Jendela Kamar

1 0 0
                                    

"Haaaaannn ..., Ayok sini makan... Ayah udah nunggu niiih. .." panggil bunda setengah berteriak. Berhubung bunda tahu persis Han terlalu asyik dengan kesibukannya menulis di kamar.

"Iya, Bun.. Aku turun segera" sahutnya.
Sambil membetulkan letak laptopnya dan memasang jaket tipis yg selalu ia pakai untuk menutupi kaus tanpa lengan kesukaannya. Lalu ia bergegas ke ruang makan.

"Han, ayah dapet kabar dari mentormu, katanya kamu selalu dapat hadiah dari Miss Ikha ya?" Lirik ayahnya.
"Keren banget nih, anak ayah... hehe..." Ayah dan Bundanya tersenyum.

"Betul yah, aku bersyukur mentorku perhatian sekali" Han tersenyum pahit.

Ayah mengacungkan jempolnya, tanda ayah bangga dengan perkembanganku.

Bunda tersenyum padaku sambil mendekat ke arahku, menuangkan roti dan sup kream kesukaanku.

Han Pov

Hhhmmmm....gak tau az kalo yg di maksud Miss Ikha itu, tugas khusus karena aku murid yang istimewa saat ini. Yaaa...gitu deh, walo aku ngga seganteng Han Ji-Sung, Miss Ikha faham kondisi fisik dan kejiwaan ku saat ini. Makanya secara bertahap aku sering diberi hadiah khusus, berupa tugas dan catatan penting dari Miss Ikha yang harus segera kuhafal, untuk mengejar ketertinggalanku khususnya pelajaran Kimia dan Biologi.

Oh..ya.. ini Aku Han (singkatan Ray Han), Han itu hanya terkenal di kalangan keluarga, teman masa kecil ku dan pastinya orang terdekat dan orang yang sayang sama aku. Nama Lengkap ku Rayhan Rasyid Ramadhan. Hampir seisi sekolah panggil Aku Er, sebab tiga kata dari nama ku berawalan R. Aku lebih suka dipanggil Han sebetulnya, Han yang berarti nama indah yang selalu ingin kuingat. Han yang berarti juga panggilan untuk Teh Hani, yang bagiku berperan sebagai honey.

Sambil membereskan piring sarapanku, dengan mencucinya. Meletakkannya di rak kecil tempat piring yang belum kering.

"Han, sudah lama ayah perhatikan kamu gak pernah terapi lagi dan kamu gak pernah pergi ke cafe tempat komunitas menulis itu. Kenapa?" Pertanyaan ayah mengejutkan nya disela suapan sup terakhirnya. Untungnya gak tersedak.

"Apa karena mentormu yang hilang itu" sambung bunda menyelidik dengan tatapan penasaran.

"Iya , yah...bun, tapi bukan karena itu, sebab aku sekarang lebih fokus ujian kelulusan. Aku ikut kan ikut program intensif di Bimbel Biru Langit.

Jauh di lubuk hatiku, keinginanku untuk selalu mencari Han di setiap kesempatan selalu bergejolak. Namun, fokus untuk segera melalui ujian akhir sekolah, menahan kemauanku itu. Berharap selepas ujian akhir dan diterimanya aku di sebuah universitas di kotaku, akan banyak kesempatan untuk mencari dimana keberadaan Han ku, teteh yang sangat berarti dalam hidupku.

Ruang kamarku adalah tempat yang paling aku sukai sebab hawanya yang sejuk walo tanpa AC, udara yang segar dan pemandangan diluar jendela kamar yang selalu menginspirasi karyaku.

Meski Kaki kananku belum senormal seperti semula, aku memilih untuk tidak terapi lagi. Sebetulnya dulu pun waktu terapiku sering aku gunakan untuk menemui Han, di cafe tempat komunitas menulis berkumpul.

Aku betah disini, bahkan sejak kepulanganku dari ruang rawat rumah sakit. Di luar jendela kamarku terdapat taman kecil dengan kolam kecil yang dilengkapi air terjun, menciptakan sensasi ketenangan saat suara gemercik air jatuh ke kolam kecil itu.Di depan jendela itu juga aku sering termenung, mencari ide dan bahasa untuk melengkapi semua tulisan-tulisan, bab demi bab dalam novel yang sedang coba aku susun. Dikamar ini juga kenangan paling menyenangkan, menenangkan, menjengkelkan bahkan menyedihkan bersama Han belahan jiwaku. Aku rindu, sangaaaat rindu

Han, Perjalanan Menemukan-MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang