Alice Lucias Mckinley
Kini aku berdiri didepan gerbang rumah bertingkat dua yang berwarna cokelat-kemerahan yang akan segera kutempati bersama kakakku, Adrian.
Saat kak Adrian membuka gerbang rumah ini, terdengar suara decitan kasar yang cukup membuat telingaku sakit.
Kulihat sekeliling halaman rumah ini, teryata rumah ini memiliki halaman yang sangat luas. sayangnya, tidak terawat oleh pemilik sebelumnya membuat halaman itu penuh dengan rumput-rumpur liar yang panjang dan juga beberapa pepohonan yang cukup lebat. membuat halaman ini mirip dengan hutan yang kadang ada difilm petualangan yang sering kutonton.
Kuikuti kak Adrian yang sudah ada didalam rumah lebih tepatnya dilantai dasar. dilantai dasar rumah juga sama dengan halaman yaitu sangat luas, tetapi didalam sini sangat terawat. lantainya putih, dinding dalam rumah yang bagian bawahnya berwarna cokelat-kemerahan sedangkan bagian atasnya berwarna putih terang yang sangat berbeda dengan warna rumah bagian luar tadi dan juga sebuah tangga yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai atasnya.
Lalu aku mulai melihat ruangan-ruangan yang ada dirumah ini sekaligus memilih ruangan yang akan kugunakan untuk menjadi kamarku.
Teryata rumah ini memiliki sepuluh ruangan yang berisikan tiga kamar mandi yang dilengkapi bathub yang salah satunya ada dilantai dasar dan sisanya dilantai atas. Empat ruangan kosong berwarna berbeda-beda mulai yang berwarna putih dan jingga yang ada dilantai dasar sampai cokelat dan ungu-biru yang agak sedikit abstrak dilantai atas. sebuah ruang dapur yang dilengkapi dengan meja makan yang cukup untuk menampung delapan orang disekelilingnya. sayangnya, kami hanya berdua. satu ruang tamu lengkap dengan dua sofa merah yang cukup besar saling berhadapan, dengan meja putih ditengahnya. dan juga sebuah gudang penyimpanan barang bekas.
"Mau kamar diruangan yang mana?"
Tanya kakakku, membuat otakku mulai berpikir ruangan mana yang akan cocok untuk kamarku"Mungkin ruangan yang berwarna ungu-biru yang agak sedikit abstrak, kak" Jawabku, Karena aku memang suka warna ungu dan biru yang cocok dengan karakterku.
"gak takut? Itukan, ruangan yang paling dekat gudang"
Ya ampun, aku lupa kalau kamar itu dekat sekali dengan gudang penyimpan. Oh iya gudang penyimpanan berada dilantai atas dan paling belakang. Bagaimana jika gudang menyimpan itu ada makhluk halusnya?
"Kakak jangan bikin aku takut!"
Jujur aku sangat takut pada makhluk halus, walaupun terkadang sering nonton film horror pun aku tetap takut dengan yang namanya makhluk halus."Kau dari dulu sampai sekarang masih takut aja yang namanya begituan, kayak anak kecil saja" sindir kak Adrian, lalu pergi entah kemana.
Padahalkan dia yang membuatku takut. kenapa sekarang malah nyindir aku kayak anak kecil? lalu pergi entah kemana lagi? dasar kakak yang tidak baik pada adiknya.
"Cepat pergi dari sini!!! sebelum kau dibunuh olehnya!!!"
Telingaku menangkap sebuah suara yang sangat lirih dan juga pelan. Aneh, suara kak Adrian tidak pernah selirih ini pasti orang lain. Tunggu disinikan cuman ada aku dan kak Adrian. kalau bukan kak Adrian lalu siapa?
Karena takut, aku langsung berlari kearah pintu keluar. Dan kulihat kak Adrian yang berada didepan mobilnya sambil memandangku tajam. Jika kak Adrian ada disini, lalu suara didalam tadi, milik siapa?
"Ayo pulang, sebelum bibi khawatir dengan kita"
"Iya"
Aku dan kakakku tinggal dirumah bibi yaitu adik dari ibuku, sejak ayah dan ibu pergi untuk selama-lamanya. Ayah dan ibu pergi meninggalkan kami saat membawa kue ulang tahunku ke 11, karena menabrak tiang listrik dengan kecepatan sangat tinggi. Sejak saat itu, ketika aku berulang tahun. aku selalu bersedih mengingat orang tuaku yang pergi meninggalkan kami, karena kue ulang tahunku itu.
Sayangnya, besok kita tidak lagi tinggal dirumah bibi. karena kita sudah besar dan tidak mau menyusahkan bibi. apalagi kak Adrian sudah kerja lebih tepatnya kuliah sambil bekerja yang cukup untuk menghidupi kami berdua.
Lalu aku dan kak Adrian menuju mobil volvo yang akan membawa kami kerumah bibi. rumah bibi berada dikota yang berbeda dari sini.