Some nights.

338 21 4
                                    

Don't be silent readers :(

~ Keys ~

"Even the stars shining up bright, i've noticed when you're close to me."

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

Waktu terus berlalu. Setiap detiknya menghabiskan jutaan tetesan hujan yang tak ingin kulupakan.

Malam-malam penuh kenangan, ketika Samu terus membuatku menari di tengah hujan. Isakan Samu, pelukan hangatnya, tangisan kebahagian, jamuan lavender kami, juga jadwal terapi mingguan Samu.

Kenangan manis yang kami ciptakan belakangan ini, aku ingin menyimpannya rapat-rapat dalam ingatanku.

Semuanya tersimpan rapih dalam kenangan yang tak ingin kulupakan satu bulan terakhir.

"Don't move or I will blame this fucking cream cause touching your lips deeply." Kekasihku Samu, menggeram pelan. Wajahnya sangat serius selagi ia mengoleskan cream luka di ujung bibirku.

Hari ini adalah jadwal terapi kelima Samu. Itu artinya, sudah genap satu bulan Samu menjalani proses terapinya.

"Tampan," Aku berbisik pelan, menatap malu-malu kearah Samu. Laki-laki itu menajamkan matanya.

"Apa katamu?"

"Tidak ada," Kualihkan pandanganku keluar jendela. Shit. Semakin hari ia semakin tampan saja.

we spent the night together without making him sad. Satu bulan cukup menjaga Samu dan memastikannya selalu dalam suasana yang baik, rupanya membuahkan hasil yang signifikan.

Samu terlihat jauh lebih segar dan sehat. Wajahnya mulai menampilkan lebih banyak ekspresi daripada hanya tatapan datar dan tajam. I thank God for that.

Samu menggenggam wajahku, memaksaku menatapnya, "Apa katamu tadi? Aku ingin mendengarnya lagi, katakan cepat!"

Aku mengulum senyumku, menatapnya dengan tatapan menggoda, "Kamu tampan, kalau tersenyum seperti ini." Kedua jariku menarik setiap sudut bibir Samu, membentuk senyuman tipis di wajahnya.

I got you!

Semburan merah muda timbul di kedua pipi laki-laki itu. Ia memalingkan wajahnya.

How's cute.

"Tidak perlu merayuku, aku masih kesal denganmu." Alih-alih mengakui jika ia kalah dengan rayuanku, laki-laki itu malah memasang wajah galak.

Aku tahu Samu masih kesal denganku. Semua karena aku yang terus menggigit bibirku hingga terluka jika kami sedang berciuman.

I'm addicted to kissing with blood, to be honest. Anggap aku gila, tetapi itu adalah ide gila Samu pada awalnya.

"Aku menahan diriku untuk tidak melukaimu, tetapi kamu terus melukainya. Biarkan saja bibirku yang terluka, jangan kamu!"

"Cup cup, maafkan aku." Kukecup sekilas punggung tangannya dan menatapnya semanis mungkin.

Menekan egoku untuk memberi makan ego Samu, itulah yang kulakukan satu bulan terakhir.

Diangkatnya tubuhku ke dalam pelukannya. Ia memelukku erat dan kuat. "I love you, Keys."

"I love you, more." Pandanganku tertuju keluar jendela. Ada saat-saat tertentu ketika Samu bersikap manja seperti ini, membuatku mengingatkannya pada Atlantis.

"Hujan tidak turun hari ini, bagaimana kita bisa berdansa di tengah hujan kalau begitu?" Aku mengalihkan pembicaraan.

Tidak, aku tidak ingin mengingat sosok Atlantis saat ini. Mengingat laki laki itu malah membuatku semakin sedih. Sebab dalam sebulan terakhir, kira-kira tiga kali pribadi Atlantis hampir menguasai raganya, tetapi Samu selalu menahan dan menunda.

Atlantis selalu kalah dengan pribadi alternatifnya sendiri.

"Kalaupun hujan, kita tetap tidak dapat berdansa malam ini. Aku mungkin akan pulang larut malam." Samu membelai rambutku. Menatapku dalam.

Ah, benar. Samu akan menjalani terapi kognitifnya secara langsung di rumah sakit tempat dokter Fei praktek, untuk pertemuan terakhirnya.

Samu mengatakan bahwa ia sengaja mengatur jadwalnya di luar, sebab laki-laki itu sekalian akan mengunjungi galeri seni kontemporer miliknya yang terletak di pusat kota.

"Baiklah, tuan Glorious." Aku melepaskan pelukan kami, berjalan ke lemari untuk mengambil dasi hitam polos dan memakaikannya pada Samu.

"I'm gonna miss you, Mrs. Glorious."

"I'm gonna miss you too."

"Aku berjanji akan secepatnya pulang, dan menarikmu kembali dalam pelukanku," Samu mencium keningku. Ia diam agak lama di sana untuk menghirup dalam aroma tubuhku.

"Aku menantinya," Kucium pipinya, menatapnya dengan pandangan paling mendebarkan.

Harapan dan cinta kuberikan untuknya. Aku percaya bahwa kedua hal itu dapat mengalahkan rasa sakitnya.

Sebelum Samu benar-benar pergi bersama Moreo disisinya, laki-laki itu memberiku sebuah album foto usang.

Jantungku berdegup kencang kala mataku membaca ukiran indah namanya di sampul depan album usang itu.

' ATLANTIS' JOURNEY. '
All about our son.

Madrid, Spain. 1995.

• • •

Cursed,
Keys.

TBC.

Apa yang buat kalian tetap setia baca cerita ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang buat kalian tetap setia baca cerita ini?

Sebentar lagi sudah mendekati ending. Fyi, aku suka happy ending.

Akan ada part Atlantis muncul.

KeysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang