Bagian Satu

1.9K 175 10
                                    


c/w : harsh and bad words, age gap

(+) jennie is a meanie

;;

Malam minggu seharusnya menjadi waktu baik untuk sepasang kekasih memadu cinta. Namun saat ini berbeda. Di tengah hujan guntur pukul dua satu, Jennie dan pacarnya justru bertengkar. Mereka tengah berada di bawah halte, meneduh dari dua jam yang lalu namun hujan enggan mereda. Seolah mendukung kekacauan hubungan keduanya. Tidak terhitung pertengkaran yang telah terjadi.

"Sayang, dengerin dulu—"

"Mau putus ya putus!"

Sang lelaki tidak terima. Tangannya berusaha meraih bahu yang lain, meski pada akhirnya gagal karena pihak lain menghindarinya. "Maaf, tapi please, kasih aku kesempatan buat berubah. Aku janji nggak akan kayak gitu lagi, by."

Emosi Jennie kian tersulut. Kini ia tak sanggup menahannya lagi, segera makiannya terluapkan. "Bodo amat, anjing. Gue mau putus, bangsat. Ngerti nggak sih!??"

Sang lelaki sedikit terkejut, namun ia tidak heran lagi. Dalam hubungan keduanya, Jennie memang sering sekali mengumpat, hanya saja kali ini umpatan itu untuk pertama kalinya ditujukan kepadanya. "Sayang...."

"Kenyang gue makan sayang dari lo, ngentot! Udah sih, pergi aja. Gue nggak butuh lagi cowok modal kontol kayak lo!"

"Jennie.... Cantik, aku janji habis ini—"

Jennie sudah sangat menggelap. Tangannya sudah sangat ringan hingga menampar lelaki dengan muka memelas itu tanpa beban. "Lo. Ngentot. Sama. Cewek. Lain. Pakai. Mobil. Gue. MINIMAL KALAU SELINGKUH TUH MODAL DIKIT!"

Pihak lawan nampak tidak bisa berkata-kata lagi. Wajahnya kini benar-benar ditampar secara telak. Tenggorokannya terasa kering kerontang. Keberaniannya untuk meminta pengampunan telah menghilang. Wajahnya yang tebal telah terkelupas sehingga menjadi tipis bagai benang. Namun dia masih memiliki kepanikan yang dalam akan banyak hal.

Jennie menyadari kekhawatiran lelaki itu, ia yang sudah muak berkata dengan jengah, "Gue nggak akan perhitungin semua yang udah gue kasih. So better you fuck off. We are done, now. Get it?"

Lelaki itu merasa lega. Namun sedikit berat. Ia menjawab dengan canggung. "Oke... Maaf, ya." Ia melangkah menjauh beberapa langkah, namun akhirnya berbalik kemudian melanjutkan kata-katanya, "Makasih juga buat semuanya."

Jennie tidak menjawab dan hanya membiarkannya pergi menerobos hujan. Sementara dirinya dengan jijik memasuki mobilnya. Kepalanya ia tumbukkan di stir mobil, berharap otaknya menjadi sedikit waras. Pikirannya kalut, semuanya bercampur aduk. Lelaki yang baru saja ia putuskan bukan singkat berhubungan dengannya. Keduanya sudah berhubungan setidaknya hampir satu tahun. Dan ia sudah terlalu banyak memberikannya waktu, perhatian, bahkan semua kebutuhannya.

Namun apa yang didapatkannya adalah pengkhianatan. Bukan sekali ia mendapati mantannya bersama wanita lain. Ia telah berkali-kali pura-pura bodoh, mengabaikan tindakah perselingkuhan lelaki itu. Namun apa yang dilihatnya kali ini sungguh kelewat batas. Lelaki itu meminjam mobilnya untuk pergi ke kampus, namun bisa-bisanya si bangsat itu mengajak perempuan lain untuk menduduki pahanya dengan pakaian berceceran dimana-mana!?

Bajingan gila. Jennie sungguh jijik dengan apa yang sudah dilihatnya. Ia bahkan lebih jijik mengetahui bahwa wanita yang dibawa mantannya adalah seorang paruh baya dengan keriput di seluruh wajahnya!

"Mokondo, anjing. Gue kenapa sih!?"

Jennie ingin sekali menangis. Mengapa ia harus berpacaran dengan orang seperti itu. Dirinya menyesal sedalam-dalamnya. "Bangsat, malu-maluin anjing! Dibayar berapa si monyet sama tante girang, anjing. Anjing. Anjing!!!!!"

IN LAWS [TN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang