Halaman pertama

6 0 0
                                    

Tok…Tok…Tok…

“Sugeng enjing Raden, mangga mandhap dhateng ngandhap, sampun dipunentosi kalih Simbah.” Sahut Si Mbok dari depan pintu kamar ku yang masih tertutup rapat.

“Nggih, Mbok.” Jawabku sembari bergegas untuk sarapan bersama.

Setiap pagi, aku selalu mendengarkan ketukan pintu dari Si Mbok dan kata-kata mutiaranya yang tidak pernah berubah setiap harinya.

Ngomong-ngomong tentang Si Mbok, Si Mbok adalah ART di rumah ku, tapi aku sudah menganggapnya seperti Ibu ku sendiri karena Si Mbok telah bekerja di rumah Simbah dari aku belum lahir dan bahkan semenjak almarhum Ibu meninggal, Si Mbok lah yang menjadi teman curhatku, pengganti sosok Ibu di rumah.

“Assalamualaikum, Simbah, sasampunipun wangsul sekolah mangke, kula ajeng kesah sekedhap kangge madosi buku wonten toko buku caket sekolah nggih? Tanyaku pada Simbah.

“Waalaikumsalam, Nduk. Nggih, sing ati-ati ya.” Jawab Simbah sambil mengelus kepalaku lembut.

Di sekolah

“Itu, Nares.”

“Eh guys, ada Si Nares, tuh.”

“Selamat pagi tuan putri.”

Begitulah kira-kira bunyi catcalling yang setiap hari menjadi suguhan pagi hariku sebelum memasuki gerbang utama salah satu SMA di Kota Venetia Van Java.

“Eh, Nares akhirnya lo dateng juga.” Tanya Sasya (teman sebangkuku).

“Kenapa sya? Gue dipanggil guru?”

“Bukan, tapi ini lebih penting dari itu. Coba gue tanya, lo hari ini bawa jas lab nggak?”

“Tuh kan gue lupa, lo sih tadi malem nggak ingetin gue.”

Oiya, hampir lupa, Sasya adalah anak teman Si Mbok yang bantu izinin aku untuk bersekolah di sekolah negeri. Iya, kalian nggak salah denger kok, sekolah negeri.

Kringgg…Kringgg…Kringgg…

“Pelajaran MIPA hari ini adalah praktikum, jadi untuk kalian yang ingin mengikuti Pelajaran saya hari ini wajib menggunakan jas laboratorium.” Ucap Pak Jaka dengan nada tegas.

“Tttt-tapi Pak, untuk yang tidak membawa jas lab bagaimana?” Celetuk Nares dengan terbata-bata.

“Untuk yang tidak membawa jas lab, seperti biasa ya!” Tegas Pak Jaka.

Tanpa pikir panjang, aku, Sasya, dan anak-anak lain yang tidak membawa jas lab langsung keluar dari ruangan praktikum dan lari menyusuri lorong-lorong kelas berharap ada yang sudi untuk meminjamkan jas labnya pada kami.

Memang setiap hari akan ada beberapa kelas yang akan bergantian uji lab di ruang laboratorium untuk mata pelajaran MIPA, tapi sayangnya tak ada satu pun di antara kami yang hafal kelas dengan mata pelajaran MIPA di hari itu.

“Bukannya kelas XII-5 hari ini ada mata pelajaran MIPA juga ya, soalnya seingatku dulu kita pernah ketemu di toko peralatan laborat waktu mau ujian praktikum pertama.” Celetuk Sasya.

“Oke, kalo gitu kita langsung ke kelas XII-5 aja.” Jawab Nares dengan penuh harap.

Dengan Langkah kaki yang berjalan begitu cepat menyusuri lorong kelas, akhirnya kami sampai di depan kelas XII-5.

“Ih, kenapa kebetulan banget lo keluar!” Sapa Nares kepada laki-laki bertubuh jangkung yang baru saja keluar dari pintu bertuliskan XII-5.

“Ngapain lo sama temen-temen lo di depan kelas gue? Oh jangan-jangan kalian bolos barengan yah?” Tanya laki-laki itu dengan penuh amarah.

“Ih kok pada jadi rebut di sini sih lo berdua, oke jadi kita di sini tuh mau pinjem jas laboratorium karena kita pada lagi gak bawa ja situ dan kita disruh cari pinjeman atau…” Jelas Sasya sambal melerai perdebatan antara aku dan ketua OSIS.

“atau apa? Atau kalian bakal dihukum? Kalo jadi gue sih, mending dihukum aja sekalian, kan barengan.” Lanjut Raja (Ketua OSIS sialan yang selalu negur gue dimanapun dan kapanpun gue salah).

Tanpa pikir panjang kami langsung masuk ke kelas XII-5 dan menyingkirkan Raja dari depan pintu.

“Permisi semuanya, kenalin gue Nares dari kelas XII-1 dan gue di sini mewakili temen-temen gue yang ada di belakang gue sekarang buat minjem jas laboratorium. Apakah ada yang berkenan meminjamkan kami jas laboratorium?” Ucap Nares lantang.

Serentak semuanya langsung mengeluarkan jas laboratorium milik mereka tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Aku pikir, memang terkadang nama yang diembankan kepada ku “Raden Ayu”, ada gunanya juga.

Tanpa berlama-lama, kami pun langsung mengambil jas laboratorium dari tangan  para siswa XII-5 sebanyak yang kami butuhkan. Dan setelah itu, kami pun langsung bergegas keluar kelas dan kembali ke ruang laboratorium. Tapi, setelah beberapa Langkah berhasil keluar dari kelas si ketua OSIS menyebalkan itu, tiba-tiba…

“Nih, jas lab gue pinjem sama lo.” Pinta Raja dengan menyodorkan jas laboratorium miliknya.

“Iiii-ini beneran nih raja dan ratu akur, tumbenan banget, kesambet ya lo berdua.” Ejek beberapa teman-teman Nares.

"Ihh mending kita cepet-cepet ke kelas Pak Jaka, keburu telat dan malah kena omel + hukuman tambahan lagi." Gerutu Nares.

"Aniways, thanks pinjemannya, tapi ini gue udah ada pinjeman dari temen kelas lo." Tambah Nares sambil melihat ke arah Raja.

Tanpa menjawab satu kata pun dari kami, akhirnya Raja memilih untuk diam dan kami pun melanjutkan perjalanan menuju kelas Pak Jaka dengan sangat terburu-buru.

Jam Istirahat

Bruk...

"Eh, lo lagi, lo lagi, gak ada capek-capeknya ya lo gangguin hidup gue." Bentak Nares pada seorang laki-laki yang sangat disegani semua siswa di sekolah.

"Dih paan sih, siapa juga yang sudi ketemu sama orang yang suka bikin rusuh di sekolah." Jawab Raja dengan mata memicing.

"Eh, btw tadi gimana? jadi dihukum lagi ke sekian kalinya? Hahahahah. Tambah Raja dengan nada mengejek.

"Kecoakkk..." Teriak Nares ketakutan sambil tak sengaja memeluk erat Raja.

"Ihh enak aja lo main peluk-peluk, lo pikir gue cowok apaan." Bentak Raja kepada Nares sambil menarik paksa tangan nares yang memeluk badannya erat.

Nares pun akhirnya berdiri kaku seolah tak percaya dengan kejadian yang baru saja ia alami. Dan, Nares memilih untuk berlari pergi meninggalkan Raja yang berdiri mematung di depannya.



Untuk edisi halaman pertama, aku cukupkan sampai di sini dulu yaa!! eits nanti bakalan sering-sering up kok tenang aja. I hope u guys like it this part, so stay tune for the next!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gusti Raden Ayu NareswariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang