Masih sudut pandang Jeno
.
.
.
.
Delapan tahun yang lalu, aku dan Renjun masih memadu kasih cerita kami. Hubungan kami masih sangat baik, jarang ada pertengkaran di antara kami.
Sejak awal kami menjalin hubungan, kami sepakat untuk mementingkan komunikasi, sekecil apapun. Hal ini untuk menghindarkan kami dari pertengkaran tentunya.
"Jeno, setelah lulus SMA, Jeno mau lanjut kuliah di mana?"
Hari itu kami sedang bercengkerama di rumahku, orang tuaku sedang keluar kota jadi kami bebas mengumbar kemesraan tanpa ada gangguan.
"Aku akan mengambil kedokteran di Neo university, itu target pertamaku sih. Kalau Renjun mau melanjutkan di mana?"
"Aku akan mengambil jurusan arsitek, tetapi kampus yang bagus menurut orang tuaku ada di Kota sebelah. Wayv University. Kebetulan di sana ada sepupuku yang berkuliah di sana, dan ada pamanku yang jadi dosen di sana. Tapi aku takut harus jauh sama Jeno."
Bibirnya yang merah dan kecil mengerucut, sangat menggemaskan.
Aku terkekeh mendengar penuturan lugu dari pria kecil di dekapanku, ku cium tengkuknya sebentar sebelum menjawab.
"Tidak apa-apa, Neo ke Wayv hanya 3 jam. Aku bisa menyusulmu setiap akhir pekan, kita akan menghabisnya waktu bersama saat itu."
Renjun terlihat tidak puas, terbukti dari bibir nya yang makin maju.
"Tetap saja, itu tidak cukup. Nanti kalau aku kangen Jeno bagaimana?"
"Kita masih bisa berhubungan melalui Chat dan Video Call. Tidak apa-apa sayang, ini semua demi masa depan kita masing-masing."
Aku makin mengeratkan pelukan kami, film yang terputar di layar televisi tidak jua aku hiraukan.
"Yasudah deh, tapi nanti tolong sering-sering hubungi aku ya. Aku gampang kangen sama Jeno soalnya."
Aku meletakkan daguku di puncak kepala Renjun lalu dengan halus mengelus lengan kecil yang melilit tubuh ku.
"Pasti, tidak hanya Renjun yang kangen, tapi aku juga.."
Setelah itu hanya pembicaraan ringan mengenai ujian yang akan segera di laksanakan dalam beberapa bulan. Hubungan Kami terhitung hangat dan romantis, saling memberikan support dan perhatian satu sama lain. Saling membantu materi di mata pelajaran yang satu sama lain tidak kuasai, pun setiap hari akan menghabiskan waktu di perpustakaan untuk belajar bersama.
Namun se lurusnya suatu hubungan pasti akan ada masalah bukan, entah akan mengokohkan hubungan kami atau malah menghancurkannya.
Waktu itu kelulusan SMA, Renjun dan aku di nyatakan lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Aku berhasil masuk 3 besar satu angkatan dan Renjun yang sedikit kecewa karena hanya menempati posisi 20.
Sekuat tenaga aku menghiburnya agar ia tidak berkecil hati, karena bagaimanapun ia sudah bekerja keras.
"Sudahlah Sayang, tidak apa-apa. Kamu juga hebat sudah berusaha hingga akhir, hasilnya bukanlah hal yang utama, tapi perjuanganmu itu yang perlu kamu apresiasi. Maka dari itu, aku sangat bangga karena Huang Renjun mampu lulus dan menyelesaikan ujiannya dengan baik."
Aku tersenyum hangat untuk menghiburnya, keluarga kami yang berada tidak jauh dari kami hanya menonton dengan kikikan kecil. Paham sekali mereka menggoda kami yang masih asik berpegangan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONGRATULATION - JAEREN/NOREN
FanfictionTerinspirasi dari lagunya Virgoun, Selamat. Selamat itu bukan hanya ada di kata yang berarti bahagia saja, bahkan perpisahan juga ada kata selamat 'kan. Selamat tinggal misalnya. JENO RENJUN JAEHYUN NOREN past JAEREN END