isyarat agar Arina tidak mengeluarkan suara apapun. Tatapan kaget sang CEO berubah menjadi ketakutan.

Mereka dalam bahaya, tebaknya.

Pikirannya langsung mengarah pada adik-adiknya. Ia ingin bertanya, tapi Gian lebih dulu memegang tangannya dan tanpa sepatah katapun menuntunnya keluar kamar. Wanita monolid itu membawanya ke dapur dan berhenti di atas sebuah pintu kecil yang sudah terbuka.

“Kedua adik anda sudah di garasi. Bergabung lah dengan mereka,” Beritahu Gian.

“Anda akan ikut dengan kami, kan?” Arina bertanya karena dia merasa Gian tidak akan ikut dengannya ke bawah. Tangannya memegang erat lengan si Monolid.

“Saya akan menyusul. Saya perlu tahu siapa mereka.” sang Agent memberi penjelasan.

Arina tampak ragu dengan ucapan wanita itu, tapi melihat tatapan meyakinkan dari mata tajam itu, ia mencoba percaya. “Anda sudah berjanji untuk selalu berada di sisi kami. Jangan langgar itu, Kangga.”

Gian menaikan kepalanya, menatap Arina yang memanggilnya menggunakan nama depannya. Itu tidak spesial menurutnya, namun Arina adalah yang pertama melakukannya.

“Saya tidak akan melanggarnya, Arina.”

“Baik kalau begitu. Saya percaya pada anda.”

Gian memberikan senyum kecilnya sebelum menutup pintu rahasia tersebut setelah Arina menuruni tangga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The BaerdionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang