️⚠️Seluruh karakter, latar dan kejadian hanyalah fiksi belaka.⚠️
Bijaklah dalam membaca, jangan lupa vote dan komentarnya! Terimakasih.. 🤗***
Gemuruh petir membangunkan seorang perempuan yang tertidur dengan posisi meringkuk di atas ranjangnya. Hujan deras tiba-tiba membasahi hari yang cerah sejak pagi tadi. Jendela kamarnya yang masih terbuka, membuat angin kencang meniup gorden keluar masuk kamar dengan irama.
"Jam berapa ini?" ucapnya lirih sambil mengerjapkan matanya beberapa kali.
Perempuan itu meraih handphone yang ada di sebelah bantalnya, melihat jam yang sudah menunjukan pukul 20.30 malam. Ia berusaha bangun untuk menghidupkan lampu kamarnya, dan beranjak menutup jendela yang mulai membawa masuk air hujan.
"Huhh, bisa-bisanya ketiduran sampai jam segini?" gerutunya sambil memegang keningnya.
Park Shin-raa, atau yang sering dipanggil Shira, hidup sebatang kara. Sepuluh tahun terakhir ia memutuskan keluar dari panti asuhan yang sudah merawat dan membesarkan ia dari kecil. Kini perempuan itu memilih tinggal bersama sahabatnya Han Ji-na, di sebuah apartemen dekat tempat kerja barunya.
Shira duduk di depan meja riasnya sambil menatap ke arah cermin, menatap lamat-lamat pantulan dirinya dalam cermin.
"Hari ini kamu sudah bekerja keras, Shiraa," ucapnya lirih.
Sementara itu di seberang apartemen, seorang lelaki tengah duduk di balkon kamarnya yang luas. Menatap derasnya hujan dan gemuruh petir yang sejak tadi menyambar, tanpa rasa takut.
Sudah dua jam lamanya ia terdiam sambil menikmati kopi instan buatannya--yang sudah mulai dingin.
Hari ini tidak begitu baik, pikirnya. Bahkan cuaca pun ikut bercanda, yang tadinya cerah dan baik-baik saja, berubah menjadi badai dengan gemuruh petir di mana-mana.
"Pak Kim sudah datang belum, ya?" gumamnya sambil bertanya-tanya dalam sepi.
Lelaki itu kembali menyeruput kopinya, sambil mengamati sekitar. Sampai akhirnya lelaki itu sadar bahwa salah satu kamar apartemen seberang yang terlihat gelap--sejak dua jam terakhir, mulai menghidupkan lampu.
"Oh, dia sudah pulang.. Syukurlah."
Lelaki itu pun akhirnya beranjak masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kaca balkon kamarnya rapat-rapat.
"Pak Kim, berkas untuk meeting besok sudah siap?" tanya lelaki itu saat menuruni tangga kamarnya, dan melihat Pak Kim sudah kembali dari kantor.
"Sudah, Tuan. Sudah saya taruh di meja kerja," jawab Pak Kim sambil membungkuk dan tersenyum.
"Terimakasih, Pak Kim," ucap lelaki itu ikut tersenyum.
"Saya permisi, Tuan," pamit Pak Kim.
"Selamat istirahat, Pak." ujarnya dengan tulus.
Lelaki itu kembali berjalan menuju dapur, mencuci gelas kopi yang sudah kosong dan menaruhnya kembali ke deretan gelas yang senada.
Doh Yi-San, atau yang sering dipanggil Dio San, ia adalah seorang CEO muda "Myungbi San Companny" yang baru-baru ini mewariskan perusahaan ayahnya, Doh Myung San, setelah ayahnya meninggal dua bulan yang lalu.
Ibu dan ayahnya sudah lama bercerai saat usia Dio masih sepuluh tahun. Dua saudaranya kini sudah berumah tangga, jadi mereka memilih keluar dari rumah megah ini dan membangun istana mereka sendiri.
Tinggalah dirinya juga beberapa staff dan karyawan kepercayaan yang masih mengisi rumah megah ini.
Terkadang Dio merasa kesepian karena hanya di temani oleh staff dan karyawan di rumah. Namun di sisi lain, ia juga tidak suka keramaian. Terkadang merasa sendirian adalah suatu hal yang nyaman bagi dirinya.
Sampai satu hari ia mulai terus teringat ucapan temannya---Jung Hae-Can, saat ia sedang merasa sendirian.
"Keknya lo harus punya pacar, deh, io!".
🐧❣️🐧
Anyeong!
Indahksoo imnida.. Salam kenal teman pembaca semua, kali ini saya menulis salah satu fanfic dengan visual kesayangan dan kebanggaan dandenies semua 😊
Jangan lupa vote dan share ke teman-teman yang lain yaa!
Terimakasih🐧💛
••••
Nb : DIORAMA - Update hari Senin, Rabu, Jum'at
KAMU SEDANG MEMBACA
디오라마 - DIORAMA
FanficIndonesian Fanfiction - DKS Hari-hari Shira yang melelahkan akan segera datang. Pekerjaan yang menumpuk, ditambah bos yang resek, membuatnya frustasi akhir-akhir ini. Sedangkan Dio, seorang CEO muda yang baru saja mewarisi sebuah perusahaan milik sa...