part 1

5 1 0
                                    

"NIOOOOO, TUNGGUIN KAKAK." Kata itu terlontar begitu saja dari mulut seorang gadis cantik. Teriakan yang sangat nyaring tersebut berhasil mengambil seluruh atensi pengunjung mall di sekitarnya.

Setelah menjadi pusat perhatian, membuat gadis tersebut merasa malu dan segera berlari menubruk tubuh sang adik. Namun na'as, bukan tubuh adiknya yang ia tabrak, melainkan pria lain yang sedang bersama seorang perempuan.

"Buset, kayaknya gua salah nabrak orang nii." Kata tersebut terucap begitu saja sebagai gumaman.

"Kak! Ngapain sih lo dari tadi bikin malu!!" Ucap Nio kepada kakaknya Zara.

Lelaki itu segera berjalan ke arah sang kakak, "Sorry. Kakak gue gak sengaja." Ucap Nio yang melirik sang kakak.

"Hm, ya. Lain kali hati - hati." Ucap pria itu dengan nada datar. Dan segera menarik gadis di sebelahnya yang sedang melongo.

"Ayo! Pake bengong lagi lo." Ucap Nio yang segera menarik kakaknya itu keluar dari Mall.

Saat sampai di parkiran, Nio segera memasuki mobil diikuti Zara. Dan segera menjalankan mobilnya untuk pergi dari sana dan kembali ke rumah.

***

"Assalamu'alaikum, mamahhhh papahh, Zara yang cantik pulangg!!!" Teriak Zara menyaring lantang disebuah bangunan mewah itu.

"Wa'alaikumsalam, Zara, Astaghfirullah!" Ucap sang ibu 'Fathia'  yang berjalan menghampirinya.

"Hehehe, maaf mah.. peace." Ujar Zara yang mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.

"Omelin gih mah, dari tadi di Mall juga teriak teriak mulu sampe jadi pusat perhatian." Ujar Nio yang masih kesal karena merasa malu akibat ulah sang kakak.

"Zara, Zara, ga pernah berubah kamu, selalu saja teriak tidak tau tempat." Ujar Fathia, sedangkan yang dibicarakan hanya sibuk bermain dengan kucing kesayangannya.

"Denger gak si kamu, mamah ngomong?!" Ujarnya lagi saat merasa diabaikan ucapannya oleh sang anak.

"Iya mah denger." Ujar Zara malas dan segera berjalan ke ruang tamu menghampiri sang papah.

"Kenapa kamu?" Ujar sang papah 'Abraham' saat mendengar langkah kaki Zara mendekat ke arahnya.

"Biasaa" Ujar Zara tanpa berbicara panjang. Dan melanjutkan acara bermainnya dengan Niko, kucing kesayangannya.

"Mending kamu bantuin papah kak nata - nata barang." Ujar Abraham.

Tanpa disuruh dua kali, Zara segera menaruh Niko dan berjalan ke arah beberapa tumpukan kardus di dekatnya.

"Kenapa kita harus pindah ke sini sih pah? Padahal Zara udah nyaman banget tinggal di rumah yang lama." Ujarnya dengan lemas.

"Karena papah ada pekerjaan di sini." Ujar Abraham

"Emang harus banget ya pindah?" Ujar Zara.

"Kenapa harus ngeluh mulu si kak. Tinggal ikut aja apa susahnya." Ujar Fathia yang datang menghampiri ayah dan anak itu.

Zara hanya mendengus mendengar perkataan Fathia. Ya, mereka baru saja pindah tadi pagi. Awalnya, Zara dan keluarganya tinggal di Bandung, namun karena suatu pekerjaan yang mengharuskan Abraham untuk pindah ke Jakarta. Membuat seluruh keluarganya harus ikut bersamanya. Dan tadi pagi, Fathia menyuruh Zara dan Nio untuk membeli kebutuhan rumah yang belum lengkap di Mall.

"Kak! Kucing lo gangguin gue nih!!" Teriak Nio yang berada di ruang depan.

"Apa sih lo, lebay banget." Ujar Zara yang menggambil Niko ke dalam gendongannya.

"Gak majikannya, ga kucingnya sama sama biang rusuh." Gumam Nio yang terdengar oleh Zara.

"Enak aja, masa kita dibilang biang rusuh Niko liat tuh." Ujar Zara pada kucingnya.

"Dasar stres!"

"Lo yang stres!" Balas Zara tak terima.

"Lo yang stres kak, itu juga ngapain nama kucing lo dikasih nama Niko, ngikutin nama gue aja." Ujar Nio.

"Dih geer, lagian suka suka gue kali mau kasih nama Niko kek, Juminten, Junaedi kek terserah gue lah. Kucing kucing gue." Jawab Zara menyebalkan. Nio yang hendak membalas segera mengurungkan niatnya saat melihat pak Ujang datang.

_"Punten non, ieu barang barang na nu aya di mobil."_ Ujar Pak Ujang dengan bahasa Sunda.

(Permisi non, ini barang barang yang ada di mobil)

_"Nya mang, hatur nuhun."_ Jawab Zara lembut.

"Bawa gih ke dalem." Ujar Zara menyuruh Nio.

"Ck." Decak Nio, ia segera menaruh laptopnya di sofa dan pergi membawa barang barang tadi meninggalkan Zara.

"Nikoo, unyu banget sihh kamuu lucuk dehh." Gemas Zara. Merasa ada getaran disaku celananya, Zara segera mengambil benda pergi panjang tersebut dan melihatnya.

Ada nama Adel yang tertera di layar ponselnya.

"Assalamu'alaikum" Ujar Zara.

"Wa'alaikumsalam, ZARAAAAA KATANYA LO PINDAH YA KE JAKARTA!!!" Teriakan tersebut membuat Zara kaget dan segera menjauhkan handphone tersebut dari telinganya.

"Gausah teriak bisa gak!" Ujar Zara ketus.

"Huhh, gue sedih tauu sobat karib gue ninggalin gue ke Jakarta ga bilang bilang sama gue. Kit heart gue mah." Ujar Adel dari sebrang sana dengan nada sedih yang dibuat buat.

"Halah lebay!" Ujar Zara pedas.

"Lebay lebay, lo tuh gak ngerasain. Ada tapi gak dianggep. Jahat lo." Ujar Adel yang masih mendrama di sebrang sana.

"Hm, terserah lo deh." Jawab Zara malas.

"Hiks hiks, oke nangisnya udah dulu air mata gue terlalu berharga buat nangisin orang kayak lo." Ujar Adel membuat Zara memutar bola matanya malas.

"Zar, lo beneran ke Jakarta?" Tanya Adel kali ini yang terdengar lebih serius dari sebelumnya.

"Menurut lo?" Jawab Zara yang menggantung.

"Ih serius??" Desak Adel.

"Hm, dua rius malah."

"Kenapa harus pindah sih Zar. Mana pindahnya ke Jakarta lagi. Padahal kita baru banget lulus kemarin, gue kan pengen ngajakin lo jalan bareng tadinya sama anak anak lain buat ngerayain kelulusan kita." Ujar Adel.

"Gue juga gak tau, kemarin sore tiba tiba nyokap ngabarin gue kalo misalkan gue dan keluarga harus pindah ke Jakarta karena urusan pekerjaan bokap gue." Jawab Zara.

"Ohh gitu, btw Zar.. katanya kan cowok cowok di Jakarta ganteng ganteng. Boleh lah ntar lo cariin buat gue yaa, cogan yang cakep yaa satu, lebih juga boleh sih." Ujar Adel membuat Zara mendengus.

"Lo tuh dari dulu ga pernah berubah, cowok cowok terus yang ada di otak lo!" Ujar Zara yang dibalas dengan kekehan dari Adel.

"Ya elah, kan buat cuci mata Zar."

"Hm." Jawab Zara singkat.

"Zar! Bantuin mamah sini kamu." Teriakan Fathia dari dapur terdengar.

"Iya mah sebentar." Jawab Zara.

"Del udah dulu ya, gue masih mau beres beres rumah dulu. Byee." Tanpa menunggu balasan Adel, ia segera mematikkan teleponnya dan berlari ke arah Fathia sebelum kanjeng ratu itu mengamuk.

Dosen NyebelinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang