Sudut pandang Jeno.
Sebelumnya aku jelaskan, NOREN cuman masa lalu. bukan threesome!
.
.
.
.
Huang Renjun, adalah laki-laki manis yang sempat aku cintai dan kasihi. Matanya bulat dan akan melengkung ketika ia tersenyum. Laki-laki ceria yang suka berjalan-jalan. Berbeda dengan diriku yang lebih suka suasana tenang untuk menghabiskan waktu. Singkatnya kami memiliki sifat yang bertolak belakang, namun selama dua tahun menjalin kasih kami merasa saling melengkapi.
Kami akan bertemu setiap ada kesempatan, entah sepulang sekolah atau saat libur. Ia akan menceritakan kegiatannya sehari-hari yang bergaul dengan banyak orang. Bahkan tukang siomay pengkolan juga ia ceritakan. Seramah itu dirinya.
Selagi ia menceritakan kesehariannya, maka aku akan bertugas untuk mendengarkan dengan khitmat. Menanggapi seperlunya saja karena ia lebih senang didengarkan tanpa perlu memikirkan tanggapan yang macam-macam. Ia sederhana, tidak banyak menuntut, dan menerima diriku yang penuh kekurangan.
Aku dan Renjun saling mengenal saat kami di bangku SMA Kelas 1, saat itu angkatan kami mengadakan study tour, secara kebetulan aku dan Renjun satu bus bahkan duduk berdampingan karena guru mengacak untuk pemilihan teman bangku nya. Masih teringat dengan jelas dalam ingatanku, Renjun tersenyum lebar dan mengulurkan tangan ke arahku, "Kamu tampan sekali! Siapa namamu? dan kamu kelas apa?"
Mendengar hal itu membuat wajahku panas, karena ia mengatakan itu dengan suara lantang dan tentu saja satu bus bisa mendengarnya. Namun ia tidak peduli godaan yang lain, ia masih tersenyum lebar menunggu balasan jabatan tangannya.
"Aku Lee Jeno, kelas 1 IPA B"
"Wah! kau dari kelas sebelah, tapi kenapa aku tidak pernah melihatmu ya?"
Dibanding dengan Renjun, aku adalah pribadi yang pendiam dan cenderung menghindar dari situasi yang ku anggap mengusik ketenanganku. Selama aku bersekolah hingga kuliah, tidak ada kegiatan ekskul yang aku ikuti. Namun sejak mengenal baik Renjun, ia mengajariku untuk mencoba bersosialisasi. Ia memperkenalkan klub jurnalistik yang ketuanya adalah Lucas, sepupunya. Ia menawarkan klub itu agar setidaknya aku memiliki kesibukan selain sekolah-belajar-sekolah. Demi melihat senyumannya yang sangat manis itu, aku menyetujui dan itu bukanlah hal yang aku sesalkan. Aku berteman dengan baik dengan anggota klub Jurnalistik. Mereka ramah menerimaku. Entah benar-benar menerima ku atau karena aku diperkenalkan sebagai teman Renjun. Tapi tidak apa-apa, asalkan mereka baik itu sudah cukup.
Tidak hanya membantuku dengan masuk kelas Jurnalistik, Renjun juga mewanti-wanti sepupunya dan anggota klub lain agar aku tidak diberi tugas yang terjun langsung dengan bertemu banyak orang. Oleh karenanya aku selalu diberi tugas dibalik layar. Meski awalnya aku menolak namun lama-lama aku menerima, karena pernah sekali aku terjun untuk sosialisasi klub ke kelas-kelas, aku hanya mempermalukan diriku dengan perkenalan yang berantakan. Sejak saat itu, aku benar-benar dibebas tugaskan dari urusan terjun lapangan.
Selama satu tahun setelah perkenalan aku dan Renjun, kami semakin dekat. Ia sering berkunjung ke ruangan klub jurnalis untuk menempeliku. Ia mengajakku untuk bercerita, ah tidak lebih tepatnya ia yang bercerita dan aku yang mendengarkan. sesekali aku akan menimpali ceritanya jika di rasa perlu. Dan semakin hari, aku semakin merasa nyaman saat berada di sisi Renjun.
Aku akan selalu mencari renjun jika sehari saja tidak melihatnya, entah menghampiri ke kelasnya atau bertanya kepada Lucas si ketua jurnalis. Entah keberanian darimana, tepat sebulan sebelum ulang tahun Renjun, aku dengan gugup menyatakan perasaanku kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONGRATULATION - JAEREN/NOREN
FanfictionTerinspirasi dari lagunya Virgoun, Selamat. Selamat itu bukan hanya ada di kata yang berarti bahagia saja, bahkan perpisahan juga ada kata selamat 'kan. Selamat tinggal misalnya. JENO RENJUN JAEHYUN NOREN past JAEREN END