Pojok Kelas

14 1 0
                                    


"Hari ini hanya ada 3 orang yang saya kasih...hadiah, oke." Seru Miss Ikha mengejutkan keheningan. Seisi ruangan terperanjat, bersiap
mendengarkan siapa nama yang akan Miss Ikha sebut hari itu. Bukan hal istimewa saat Miss Ikha mengungkapkan apa yang ia maksud sebagai 'hadiah'.  Sementara ada sesosok siswa yang tenang saja, menatap jendela kelas ke arah luar. Seraya bergumam,"Pasti namaku ada diantaranya....Hhmmmmhh." Ia sangat yakin, karena ia siswa kesayangan Miss Ikha. Yaaah... Itulah guru kimia yang sangat memperhatikan perkembangan nilai dan pilihan jurusan kuliah yang ia akan pilih dlm 1-2 bulan ini. "Zico, Liya, dan kamu...Er, saya tunggu di ruang mentor, siswa yang lain silahkan meninggalkan kelas !" kalimat penutup dari Miss Ikha mengakhiri kelas diikuti sorak bahagia siswa yang meninggalkan kelas.  Tinggal aku dan dua temanku, saling bertatapan dan segera menyusul Miss Ikha di Ruang Mentor. Tentu saja, Hadiah Miss Ikha buat mereka bertiga bukan hal yg menyenangkan..., Tapi memang Er sudah langganan dapet hadiah. Kali ini , hadiah ya adalah Tugas menghafal Periodic Table of Elements, itu lho...Tabel Susunan Unsur Periodik Kimia, di test lisan untuk pekan depan. Hehe..., Segitu sayangnya dia sampe hadiahnya seistimewa ini. Sosok Miss Ikha, mentor Bimbel ku di Biru Langit mengingatkanku selalu pada sosok yang selalu mengisi hari- hariku, di Rumah Sakit 2 bulan lalu. Tubuhnya yang mungil, sikap yang tegas namun hangat dan perhatian. Tatapan nya tajam, namun menyejukkan. Suaranya khas, sedikit berat dan
agak sengau seperti orang sedang flu, tak akan ada yang menyangka jika dia bernyanyi akan seindah suara Raisa atau Isyana. Tentu hanya sosok
fisiknya saja yang mirip Miss Ikha. 'Teteh' , itulah sebutan ku untuknya.
Tetehku menghilang tanpa kabar, setelah peristiwa itu. Ada sesal dan
beban dalam jiwaku kini. Ingin rasanya mengubah semua, namun tak
mungkin. Kucari jejaknya, hingga kini tak bisa kutemukan.
Pojok Kelas ini menjadi saksi saat awal aku bertemu Teh Hani, sebagai
mentor pertama yang meyakinkanku bahwa aku bisa bangkit, meski aku
tertinggal pelajaran sekolah sebab penyakit yang menderaku hampir dari 3
bulan di rumah sakit.
Meningitis, itu istilah yang sering kudengar dari perawat dan dokter saat
visite rutin setiap harinya di rumah sakit saat aku dirawat untuk waktu yang
lama.
Aku bersyukur melewati masa kritis lebih dari 2 pekan di ICU, dalam
keadaan koma. Melalui perawatan hingga lebih dari 2 bulan. Dan kembali
ke sekolah, dengan perasaan kurang percaya diri. Ayah bundaku
menyarankanku untuk mengambil pelajaran tambahan dengan bantuan
Bimbingan belajar semi private di Lembaga Biru Langit dekat Rumah
Sakit Harapan, agar jika aku jadwal terapi di Rumah sakit dengan mudah
aku berjalan ke tempat Bimbelku.
Dari pojok kelas ini aku mengingat semua interaksiku dengan Miss Hani,
yang lebih sering aku panggil dengan teteh itu. Mulai ia memperkenalkan
diri sebagai mentor baru di Bimbel ini, hingga dengan segenap perhatian
pada siswa yang ia bimbing, saat aku pingsan dan kejang. Beliau sendiri
yang mengantarku ke IGD dan tanpa ragu dia merawat seluruh
keperluanku, sebab ia memahami aku anak tunggal keluargaku. Dan saat
aku jatuh sakit dalam keadaan koma, kedua orangtuaku (Ambu dan Abah)
pun pergi tuk selamanya dalam sebuah kecelakaan tunggal. Hari ini pun aku meningalkan pojok kelas ini, untuk segera menemui Miss
Ikha. Kutarik nafas dalam-dalam, dan melepas sejenak ingatanku tentang
Miss Hani alias Teh Hani. Orang yang sangat berarti dalam hidupku. Cepat
atau lambat harus kutemui, karena menyangkut masa depanku sekaligus menenangkan hatiku. Dialah cinta pertamaku.

.

Han, tiga huruf saja. Itu hanya sebuah panggilan singkat. Seutuhnya nama itu memiliki banyak makna, sisi dan ruang dalam hidupnya.

Bukan Han namanya jika tidak mencoba semua yg dia mau tau. Meskipun, ia mengalami sakit fisik dan depresi dalam waktu bersamaan. Ia tidak mudah menyerah pada keadaan. Ia selalu berusaha semampunya, yang batas kemampuannya itu pasti berbeda menurut banyak orang. Han yang cenderung keras kepala dan rapuh.

Berbagai rasa tercampur jadi satu, saat seseorang hadir dalam hidupnya.
Ini lah awal hidup baru nya, ...

Di kamarnya sunyi itu, sudah puluhan karya dia buat, namun tak ada satupun yg sanggup dia publish. Masih ada yang seseorang ia tunggu.

Keberanian sekaligus ketakutan.
Kegembiraan sekaligus kesedihan.
Gairah sekaligus pertahanan.
Kehadiran seseorang yang membawanya di persimpangan jalan.
Menghadapkannya pada 2 pilihan.
Seseorang yang kerap menginspirasi, mensupport, memperhatikan dan menyayangi nya dengan tulus.
.
Dia telah menghilang, lebih tepatnya lari dan bersembunyi dari Han, sejak peristiwa itu. Moment perpisahan yang mestinya mengesankan berubah menjadi elegi.
.
Seseorang itu harus dia temukan.
Sebab ia sangat penting dalam menentukan keputusan, dari kehidupan barunya..... yaitu Menikah.

Bukan hanya sekali ia menghilang, tapi sudah kali kedua. Jangan sampai ia lari untuk ketiga kalinya. Han Harus mencarinya......

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Han, Perjalanan Menemukan-MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang