Prolog

272 58 18
                                    

Jaejoong berjalan mengikuti kerumunan arwah menuju gerbang besar di depan mereka. Apakah itu gerbang alam baka? Jaejoong merasa gugup. Satu per satu arwah diperiksa oleh penjaga gerbang sebelum diijinkan masuk.

"Nama."
Tanya seorang penjaga dengan buku besar dan kuas di tangannya.

"E.. Kim Jaejoong."

Penjaga beralis tebal itu menjilat jarinya lalu membuka lembaran-lembaran buku mencari nama yang disebutkan.

"Kim Jaejoong, usia: 24 tahun, meninggal karena melahirkan, kesempatan reinkarnasi: 0. Masuk ke pintu di sebelah sana."

Jaejoong menoleh ke arah yang ditunjuk oleh penjaga. Ada sebuah pintu hitam di ujung tembok panjang di sisi gerbang. Sepi. Tidak ada arwah yang nampak masuk ke sana. Bahkan tidak ada penjaga.

"A..anda yakin?"

"Semua arwah yang tidak berenkarnasi masuk ke sana! Cepat pergi! Kau menghambat antrian! Selanjutnya!"

"Apa yang terjadi ketika aku masuk ke sana Tuan?? Tuan??" Tanya Jaejoong sambil berjingkat, tapi diabaikan dan dengan cepat ia terjauhkan oleh arwah-arwah di belakangnya. Mau tidak mau dia pun berjalan menuju pintu hitam itu.

Sekali lagi dia menoleh ke belakang dan mendongak untuk membaca tulisan di atas gerbang yang ditinggalkannya. Gerbang Penghakiman. Jaejoong tersenyum miris. Tentu saja.. Dia telah melepas kesempatannya untuk bereinkarnasi, tidak ada lagi yang perlu dihakimi atas dirinya, jadi untuk apa masuk ke sana..? Dia mungkin akan menjadi arwah yang dimusnahkan setelah ini.. Dengan memaksakan senyum, Jaejoong melanjutkan langkahnya.

Rasa takut mulai menyelimuti ketika ia sampai di depan pintu hitam yang dimaksud. Jaejoong berdiam diri lama di sana. Akankah dia hilang begitu saja begitu melangkahkan kaki melewati pintu tersebut?

"Apa yang kau tunggu?"

Sebuah suara mengagetkan Jaejoong dari belakang, Jaejoong menoleh dengan terkejut. Ternyata itu adalah nenek pencabut nyawa yang mengantarnya ke alam baka.

"Ah, Nenek.. Kupikir nenek sudah pergi."

"Aku datang lagi karena takut kau tersesat. Kenapa hanya berdiri di sini? Kau tidak mau masuk?"

"Tidak, aku hanya.. Sedikit takut.."

"Kau tidak terlihat takut ketika menjual kesempatan reinkarnasimu padaku."

"Nenek benar.."
Ingatannya akan Yunho memberi Jaejoong keberanian lagi. Jaejoong pun kembali tersenyum. Disentuhnya pintu hitam itu.

"Nenek, apa kau tahu apa yang ada di balik pintu ini?"

"Tidak ada yang tahu. Bahkan pencabut nyawa sepertiku sekalipun. Hanya Raja Yeomra dan arwah-arwah yang tidak bereinkarnasi yang bisa membuka pintu itu."

"Benarkah..?"

"Mn. Kudengar, ini jalan pintas menuju tahta tertinggi Raja Yeomra."

"Jadi, aku akan menghadap beliau setelah ini?"

"Kurasa begitu."

"Kenapa tidak terlihat arwah lain selain diriku?"

"Sangat jarang ada arwah yang tidak bereinkarnasi. Bahkan manusia yang melakukan kejahatan besar sekalipun mendapat kesempatan untuk bereinkarnasi menjadi binatang." Nenek pencabut nyawa terkekeh.

"Ahaha~ begitu.. Lalu.. Apa yang akan Raja Yeomra lakukan pada arwah-arwah sepertiku Nek?"

"Tidak ada yang tahu, tidak ada arwah yang keluar lagi setslah masuk ke dalam sana."

Jaejoong menatap sendu.
"Kurasa benar aku akan menghilang setelah ini ya.. Terima kasih Nek, aku tidak menyesal, hanya sedih karena ini adalah kali terakhir aku bisa mengenangnya.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Faithful: Another ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang