Jeonghan bermimpi buruk hari itu, mimpi yang kelewat menakutkan hingga membuat keringatnya mengucur deras dari peluh di dahinya. Napasnya tersengal-sengal, dia mencengkram piyamanya, memaksa jantungnya yang memompa keras untuk tenang sedikit demi sedikit. Ketika dia sudah mulai nyaman, Jeonghan mencari obat di lacinya.
" Kamu tahu kan obat tidur ini hanya dipakai untuk kondisi darurat, Jangan sampai membuatmu ketergantungan. Ini terakhir kali aku meresepkan obat ini." Ucap Joshua, sahabat karibnya yang berprofesi sebagai psikiater.
" Maaf Josh, tapi saat ini aku benar- benar dalam keadaan darurat." Keluh Jeonghan sambil membayangkan wajah Joshua yang kesal karena mengabaikan peringatannya.
Pagi itu Jeonghan sama sekali tidak bisa berkosentrasi di kelasnya, dengan alasan rapat dia membiarkan mahasiswa-nya untuk bubar lebih awal.
"Aah Jeonghan-sshi kelasmu sudah selesai?" Hoshi, Dosen filsafat menyambutnya saat Jeonghan ingin sendirian di kantornya. Matanya yang sipit menghilang saat tersenyum lebar. Jika dalam keadaan normal Jeonghan pasti menganggap Hoshi ini imut tapi tidak untuk kali ini.
" Bisa kita ngobrol ini nanti? Hari ini aku sibuk."
" Benarkah? Aku juga lagi sibuk tahu!!" Hoshi mengerucutkan bibirnya, dengan sikap sok enggan, dia menghempaskan pantatnya di sofa kantor Jeonghan. Hoshi kemudian melanjutkan dengan wajah pura-pura serius.
" Tapi aku harus kasih kabar ke kamu, ini soal acara pengangkatan Seungcheol si iblis itu sebagai dekan. Dia bilang semua dosen harus hadir, tidak boleh ada kata tidak. Sebenarnya aku juga sudah ada acara, kamu ada rencana buat kabur ga? kalau iya aku juga diajak dong!."
Jeonghan menghela napas, ah sial rencana dia pulang cepat gagal gara- gara si Choi Kampret itu. Mau bilang sakit, jelas Choi Seungcheol ga bakal percaya. Atau ijin karena ada saudara meninggal, Si Seungcheol entar malah mau ikut melayat. Pura- pura pingsan ditungguin Seungcheol sampai siuman. Gila betul itu orang!!
" Jam berapa, Dimana?" Tanya Jeonghan kecut. Hoshi juga ikut wajah masam, karena itu berarti Jeonghan juga sudah menyerah untuk kabur. Sekali kena genggaman Seungcheol, bisa- bisa hari- harimu di kampus bakal kelam.
" Jam 7 di Restoran biasa. Oh iya kamu sudah dengar gosip terbaru? "
Jeonghan tidak acuh dan melanjutkan menyelesaikan tugasnya, tapi sebenarnya dia penasaran juga dengan gosip yang beredar. Karena mimpi buruknya selama sebulan ini , dia hampir tidak bisa mengikuti perkembangan gosip terbaru.
" Nanti ada perkenalan dosen baru , katanya sih dia dosen yang masuk lewat koneksi. Ada yang bilang dia anak simpanan bang si hyuk. Ada juga yang bilang dia titipan dari petinggi kampus lain."
Hoshi menunggu reaksi Jeonghan. Karena tidak ada tanggapan, dia pun menghela napas.
" Pokoknya jangan lupa malam ini harus hadir ya, Sudah ah aku pergi dulu."
Setelah Hoshi pergi, Jeonghan membenamkan kepala dan sesaat setelah Jeonghan memejamkan mata, dia tertidur lelap.
Suara handphonenya membuat Jeonghan terkesiap. Ruangannya terasa gelap hanya ada sinar bulan dari bilik jendela dan lampu koridor di sela- sela pintu. Ah sial ini pasti sudah malam, Jeonghan dengan gugup melihat jam yang ada di ponselnya. Jam Setengah 8 , dan sudah ada 13 panggilan tidak terjawab, dan 23 pesan kakaotalk dari Hoshi. Jeonghan dalam masalah, dia sudah terlambat. Jeonghan membalas pesan Hoshi dengan cepat 'bilang aku terlambat karena ada urusan, On the way.'
Jeonghan turun dari taksi dan melihat pemandangan dimana semua rekan kerjanya berdiri dengan Choi Seungcheol berada di tengah. Mereka sedang mengangkat gelas dan sudah pasti mereka sedang menjilat si Seungcheol.
Jeonghan membuka pintu restauran dengan suara pelan yang dia bisa. Mendesak badan kurusnya diantara rekan kerjanya. Memastikan tidak ada yang menyadari kehadirannya.
Tapi Jeonghan tahu , sudah sangat terlambat. Karena gerakannya tertangkap oleh mata Seungcheol. Alis Seungcheol yang lebat terangkat tinggi.
Dengan nada yang menyebalkan Seungcheol sang dekan baru ini memanggil Jeonghan. Suara rendahnya sebenarnya sangat menarik dan seksi, hanya bagi Jeonghan suara itu terasa menyebalkan.
" Wah, wah Yoon Jeonghan sudah dari tadi aku menunggumu untuk menuangkan minuman. Apa kau dari toilet?" Suara sinis Seungcheol membuat semua wajah yang ada disana langsung melihat kearah Jeonghan.
" Ahahaha... Bapak dekan kita yang tampan ini. Aku baru saja membawakan minuman kesukaanmu." Jeonghan menyambar minuman Balentine, wiski berusia 50 tahun. Sial, sebenarnya ini minuman favoritnya di kantor tapi terpaksa minuman ini harus menjadi pengalih perhatian untuk Seungcheol yang tidak bisa mentolerir keterlambatan.
Jeonghan maju kedepan dan menuangkan Balentine, dan mengedipkan matanya kearah Seungcheol. Kedipan dan minuman keras berhasil melunakkan wajah Seungcheol yang mengeras.
Seungcheol meminum satu tegukan,
" Wahh Seungcheol Sshi yang terbaik. Tepuk tangan!!!" Jeonghan memandu semua untuk memberikan applause yang paling meriah. Semua orang berteriak dan bertepuk tangan dengan keras. Hoshi memberikan jempol kearah Jeonghan, karena sudah berhasil melewati hal tersulit.
Saat itu mata Jeonghan berpadu dengan wajah asing di sebelah Seungcheol. Seorang laki-laki dengan pandangan dingin, dan hanya sibuk dengan gelas yang ada di tangannya. Dia hanya memutar- mutar gelas yang penuh dengan alkohol tanpa berniat untuk meminumnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/359061012-288-k643535.jpg)