Sekarang harbi sudah menginjak bangku kelas 9,harbi sudah bernapas lega karena kedua orang tua nya tersebut tak kunjung bercerita ya biarpun pertengkaran mereka tak pernah usai.
"Lo kenapa bi waktu itu" tanya Hendra pada harbi
"Yang mana ndra?, Perasaan gue baik-baik aja" tanya harbi memasang wajah polos
"Ini memang hal yang gue liat pas kelas 7,tapi itu gue liat jelas banget dan pas tadi juga gue liat hal yang sama"
"Lo liat apa si memang nya" tanya harbi yang semakin penasaran dengan hal apa yang Hendar lihat
"Tatapan lo kok bisa si bi kosong kayak gitu?" Tanya Hendra hati-hati
Mendengar pertanyaan Hendra tersebut membuat harbi tersentak ia tak menyangka akan ada orang lain di toilet tadi saat ia dengan memikirkan masalah kedua orang tua nya,bukan sekali dua kali harbi seperti itu di sekolah,tapi ia menyembunyikan hal tersebut dengan sangat rapat,melamun di toilet sekolah dengan tatapan yang kosong, harbi tentu saja menyadari tatapan nya tersebut tapi ia tak menyangka akan ada orang yang melihat dirinya seperti itu.
Harbi sedikit takut kalau Hendar akan menyebarkan tentang apa yang ia lihat, pasalnya semua teman harbi mengetahui bahwa harbi adalah anak yang tak memiliki masalah dengan hidup yang makmur tanpa harus memikirkan apa pun,harbi tak ingin teman-teman nya tahu akan masalah yang ia punya.
"Lo salah liat hen,itu gue lagi coba softlens yang item itu loh" ujar harbi mencoba mengelak
"Halah jangan bohong lo, jelas-jelas gue liat tatapan lo kosong gitu" ucap Hendra yang tak mempercayai omogan harbi
Harbi cukup was-was di buat Hendra tapi ia kembali mengelak dengan alasan yang serupa "di kasi tau juga,yaudah kalau gak percaya" ucap harbi mencoba menghindari Hendra
"Eh,eh bi" Hendra yang melihat harbi ingin pergi pun menarik tangan harbi agar ia tak bisa pergi
"Kenapa lagi"
"Iya gue percaya tapi bi lo harus cerita ya kalau punya masalah" ujar Hendra yang memberikan puppy eyes pada harbi
"Dih jijik hen,iya gue bakalan cerita kalau ada masalah dan juga sebaliknya,kalau lo ada masalah lo harus cerita" ucap harbi sambil tersenyum
"Kalau itu si pasti,dah yuk masuk kelas" ajak Hendra pada harbi,harbi pun tak menolak di ajak masuk kelas toh sudah jam masuk
Suasana di kelas sekarang sunyi karena mapel pelajaran saat ini adalah matematika pelajaran yang mungkin banyak murid tak suka
"Harbi kamu maju bantuin ibu jawab soal di depan" ujar buk Tati menyuruh harbi untuk maju
"Iya Bu" harbi tentu saja tak menolak mau nolak juga gak bisa
"Seperti biasa tuan harbi lah yang di suruh maju" ujar Jehan saat harbi melewati meja nya
"Kalau lo yang maju memangnya bisa jawab" ucap Johan yang duduk di samping Jehan
"Enggak si" jawab Jehan sambil cengengesan
"Ada-ada aja tingkah lo berdua" kekeh harbi melihat tingkah laku dua kakak adik tersebut
Kelas berjalan seperti biasanya semua murid bosan menunggu bel pulang.
Author bingung mau bikin nya gimana lagi langsung ke rumah harbi aja ya
Harbi telah pulang ke rumahnya tapi seperti biasa bukan sambutan hangat yang menghampiri harbi tapi pertengkaran kedua orang tua nya yang semakin menjadi
"Assalamualaikum harbi pulang" ucap harbi berharap pertengkaran kedua orang tua nya akan berhenti tapi kali ini orang tua nya tak peduli dengan keberadaan harbi mereka hanya menyuruh harbi masuk kamar dan melanjutkan pertengkaran mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappear?
Fanfictionsemua orang pasti sering memiliki keinginan untuk menghilang dari dunia ini, tetapi mau sesering apapun mereka memiliki keinginan untuk menghilang hanya sedikit orang yang bisa menghilang dengan cara mereka sendiri. Harbi Farisi anak yang selalu ing...