Bab 8

4 1 0
                                    

Alendra POV!

Dalam koridor yang ramai, para penghuni sekolah itu langsung membuat jalan setapak yang pas untuk ku, bisikan demi bisikan tak ku hiraukan bahkan saat aku memasuki pintu kelas ku.

Abigail dan Daren belum sampai meski 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi.

"Sorry, bro! Tapi ini tempat duduknya dedek gemes gue." Mataku melirik ke kiri dimana si pembicara mengutarakan kalimatnya.

"Apa gue nggak keliatan kayak dedek gemes lo?" Tanyaku pada Ardan yang mengernyit.

"Alendra? Kok lo berubah gini? Ih nggak mau! Alen harus lucu gemesin kenapa malah keren gini?!" Ia menggelayuti lengan kiri ku, menggoyangkannya sesekali karena merasa tak terima dengan penampilanku yang berubah.
"Kalo kek gini lo nggak jadi dedek gemes gue lagi...!" Ujarnya pilu.

"Bodo amat!" Acuh ku, ia merungut membuat wajahnya lebih jelek 1000 kali dari sebelumnya.

"A-Alendra, boleh minta foto nggak?" Suara yang terdengar malu-malu monyet itu berasal dari seorang siswi di samping kanan ku. Bangkunya bersebelahan denganku.

"Nggak boleh!" Sergah Ardan mencegah siswi itu mendekatiku.

"Please deh! Kalo lo terobsesi sama gue nggak usah over!"

"Emang ada obsesi yang nggak over?" Serobot Abigail yang masih menetralkan nafasnya.

"Pikir aja sendiri!"

"Ampun, Len!" Abigail yang baru melihatku langsung meminta ampun entah karena apa dengan mimik yang sangat terkejut.

"Kenapa sih lo?!" Kesal karena hampir semua orang bereaksi sama pada tampilan ku hari ini.

"Kalo lo nggak ngomong mungkin gue nggak akan tau ini elo!" Mataku bergulir malas menanggapinya.

"Serah lo!"

Daren datang dengan santai, ia menatap jam tangannya dan yap, untungnya ia tak terlambat.

Mungkin beberapa detik lagi bel berbunyi.

"Wih, Len! Boleh juga tampilan lo?!" Nah kek gini dong!

Kami berjabat tangan, begitupun dengan Abigail dan Ardan. Guru masuk dan kami duduk di tempat masing-masing sampai pelajaran berganti dan akhirnya waktu istirahat tiba.

Jason, lelaki yang menabrak ku saat hari pertama MPLS. Siapa yang tahu bagaimana kehidupannya jika bukan orang-orang di sekitarnya? Aku pikir dia orang yang kolot tapi ternyata tak sekeras itu saat ku lihat dia berjongkok di depan seorang gadis cantik yang sepertinya dihajar oleh beberapa siswi sekolah.

"Lo kenapa nggak ngelawan sih?! Kesel gue anj-" belum selesai umpatannya keluar, mulutnya sudah disumpal dengan roti yang gadis itu makan.

"Aku aduin Bunda kalo Kakak ngumpat terus!" Senyum kecil terbit di bibir ku, entah kenapa aku suka mendengar suara yang beberapa hari lalu terdengar bergetar dan pelan sekarang lebih berani dan tegas.

"Gue aduin Bunda juga kalo lo di-bully tapi nggak ngelawan." Jason menjulurkan lidahnya saat Celena diam tak berkutik.

Tapi wait! Apa-apaan mereka ini?! Jadi mereka kakak-adik?! Bukannya kemarin Celena bilang dia hidup sendirian?

Ah bodo amat deh!! Bukan urusanku!

Tak sengaja kakiku menendang pot kecil sampai pecah, mereka menatap ku secara reflek.

"Lo? Ngapain lo di sini?!" Tanya Jason.

"Dimana pun gue, itu hak gue dan sekolah ini bukan punya lo melainkan tempat umum, gue sekolah disini jadi terserah gue mau kemana pun." Jawabku lalu pergi.

Most Wanted Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang