P R O L O G

131 41 116
                                    

Dari sekian banyaknya manusia kenapa Anin menjadi adik dari kakak kembarnya yang super duper nyebelin dan jahil. Menjadi anak bungsu perempuan dan memiliki dua kakak kembar begitu menyiksa. Bukannya tidak bersyukur, hanya ia bingung saja. Berjuta-juta manusia bahkan bermilyar-milyar manusia kenapa harus Shindu dan Izaz?

Shindu dan Izaz, anak kembar yang begitu jahil. Terkadang ia juga bertanya-tanya tentang nama sang kakak kepada ibu mau pun ayah. Kenapa nama mereka tidak mirip? Bahkan wajah mereka pun tidak mirip, yang mirip hanya sifat saja.

Anin juga kadang berfikir jika kedua kakak kembarannya itu anak orang lain yang di adopsi oleh Ibu dan Ayahnya?

Keluarga Baskara yang terdiri dari Ayah, Ibu, Si kembar dan juga Anin. Hanya Anin saja yang selalu menjadi target utama si kembar dalam urusan jahil menjahil.

Seperti saat ini, Anin tengah menangis karena telah dikerjai oleh si kembar. Entah ide dari siapa saat Anin memasuki kamarnya ada beberapa mainan karet berbentuk tikus. Anin yang saat itu baru saja membuka pintu terkejut melihat beberapa tikus di kamarnya, tidak hanya menaruh mainan karet berbentuk tikus. Izaz mau pun Shindu mengagetkan dirinya dari belakang dengan memakai kostum tikus.

Anin adalah salah satu orang yang jijik dan takut kepada tikus. Bahkan pernah dulu saat kecil melihat tikus yang melewati kakinya ia sampai menangis semalaman.

Ya, itu masih berlaku sampai detik ini. Di kamar Anin terdapat dua orang yang begitu panik saat Anin menangis karena ulah jahil yang di perbuatnya.

"Udah lah, cuma mainan tikus karet doang." ucap Izaz dengan santai. Walau begitu hatinya sudah ketar-ketir terlebih dahulu setelah Anin menelpon Ibunya untuk segera pulang.

"Jangan main aduin ke Bunda dong, ini gak adil namanya dek." Shindu menimpali.

"Gak adil matamu, udah tau adiknya takut sama tikus malahan dikerjain kaya tadi." jawab Anin dengan suara serak diiringi oleh air mata yang terus mengalir.

Bunyi suara mobil yang memecahkan keheningan diantara mereka. Anin tersenyum saat mengetahui suara mobil Ibunya yang sudah terparkir di halaman, senyuman tipis penuh kemenangan.

Suara hak tinggi terpaut oleh lantai rumahnya menggema menandakan sang Ibu tengah berlari menghampiri kamar Anin yang diapit oleh kamar si kembar.

"Anin! Kamu kenapa? Kok nangis?" tanya ibunya dengan menampilkan raut panik sedetik kemudian ibunya memberikan tasnya kepada putra pertama-Shindu lalu memeluk tubuh Anin.

Sang ibu yang sedang dilanda panik karena anaknya menangis itu pun langsung memeluknya dengan erat. Senyum kemenangan muncul dari bibir mungil milik Anin seraya menatap wajah kedua si kembar.

Usai menenangkan anak bungsunya kini mata sang Ibu beralih menatap tajam kedua anak kembarnya secara bergantian. Shindu mau pun Izaz berdiri dengan menundukkan wajahnya, sesekali Izaz menarik tangan Shindu untuk memikirkan cara agar tidak terkena omelan sang Ibu.

"Kamu jahilin apa lagi ke adikmu itu? Ibu heran sama kalian hobi banget bikin adiknya nangis," Ibu menyadari bahwa kedua anak laki-lakinya mengunakan kostum tikus langsung teringat bahwa anak bungsunya sangat takut kepada tikus.

"Oh kalian ngerjain Anin pakai tikus, iya?" Lagi-lagi Ibu menyadari mainan karet berbentuk tikus berada di samping kakinya lalu ia mengambil mainan itu.

"Kalian kan tau, adikmu itu takut sama tikus kenapa malah dikerjain pakai mainan tikus? Kalau tiba-tiba ada apa-apa sama Anin gimana? Kamu mau Ibu bawa ke rumah Kakek Nenek di desa?"

Barulah ucapan Ibu dibalas oleh gelengan oleh Shindu dan Izaz. Hal itu membuat kepala Ibu pusing dengan kelakuan si kembar yang terus-terusan mengerjai Anin.

"Baru ini kalian jawab? Awas aja kalau kalian ngerjain Anin lagi. Ibu mau masak buat makan malam dulu."

"Dan untuk Shindu Izaz, kalian ambilin mainan tikus itu!"

Sebelum meninggalkan kamar Anin, Ibu menyempatkan untuk mencium pipi putrinya yang kini sudah tidak menangis lagi. Setelah itu baru lah Ibu mengambil tas yang berada pada tangan Shindu dan pergi meninggalkan kamar Anin.

Anin tertawa melihat raut wajah si kembar yang tadi ketakutan karena omelan Ibu. Apa lagi saat Ibu mengancam membawa kedua kakak kembarnya akan dibawa ke tempat Kakek dan Nenek.

Bagi si kembar Shindu dan Izaz. Rumah Kakek dan Neneknya yang ada di desa itu sangat tidak tenang. Walaupun udara yang asri dan sejuk namun setiap detik akan ada suara berisik binatang peliharaan Kakek antara lain adalah Burung, sapi, kambing dan juga ayam.

Setiap si kembar berada di rumah Kakek dan Nenek pasti akan pergi menuju ke warnet yang ada di desa sebelah. Katanya sih biar tidak di ganggu oleh suara berisik dari binatang-binatang peliharaan Kakek.

"Nggak usah ketawa lo, awas aja nanti." ancam Izaz memunguti mainan tikus dibantu oleh Shindu.

"Backingan gue itu Ibu sama Ayah. Sampai kapan pun kalian mau jahilin gue, gue tetap menang." ledek Anin dengan menjulurkan lidahnya.

"Diem lo bocil. Anak kemarin sore aja banyak tingkah." Itu adalah ucapan terakhir dari Izaz sebelum keluar dari kamarnya.

"Gue udah lima belas tahun, jadi bukan bocil lagi!"

***

Welcome To The FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang