Prolog

46 4 0
                                    


       HENTAKAN demi hentakan berasal dari kaki Sarif Haqeem, abang sulung Salsabilla Zarine yang sedang menuruni anak tangga semakin kedengaran.

"Salsabilla Zarine! Kalau tak buat masalah memang tak lengkap hidup kau kan?" Laungan suara nyaring Sarif Haqeem dari arah tangga membuatkan Bella tersenyum sinis.

Bella tahu, bahwa dia hanya sedang menunggu masa untuk dipukul oleh abangnya kerana dek tak puas hati dan amarah terhadap dirinya tentang perdebatan mulut antara Bella dan Puan Faridah pada pagi tadi.

"Then? apa kaitan dengan kau?" Dingin saja suara bella membalas laungan seraya menjeling ke arah abangnya itu.

Sarif yang sudah berada di anak tangga terakhir mendengus, berjalan meluru ke arah Bella yang sedang menikmati waktu lapangnya dihadapan TV di ruang tamu.

"Kau. Memang tak serik!" Sebaik Sarif menghabiskan kata-kata terakhirnya, rambut Bella yang panjang dan hitam pekat itu dicengkam kuat oleh Sarif dari belakang.

"Argh! Sakitlah bodoh!" Jeritan Bella membuatkan cengkaman Sarif semakin erat di helaian rambutnya.

Bella terpaksa akur dan bangun dari sofa empuk itu, berserta muka yang berkerut menahan sakit dan pedih di akar rambutnya yang sedang digenggam Sarif.

"Hati aku lagi sakit dengan perangai kau yang biadap ni. Memang elok dari dulu aku kerjakan kau sampai mati!"

PANGG!

Satu tamparan hinggap di pipi gebu milik Bella membuatkan kulit yang lembut itu rasa berpijar. Namun, rasa sakit seperti ini sudah sebati dengan dirinya sejak kecil lagi. Malah, lebih teruk.

Belum cukup dengan tamparan, Sarif mula mengheret Bella jauh dari ruang tamu. Manakala rambut Bella masih berpaut pada cengkaman jarinya dengan kuat.

Sakit. YaAllah...

Bukk! Bukk!

Tumbukkan dan tamparan terus hinggap di wajah mulus itu tanpa Sarif hiraukan darah yang menitik di lantai.

Bella terdiam kaku. Sakit yang melakar di pipi gebunya dibiarkan. Baginya, rasa sesak didada lebih pedih dari kesakitan yang Sarif berikan pada tubuh badannya.

"Menyusahkan orang!"

Bukk!

"Anak tak kenang budi!"

Pangg!

"Kalau bukan sebab kau, ibu takkan lumpuh dulu!"

Bukk!

Dengan tumbukkan terakhir di wajah cantik yang sudah dihiasi darah itu buatkan Bella terkulai layu di lantai. Bersama mata yang berpinar dan kabur.

Puas mengerjakan Salsabilla, akhirnya helaian rambut wanita itu terlerai dari cengkaman jari Sarif Haqeem.

Sarif tersenyum puas sambil memusingkan badannya dan berjalan keluar dari rumah agam itu. Meninggalkan Salsabilla yang masih terbaring lemah di lantai.

Sakit... perih... dan pedih. Berapa lama lagi aku kena tahan semua ini. ?


       Haii bunga dan kumbang sekalian! this is my first story and prolog actually jadi harap tak kecewa. Can call me Angel! Maaf atas susunan kata dan storyline yang masih bersepah. Maklum lah tengah broken nak healing takde duit pulak.

Don't forget vote and comment✨

Dia, Sang Pujaan | HIATUS |Where stories live. Discover now