06. Coda (Pascal-Archimedes)

784 134 171
                                    

⚠️ TW // harsh word, mentality, suicide, blood, knife, gun, violence, rape, etc. (17+) ⚠️








Selain kecerdasan intelektual dalam berbahasa serta pengaplikasian rumus matematika, mama bilang fisika menjadi ilmu paling dasar untuk menyederhanakan sistem kehidupan. Dari hal remeh seperti bagaimana biologi menguraikan cara kerja darah, fisika juga memiliki analoginya sendiri. Selayaknya dongkrak hidrolik, jantung manusia dapat mengalirkan darah sebab memiliki gaya tekan. Darah yang berkumpul di organ utama itu merupakan zat cair yang berada dalam ruangan tertutup (kapiler; arteri; vena) sehingga tekanan yang diberikan jantung secara alami dapat mendorong darah ke seluruh tubuh terutama bagian otak yang akan mengkomando sistem saraf.

Singkatnya, jantung bekerja seperti pompa air, memberi tekanan kemudian mengalirkan sumber energi (darah) menuju mesin dinamo (otak) sehingga tubuh manusia dapat diaktifkan (bangkit dan bergerak). Hal tersebut yang menjadi dasar bunyi hukum Pascal dalam ilmu fisika.

"Dulu mama mendapatkannya di hari kelulusan."

Serpihan oranye keemasan dari bola mata Jarek bergerak mengikuti mama. Pipet berisi air raksa serta gelas ukur yang berderet di atas meja kini terabaikan, pandangannya mengarah pada mama yang berjalan mendekat dengan kotak beludru hitam berukirkan kelopak bunga mawar mengitari bagian penutupnya. Begitu dibuka, percepatan ribuan cahaya menerobos dari ventilasi jendela besar di sisi kanan perpustakaan, menubruk kristal kaca yang menggantung di pusat ruangan ─cincin emas dalam kotak tadi nampak semakin menawan. Menancap elegan, mengabadikan kontras warna monokrom dengan variasi suntik putih mewah kala surya mencumbunya mesra.

Lupakan soal gairah yang sempat terselip dari cara berpikir Jarek barusan ia terdengar seperti pareidolia, menganggap bahwa cincin emas adalah perempuan sebab perhiasan seringkali dikaitkan sebagai perwakilan feminitas.

Mama mengeluarkan cincin itu kemudian meletakkannya di atas meja, tepat di hadapan Jarek yang hanya mengerutkan keningnya. Tanda tanya besar terpeta dari wajah bersihnya begitu dua pasang lentera serupa saling bertukar sorot mata.

Tentu saja Jarek tidak mempertanyakan dari mana cincin itu berasal atau untuk apa diperlihatkan. Ia tahu, sebagai lulusan Le Rosey beberapa tahun silam mama mendapatkan 'tanda mata' itu dari institut tempatnya mengenyam pendidikan. Semacam icon pengakuan bahwa telah menjadi bagian dari keluarga besar Le Rosey, setiap lulusannya ─estafet sejak generasi pertama─ akan dihadiahi cincin dengan model kelopak mawar yang sama.

"Ingat soal Archimedes?"

"Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang sama dengan berat zat cair yang dipindahkannya." Jarek menyahut lancar namun gurat tampannya masih menunjukan kebingungan.

Akibat adanya gaya angkat ke atas (gaya apung), benda yang ada di dalam zat cair beratnya akan mengalami pengurangan sehingga terasa lebih ringan jika dibandingkan saat diangkat di darat. Dalam fisika, bunyi itu dikenal sebagai hukum Archimedes. Sebuah paham yang menjelaskan adanya keterkaitan gaya berat dan gaya ke atas pada suatu benda jika dimasukkan ke dalam air.

Tapi kenapa mama tiba-tiba menanyakan bunyi hukum satu itu?

Rouge velvet nomor 62 melengkung begitu mama memperhatikan ekspresi serius putra bungsunya, Jarek melipat kedua lengan di atas meja dengan kepala yang terus bergerak mengamati cincin tadi dari berbagai sisi.

Bila boleh jujur, Jarek memang mewarisi banyak hal hingga nyaris disebut sebagai fotocopy-an mama. Sejak kecil ia terbilang lebih 'kepo' dibanding kedua saudaranya ─Jarek tertarik pada hal-hal nyentrik seolah memori card di dalam kepalanya itu memiliki kapasitas tak terbatas. Alih-alih menyediakan guru privat, mama memilih turun langsung untuk menjawab semua rasa penasaran Jarek. Jan menyebut mereka si gila fisika. Selain senang berurusan dengan musik klasik, keduanya cocok menyandang gelar partner of crime sebab saling cocok satu sama lain ─hampir setiap hari melakukan penelitian sederhana, 'ngedate' dengan setumpuk buku bacaan baru di perpustakaan, membedah kasus yang diberitakan di televisi tadi pagi, bahkan sampai bermain catur dengan obrolan seputar rudal yang diluncurkan dalam aksi genosida sebagai camilan siang.

LEVANTER || Jake Shim [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang