Bab 41

170 21 2
                                    

Karena ini kunjungan pertamaku maka kelas pada workshop tersebut lebih bersifat orientasi. Hee-na Lee menjelaskan kelas yang akan datang dan memintaku datang kapan pun aku mau. Ketika aku membuat ekspresi meminta maaf, dia melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya dan berkata, “Tidak apa-apa. Aku sangat mengerti.” katanya sambil menyipitkan mata.

Kwon Ido kembali sebelum aku makan malam. Aku yang tadinya diam di kamar sepulang dari bengkel, bergegas keluar ke pintu depan begitu mendengar apa yang dikatakan pelayan. Dia kebetulan masuk ke dalam dan berhenti sejenak ketika dia melihatku menyapanya dengan hangat.

“Apakah kamu pernah ke sana?”

“… … .”

Tatapan gelap mengikuti wajahku. Saat aku memiringkan kepalaku untuk bertanya kenapa, dia menutup mulutnya dan menyipitkan matanya. Lalu dia tersenyum tipis, seolah tak terlihat.

“Aku seharusnya datang lebih cepat.”

Kwon Ido menyerahkan tas itu kepada karyawan dan mendatangiku. Berkat feromon yang berhembus lembut suasana hatiku menjadi rileks.

“Aku tidak menyangka kamu akan menyambutku dengan begitu hangat.”

Setelah mengatakan itu, Kwon Ido perlahan menundukkan kepalanya ke arahku.

“… … .”

Untuk sesaat, kupikir dia akan menciumku. Namun wajah yang mendekat bukan ke arah bibir, melainkan ke arah tengkuk. Seperti seekor anjing yang menyapa pemiliknya dia mengendus dan bertanya dengan nada penasaran.

“Apakah kamu menyemprotkan parfum?”

"ah….”

Aku mengangkat bahuku dengan canggung. Kenapa kau melakukan itu? Kurasa baunya berbeda bagiku.

"Mungkin karena racikannya.”

“Rempah-rempah?”

“Ya, Heena memberiku pekerjaan rumah.”

Saat aku mengatakan itu, aku mengulurkan tangan kananku padanya. Jika ada baunya di sini akan lebih kuat daripada di leher. Dia dengan patuh menundukkan kepalanya dan mencium ujung jariku seperti yang dia lakukan di belakang lehernya.

“Sepertinya kamu sudah bermain-main dengan rempah-rempah sepanjang hari dan baunya enak.”

'Aku akan memberimu beberapa pekerjaan rumah.'

Setelah kelas lokakarya Heena Lee memberiku botol coklat seukuran jari. Setiap botol berisi aroma yang berbeda dan masing-masing memiliki label dengan namanya di permukaannya. Totalnya ada 16 dan dia memintaku untuk mencium masing-masingnya dan menuliskan deskripsinya.

'Tidak harus berupa tulisan, bisa berupa lagu, gambar atau gerakan. Sebaiknya tulislah sedetail mungkin agar orang yang belum pernah mencium aroma ini pun bisa membedakannya.'

Kupikir itu bukan pekerjaan rumah yang terlalu sulit, tapi ketika aku benar-benar menciumnya, ada banyak bagian yang membingungkan. Bukannya aku tidak tahu bedanya, tapi aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perbedaannya kepada orang lain.

“Ah, rempah-rempah… … .”

Kwon Ido menunduk sambil mengeluarkan seruan yang tidak berarti dan dia mengangkat alisnya dengan ekspresi acuh tak acuh.

“Apakah nama instrukturmu Heena Lee?”

“… … .”

Ah deja vu. Aku yakin aku mengatakan ada pembuat parfum yang bagus. Dia pasti merasakan kebingunganku dan menjawab dengan suara monoton.

[BL] 🤎🖤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang