Bagian 1

9 3 4
                                    

"Nanti gue kalo gak dapet temen gimana?" ucap Anggi kepada Andin dan Bagas selaku sahabatnya.

"Terus kalo kalian, udah punya temen masing-masing, kalian berdua pasti ngelupain gue. Gue gak mau pindah kelas, mau sekelas lagi," rengek Anggi, Andin dan Bagas menghela napas, tau bahwa temannya yang satu itu sangat berlebihan dalam berpikir, belum juga dijalani sudah membayangkan yang tidak - tidak.

"Nggi, gak semua orang jahat, jangan berpikir berlebihan. Siapa tau lo ketemu jodoh lo di kelas yang baru ini, stop overthingking," ujar Bagas menenangkan. Dibandingkan Bagas, Andin memang cenderung cuek dan menunjukkan kepeduliannya secara diam-diam.

"Tapi tetep aja, gue udah terlanjur nyaman juga sama temen sekelas kita yang ini." Anggi mengucapkan itu dengan nada lesu seakan tak siap menghadapi kenyataan bahwa besok ketika kenaikan kelas, mereka harus berpisah kelas.

"Udah gak usah dipikirin, mendingan kita beli mie nyablak aja, gimana?" tawar Andin yang sedari tadi diam. "Iya, ayo kita beli mie nyablak aja, itung-itung perayaan kenaikan kelas." sahut Bagas, Anggi yang sudah lesu hanya mengangguk mengiyakan saja.

***

"Assalamualaikum Bun, Anggi pulang,"

"Waalaikumsalam, ya ampun kamu ini kayak gak ada semangat hidup," heboh Anita selaku Bunda Anggi.

"Gimana gak lesu, orang bakalan pindah kelas. Udah gak sama Bagas ataupun Andin." Anggi mengucapkan itu sambil menaruh tasnya di sofa.

"Halah nanti juga bakalan dapat temen baru, kayak gak pernah ganti temen aja." sahut Anita santai.

"Ya kan beda bun, lagian kenapa sih harus ada acara rolling kelas lagi," kesal Anggi sembil duduk dan melemparkan tasnya ke sofa.

"Anggi, Nak maksud gurumu itu bagus, biar kalian gak dapet temen yang itu-itu aja, biar kalian ngerasain gimana sih caranya bersosialisasi dengan baik dan dengan lingkungan baru dan pengalaman baru sama orang baru." terang Anita yang mengelus rambut anaknya.

Mendengar nasihat dari Anita, Anggi hanya menghela napas mencoba menerima apa yang terjadi dan melanjutkan tidur di pangkuan Anita.

"Yang sabar ya, nanti pasti dapat temen yang baik lagi, toh Bagas sama Andin bakalan tetep jadi sahabat kamu," ujar Anita yang dibalasi anggukan oleh Anggi.

"Udah sana mandi terus makan, gak usah galau galau lagi, alay kaya habis putus cinta aja." suruh Anita kembali ke mode ibu ibu jaman now.

"Bunda jangan mulai deh, udah tua malu sama umur," setelah mengucapkan itu Anggi bergegas lari menuju ke kamarnya.

"Awas ya kamu, Anggi nanti kalo turun Bunda, hih kamu," teriak Anita.

"Bunda jangan teriak-teriak, ini rumah bukan hutan," ujar Anggi dalam kamar sembari tertawa mendengar omelan Bundanya. Ah rasanya senang sekali ketika Bundanya marah, rumah menjadi ramai.

***

Tak terasa setelah liburan 2 minggu kemarin, waktunya rutinitas kembali seperti semula, sudah tidak ada yang namanya tidur sampai bangun siang.

Namun, karena kebiasaan selama 2 minggu yang buruk itu, kini Anggi merasa keteteran untuk berangkat sekolah, rasanya waktu sangat berjalan begitu cepat.

"Bunda, Anggi berangkat dulu ya," pamit Anggi yang menggunakan sepatunya sembari tergesa gesa.

"Eh, anak ini." belum sempat Anita menyelesaikan ucapannya, Anggi sudah berangkat menggunakan sepedanya menuju sekolah, Anita yang melihat itu hanya bisa mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Emang gak jauh beda sama ayahnya."

Anggi sudah sampai di sekolah dengan perasaan cemas, dia berjalan menuju mading sekolah di sana sudah terdapat kertas yang berisi list kelas baru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang