oneshot - duka

29 3 0
                                    

"Rasa sakit biasanya datang dari orang yang kamu harapkan dan sayangi."

Hanma yang dulu mengulum tawa, lalu dilepas juga sampai membahana. Seringai yang bagi Kisaki bermakna dua itu datang lagi di paras si tinggi. "Memangnya siapa kamu pikir bisa dapet cintaku? Aku hidup cuma buat cari kesenangan, kamu tau kan?"

Kisaki menepuk jidat, memandang Hanma yang mau dilihat darimanapun belum pernah merasakan sakit yang paling sakit. Dibalasnya-lah argumen Hamma dengan tunggu aja. Kalau kamu sudah merasa suatu saat nanti kamu bakal ingat lagi kata-kataku yang ini.

Kini, semua dialog itu hanya kenangan. Namun datangnya seperti petir di siang hari, mendadak, menyentak dan menggerogoti hati Hanma; merusaknya dari dalam, datang dari sesuatu yang bernama rindu. Dan untuk ke-ribuan kalinya ada air mata Hanma yang kembali jatuh untuk sosok yang sudah tak lagi ada.

Sebulan sudah lewat semenjak terakhir kali Hanma menatap tubuh bersurai emas terpejam dengan damai di atas kasur kremasinya. Hanma minta waktu sebentar untuk mengucap selamat tinggal pada raga Kisaki yang masih utuh sebelum akhirnya dibakar juga. Si pemilik mengangguk takut, karena sebelum datang pun Hanma juga bawa-bawa ancaman sebab dirinya yang adalah buronan.

Hanma memandang paras Kisaki. Masih seperti biasa, seperti Kisaki yang Hanma sempat kenal dulu. Rahangnya tegas dan alisnya galak. Kantung matanya besar akibat malam yang seharusnya dipakai tidur malah lelaki itu gunakan untuk berpikir dan berpikir. Hanma sempat khawatir dengan kondisi kesehatan Kisaki, tapi rupanya cemasnya itu berakhir tiada guna. Takdir Kisaki berkata lain.

"Kremasi dia." Petugasnya segera terbirit berlari mendekat. Dengan menunduk takut ia mendorong Kisaki ke dalam besi pembakar. Hanma tidak peduli tentang ucap-ucap si petugas yang ikut berduka, menjilat agar Hanma tidak membunuhnya. Sungguh, Hanma tidak peduli dan rungunya bahkan tidak menangkap satupun kata.

Hanma hanya meratapi siluet wajah Kisaki untuk terakhir kalinya. Si jangkung masih bertanya-tanya dalam hati, perasaan apa yang Kisaki hadapi di saat terakhirnya? Apakah ada satu pesan khusus untuk Hanma disana? Apakah guratan dan lekukan dari inci air muka Kisaki menandakan sesuatu?

Hanma tidak tahu. Di tebakannya mungkin ada dendam yang dibawa mati oleh Kisaki, atau rasa sedih yang terpatri karena akhir bagi lelaki itu datang secara mendadak, atau apa pun itu pikiran Hanma tidak cukup menampungnya, sebab saat masih hidup pun susah sekali membaca pikiran dan perasaan Kisaki, dan karena itu jugalah Hanma tertarik pada si lelaki.

Pesan dari air muka Kisaki? Hanma tidak akan pernah tahu bahkan sampai ia mati. Barangkali harus ia mati dulu dan bertemu sosok itu di atas sana dan bertanya apa maumu sebenarnya sebelum pergi? Biar aku tau dan andai bisa saja aku tau sebelumnya agar kubantu lepas semua dendammu dan sedihmu itu biar kubantu habisi biar kamu tenang, Kisaki.

"Kamu memang gak pernah bisa dibaca."

Ujarnya terbang dibawa angin malam. Hanma harap Kisaki mendengarnya. Jam dua dini hari dan Hanma masih bersandar di tiang listrik dekat halte bus, rokok terhimpit di kedua jarinya.

"Bisa sehari aja kamu berhenti ngerokok?"

Hanma penasaran. Jika Kisaki masih ada di sini, apa lelaki itu juga akan masih mengomelinya atau protes terakhirnya sebelum pergi itu sudah tanda Kisaki akan menyerah tentang Hanma dan rokoknya?

Hanma tidak tahu. Yang Hanma tahu hanyalah bahwa lelaki itu benci sekali dengan rokok. Padahal sama-sama berandalan, ejeknya dulu. Tapi Kisaki punya pendirian yang kuat dan mana mungkin orang licik sepertinya mudah terhasut, apalagi dengan hal-hal kecil seperti ini. Ingat sekali waktu itu adalah kali pertama Hanma memaksanya untuk merokok, dan detik selanjutnya rokok itu sudah terbang jatuh dari lantai 5. Kisaki menepisnya. Tolakan keras untuk Hanma.

"Aku masih mau hidup lama."

Hanma membeku di tempat sebelum sempat menghisap rokoknya. Kekehnya menguar, siapapun yang mendengar juga paham bahwa ia tertawa pilu dan begitu tersadar ia menelan lagi suaranya dan ditahan dengan himpitan puntung di bibir. Jika tidak seperti itu maka Hanma akan berakhir terisak lagi.

Kenapa, ya? Padahal dia cuma memakaiku sebagai alat dan dia juga yang bilang akan membuangku kapan saja? Aku juga yang bilang tidak akan menyayangi siapapun sampai mati dan tidak akan pernah ada air mataku satupun yang jatuh untuk siapapun.

Kenapa, ya?

Mungkin ini karma dan Hanma sedang menjilat ludahnya. Jika saja Hanma mendengar Kisaki waktu itu, jika saja ia pulang ke rumah dan memakai waktunya untuk mendalami nasehat Kisaki waktu itu, barangkali ia tidak akan berakhir semengenaskan ini. Sebab jika ia sudah tau sejak lama maka sudah ada persiapannya untuk kehilangan dan jujur Hanma bersumpah demi apapun ia belum siap kehilangan.

Kisaki sudah tau sejak lama bahwa Hanma belum pernah merasa sakit yang paling sakit. Selama ini yang lelaki itu tau hanya sakit fisik yang bisa sembuh dalam beberapa hari dan Kisaki jauh di dalam hatinya memiliki sisi lunak yang ia beri doa untuk Hanma supaya suatu saat lelaki itu tidak perlu menderita sebegitunya.

Tapi rupanya karma adalah karma dan Hanma sedang membayarnya.

Rokoknya terjatuh di tanah dan apinya padam terkena tetesan air dari mata Hanma. Tungkainya sudah tertekuk dan parasnya disembunyikan disebalik tangan. Hanma berduka untuk yang kesekian kalinya.

Semua perasaan yang aneh dan asing mengambil alih Hanma. Dadanya sesak oleh semua amarah dan derita, tenggorokannya seolah tidak mampu bersuara, seperti ada duri yang mengikatnya di sana, matanya panas dan mau berapa kalipun diusap selalu ada hangat yang mengalir dan membasahi jaketnya.

Tamparan besar bagi Hanma adalah bahwa ia baru sadar ia menyayangi seseorang ketika ia kehilangan sosok itu untuk selamanya. Harusnya Hanma sadar sejak lama ialah 'sayang' dan segala bentuk afeksi bukan sekedar untuk kekasih romantika. Masih ada pertemanan yang ia abaikan, pertemanannya dengan Kisaki yang sudah mengajarkan Hanma loyalitas dan kesenangan. Sebetulnya Kisaki mengajarkannya banyak hal selain dunia berandalan; kembali, ada sisi lunak Kisaki untuk Hanma yang membuatnya rela berbuat begitu. Sayang, Hanma tidak pernah sadar dan tidak pernah mengerti sebab ada alasannya tidak mau mengerti dan karena otaknya tak mampu mengerti.

"Tunggu aja. Kalau kamu sudah merasa suatu saat nanti kamu bakal ingat lagi kata-kataku yang ini."

Isaknya semakin keras. Persetan dengan siapapun yang lewat. Justru Hanma ingin semua manusia di bumi ini tahu bahwa ia sedang berduka dan kehilangan, supaya siapapun yang bisa mengerti sakitnya ikut berduka bersamanya. Agar semesta ikut bersedih dan mengerti luka Hanma yang sepedih ini dan Hanma masih terisak di sana: tidak ada satupun yang lewat dan mengerti siapa itu Kisaki dan menangisi kepergian lelaki itu karena Kisaki pergi dengan dibenci dan hanya Hanma seorang yang peduli.

"Harusnya kudengar ucapmu waktu itu, Kisaki."

fin.

𝐃𝐔𝐊𝐀 ; hanma, kisaki ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang