Tiga belas

11 0 0
                                    

Mantan

****

"Ini Osamu, temen sekelas pas tingkat dua."

Aku memperkenalkan Osamu pada pria yang baru saja datang dari tempat parkir setelah hampir tiga puluh menit berlalu itu.

"Oh, kembaran mantan kamu itu?" Tukasnya, meski tangannya kini menjabat tangan Osamu yang sudah terulur lebih dulu.

"Loh, udah tau kalo kembaran gue mantan cowoknya tunangan lo?" Osamu turut menyeletuk. "Tuh orangnya di sana, sekalian kalau mau kenalan." Dagu Osamu menunjuk, ke arah sekumpulan laki-laki yang tengah mempeributkan hal nirfaedah.

"Sam!" Dahiku berkerut, sekedar memberikan sinyal bahwa membahas eksistensi Atsumu tidak akan berbuah baik untukku.

Tetapi, tidak butuh menunggu detik berikutnya hingga pria disampingku itu menjawab celetukan Osamu dengan tampang serius yang belum pernah aku lihat sebelumnya. "Oh, boleh tuh. Siapa tau gue bisa tanya-tanya kan, si Mbul suka apa aja pas SMA."

Kalau aku bisa melihat wajahku di cermin sekarang, pasti bola mataku tengah membulat. Mempertanyakan tentang apa asiknya menanyakan sesuatu tentang pasanganmu pada mantan kekasihnya.

Meski, aku yakin Atsumu sudah melupakan masa yang sudah satu dekade berlalu itu.

"Apaan sih?" Ucapku, namun Osamu sudah lebih dulu memanggil saudara kembarnya. "Sam, lo juga apaan sih?"

"Bagus dong, tunangan lo baik mau kenal sama mantan dari tunangannya." Terdengar diplomatis, tapi aku tahu tersirat sarkas tipis di balik kalimat Osamu itu.

Aku makin gusar ketika melihat Atsumu yang kini datang ke arah kami hingga membentuk kumpulan persegi, dan berharap tidak ada yang memperhatikan. Aku tidak ingin membuat sebuah pertunjukan di mana kemungkinan akan ada banyak orang yang mengetahui tentang hubungan di masa laluku.

Benar, tidak ada yang tahu kalau aku dan Atsumu pernah berhubungan kecuali kawan-kawan dekatku. Dan di pihak Atsumu, mungkin hanya Osamu yang mengetahuinya.

Kami memutuskan untuk tidak mengumbarnya, karena aku tidak suka perhatian, dan Atsumu yang sudah terlalu banyak mendapat perhatian.

"Kenapa, Sam?" Tanya si pirang itu dengan gamblang. Sebelum fokusnya beralih pada pria di sampingku. "Ah, ini calonnya Mbul?"

Saat aku kembali dari pikiranku yang sejenak berkelana ke masa sepuluh tahun yang lalu, aku sudah melihat kedua tangan itu saling menjabat.

"Gue Atsumu. Miya Atsumu." Atsumu berucap. Terdengar lebih vokal dibanding nama yang kemudian terucap dari bibir lain, dari orang yang kini menjabat tangannya.

"Akhirnya gue ketemu orang yang tiap gue dateng ke tempat Mbul, pasti dibahas."

Aku bisa merasakan napasku berhenti selama beberapa saat.

"Oh ya?" Atsumu tampak biasa saja, meski kemudian dia diubah ke arahku. “Mama sehat, Mbul.”

Tenggorokanku tercekat, hingga membuatku melewatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaannya.

"Sehat kok. Kapan-kapan lo main deh ke rumah, mama pasti seneng." Jawab pria di sebelahku, mewakili.

Namun aku tak merasa terwakili dengan jawabannya.

"Kok elo yang bilang boleh? Kan rumahnya punya si Mbul."

Pada dasarnya Atsumu dan Osamu punya natur yang sama, provokatif dan pasif agresif.

"Lo lupa kalo bentar lagi kita nikah?"

Atsumu terdiam sejenak, sebelum dia terkekeh, "oh, iya ya."

Aku ingin ini segera berakhir.

****

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[on going] a Haikyuu!! fanfiction│Mantan│Miya Atsumu x ReaderWhere stories live. Discover now