Part 1 | LAWAN BICARA

14 0 0
                                    

Semua orang bisa bicara tapi tidak semua
orang bisa melawan. Karena pemilik semesta
punya tujuan, walaupun tidak
menyenangkan, setidaknya mendewasakan.
Terkesan tidak adil, namun itulah takdir

°°°•••••°°°

Gemercik hujan dan semilirnya angin membuat seorang Wanita cantik semakin pulas dalam tidurnya di waktu subuh, suara adzan subuh dari masjid pun sudah tidak bisa ia dengar lagi karena terlalu asyik bermimpi. Jam alarm yang sudah berdering pun, tak ia gubris sedikitpun. Bahkan, teriakan sang bunda dari balik pintu
kamarnya tak mempan sama sekali untuk membangunkan gadis cantik berdarah Sunda itu.

Waktu menunjukkan pukul 08.30 WIB. Sang Mentari yang sudah terbit dari ufuk timur mulai memasuki celah jendela kamar seorang gadis cantik. Namun, ia masih bergelut di dalam mimpi indahnya.
Matahari yang hangat pun mulai menyengat kulit gadis cantik berumur 21 tahun, hingga membuat tidurnya sedikit terancam.

“Astagfirullah telat lagi!!” teriaknya seraya melihat jam di handphone-nya.

“Ya Allah, ya Allah, ya Allah,
kenapa gada yang ngebangunin sih” gerutunya sambil
berlari ke arah kamar mandi.

Heada Nuhaira, gadis cantik berdarah Sunda yang berumur 21 tahun. Biasanya orang – orang memanggilnya dengan sebutan Nuha.

Nuha merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dan ia merupakan anak perempuan pertama dan satu – satunya di keluarga. Kesibukkan Nuha salah satunya adalah menjadi mahasiswi di Universitas
Islam di Bogor serta bekerja sebagai admin di salah satu toko hijab.

Nuha berlari menghampiri bundanya yang berada di ruang tv dengan langkah tergesa – gesa dan raut wajah yang tak sedap di lihat. Sedangkan bundanya yang sudah hafal kelakuan anak sulungnya itu langsung menoleh kearah Nuha sambil menghela nafas ringan.

“Kan Bunda udah bilang jangan tidur kemaleman ka, tuhkan jadinya buru – buru gini, ga sempet sarapan, ga sholat subuh juga kamu.” Omel Bunda kepada Nuha
sambil mencium tangan bundanya.

“Salah bunda juga kali suruh siapa ga bangunin kaka tadi subuh.”

“Enak aja ngomongnya, udah bunda bangunin tau tapi pintu kamar kamu di kunci.”

“Assalamualaikum” Ucap Nuha dengan muka kesal dan langsung melajukan motor maticnya ke tempat kerja.

“Baca do’a dulu Nuhairaaa.” Teriak bunda dari kejauhan.

Nuha langsung memarkirkan motornya di parkiran toko. Dengan tergesa – gesa dan rasa khawatir terus menghantui dirinya, panik karena takut atasannya akan melihat dia datang terlambat. Nuha langsung menarik kursi kerjanya dan menghidupkan PC –nya dengan keringat yang terus membanjiri dahinya serta nafas yang
sudah tak beraturan.

“Morning cantik, udah ngopi belum?” Sapa Atul, rekan kerjanya.

Nuha terkejut, “Atuull monkey, kaget tau. Aku kira Ibu Bos udah datang” Kata Nuha sambil memukul tangan Atul. Atul tertawa terbahak melihat kelakuan Nuha.

“Lain kali berangkatnya jam 6 ya, udah tau rumah kamu kesini jauh banget kaya dari Sabang ke Merauke tau.” Nuha hanya bedehem sebagai simbol mengiyakan perkataan Atul.

Nuha yang semakin mengeraskan hentakkan keyboardnya sambil berdecih, membuat Atul menoleh ke arahnya. Atul melihat ke layar komputer milik Nuha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wanita di Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang