Ep 16 : B. Taufan

155 8 0
                                    

“Ini ya nek, uangnya. Bakinya diambil aja buat nenek juga.”

“Semangat, nek!”

Ucap Taufan dengan tulus dengan nada suaranya yang lembut nan manis. Juga, terdengar keceriaan di dalam dirinya. Sebelum dia pergi dari pandangan sang nenek, Taufan melambaikan tangannya dan memberinya senyuman kecil dan sangat berarti buat sang nenek. Begitupun dengan sang nenek, dia turut membalas kembali lambaian itu.

Perlahan-lahan, Taufan menjauh dan mengecil dari pandangan sang nenek.

Di sisi lain, matanya sedang melirik ke kiri dan ke kanan untuk melihat kedai yang ingin dimasuki olehnya ; ingin membeli barang dapur. Beberapa minit kemudian, Taufan berhenti di sebuah kedai dan berdiri sambil menghadap kedai tersebut. Terlihat jelas bahwa apa yang ingin Taufan belikan, bisa dilihat secara langsung olehnya.

Tanpa membuang waktu, Taufan pun masuk ke dalam dan melihat sekelilingnya.

10 minit kemudian setelah sedikit lama di dalam kedai tersebut, kini Taufan sedang menuju pulang ke rumahnya dengan perasaan hati yang tidak sabar untuk memberikan sesuatu yang telah dibelikan olehnya kepada Thorn dan Blaze.

“Semoga suka deh..”

Ketika dia sudah tiba di rumah, terlihat suasana ruang tamu sedikit berantakan ; Ice berbaring di sofa sambil tertidur pulas, Solar menyilangkan kedua tangannya sambil memerhatikan Blaze yang sedang mengejar Thorn dan Gempa berada di dapur sambil berteriak;

“SOLAR!! Jagain mereka berdua! Ntar jiran sebelah ngamuk toh kalo terlalu berisik!”

Solar hanya bisa menghela nafas beratnya sambil menggelengkan kepadanya seakan dia sedikit cape memerhatikan dan menjaga kedua adiknya yang sedang bermain kejar-kejaran di sekitar ruang tamu.

Di waktu yang sama, Taufan tertawa kecil melihat tingkah laku Blaze dan Thorn. Melihat keduanya sedang sibuk bermain, Taufan memutuskan menuju ke arah tangga dan mulai menaikinya. Tibanya di hadapan pintu kamar tidurnya, Taufan menggerakkan tangannya dan membuka pintu dengan lembut lalu menutup pintu di belakangnya.

Dia meletakkan barang tersebut di atas meja kemudiannya duduk di atas katil sambil menghadap ke arah jendela yang terbuka ; menikmati udara segar yang masuk ke dalam kamarnya.

“Andai aja bang Hali masih ada, pasti dia udah merasa seperti gunung panas melihat tingkah laku Blaze dan Thorn.”

Hadeh.. kapan mau pulangnya? Masa terus menerus enam orang padahal dulunya bertujuh.”

Dahlah daripada diam sambil termenung mulu, mending tidur.”

Setelah lamanya, Taufan berdiam menatap ke arah jendela, dia menghela nafas dan melakukannya sebanyak tiga kali untuk menenangkan suasana hati dan fikiran. Sedetik kemudian, Taufan berbaring di atas katil dan mulai beristirahat sambil berharap mendapatkan mimpi yang indah seperti biasanya.

Boboiboy Halilintar ( Slow up! )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang