Doyoung merenung.
Memandang bingkai foto yang menampilkan dia dan Renjun berusia 15 tahun.
Nafas panjang dikeluarkan, lalu kakinya melangkah. Dan membuka pintu geser menuju balkon.
Dokter Kim menyalakan sebatang nikotin.
Dihisap lalu dihembuskan begitu saja keudara malam dari balkon apartemen. Dia sedang kacau, memikirkan pasien spesial miliknya.
.
Sore ini, kakinya terus berjalan dengan membawa paper bag ditangan. Renjun dengan syal merah dan wajah yang semakin kehilangan rona merah disana.
Begitu pucat.
Ia dalam perjalanan menuju apartemen Jisung.
Teman-teman gang dulu sekolah menengah pertamanya, mengadakan acara makan malam bersama hari ini.
Ini sudah hampir sebulan.
Keadaan Renjun, jauh dari kata baik.
Ditambah, hubungan dengan Guanlin tidak kunjung membaik. Pemuda Lai itu menghindar, membuat jarak tidak terlihat antara mereka berdua.
Renjun merenung dalam langkah kakinya melewati jalan.
Teringat kejadian, dimana ia dibujuk oleh psikiater yang terlihat gelisah dengan pandangan berkaca kepada dirinya.
...
...Selesai dengan penjelasan Renjun berikan kepada dokter kim, mengenai kondisi tubuhnya. Wajah yang selalu datar merengut kepadanya.
"Mengapa tidak mengabari?" Ketus psikiater itu.
Renjun menggeleng "Tidak, akan merepotkan anda." Tentu. Doyoung memandang tidak setuju kepada Renjun.
Doyoung "Konyol!" Tukasnya. Kembali berujar memandang lurus dirinya "...Aku tidak begitu. Ini sangat berbahaya Renjun, apa ibu tahu?"
Ia tertegun.
Benar...
Ibunya belum mengetahui ini.
Dengan sendu ia berbisik "...sebaiknya sembunyikan."
Tepatnya mendapatkan protes dari dokter Kim. Doyoung terus mencoba "Tidak Ren-- itu lebih buruk. Katakan kepada nyonya Huang jika anda memiliki kutukan ini dalam tubuh, ini sangat beresiko. Kau harus melakukan pengangkatan akar ini--"
"Dokter kim."
Renjun memanggil, itu berhasil.
Dokter Kim yang sebelumnya berujar penuh kegelisahan bungkam.
Ia menghela nafas, tangan itu bergerak menggenggam tangan Doyoung-- tengah memperhatikan dengan manik bergetar.
"Jawab pertanyaan ini." Dokter itu mengangguk.
Renjun menghirup udara sejenak, berusaha menghapus rasa sesak dan sakit. Meskipun percuma.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOWER'S || Hyuckren
Short StoryRenjun begitu rapuh, ia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Seakan-akan waktu begitu membenci dirinya yang lemah. Menyimpan ingatan sendiri, mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin sebagai obatnya. S H I P : - Hyuckren - Jaemren - Guanren - Hyuckryu ...