.
Pesta makan malam di Burrow telah begitu padat. Sejak mengetahui Harry ikut bergabung pada kesempatan kali ini, Molly Weasley bersikeras mengumpulkan seluruh anggota keluarga. Bahkan bersedia meluangkan banyak waktu mencabut paksa Ron dan Hermione dari masing-masing kesibukan. Bangga mengetahui tidak ada yang bisa menolak apabila Nyonya Weasley sudah turun tangan.
"Kau tahu selalu diterima di sini, Harry. Jadi jangan sungkan untuk menyempatkan diri mengunjungi Burrow."
Mencoba tetap riang, Molly Weasley menyampaikan keberatan atas minimnya kehadiran Harry di Burrow. Sejak tumbuh dewasa, berkumpul bersama secara utuh menjadi minim. Selalu ada kesempatan di mana salah satu atau kedua orang dari trio emas tidak akan menghadiri undangan rutin makan malam keluarga Weasley. Dari banyak kesempatan, Harry paling banyak absen.
Mata Molly berkedip memperhatikan canggung Harry memaksakan senyum meraih gelas air minum, meneguk sedikit lalu mengangguk menanggapi, "Maaf, pekerjaanku membuatku tertahan."
Senyum menggoda tak luput dari wajah, nakal matanya melirik Harry dan putri bungsunya bergantian. "Akan kupastikan Ginny menjemputmu di waktu berikutnya."
"Bu!" Nyaris tersedak Ginny Weasley menegur sang ibu. Rona wajah gadis cantik bungsu Weasley itu memang terlihat normal, tapi Molly jauh lebih tahu bahwa ada pergolakan batin di dalam. Adalah kesenangannya melihat percikan api di meja makan.
Ginny menyukai Harry. Sangat suka.
Seorang ibu mengenal baik putrinya bukan?
Molly membayangkan akan indah apabila Harry bisa bersama putrinya. Dia masih mengingat perasaan bahagia ketika ditahun keenam Harry dan Ginny berkencan. Harry adalah anak baik dan sopan, tidak ada keraguan bahwa putrinya tidak akan terawat apabila bersanding dengan seorang Harry Potter. Sejak di tahun pertama, Molly sudah mendengar cerita tentang Harry melalui surat-surat yang dikirim rutin oleh putranya—Ronald. Molly bahkan semakin tersentuh ketika Harry menyelamatkan putrinya dari pengaruh sihir gelap.
Hati Molly tumbuh untuk menyayangi Harry.
Harry sudah seperti anaknya. Bukan karena dia adalah Anak Laki-laki yang Terselamatkan seperti kata orang-orang menjulukinya, tapi memang semua tulus sebagaimana adanya murni kasih sayang karena dia hanya Harry Potter. Harry adalah anak tidak beruntung hidup dengan kurang kasih sayang membawa ancaman kematian sejak lahir, cukup menyakitkan apabila tidak bisa melakukan sesuatu untuk Harry. Hati Molly bahkan terkoyak ketika perang sempat melihat tubuh kaku Harry dibawa bersama rombongan penyihir gelap. Seandainya Harry tidak hidup, Molly tahu dunianya tidak akan lengkap lagi.
Memang sudah ada enam orang anak laki-laki di keluarga Weasley, tapi Molly memiliki rahasia kecil bahwa Harry tetap menjadi favoritnya.
"Ah, aku lupa." Molly berdiri membuka botol anggur, riang menghampiri tempat duduk Harry.
"Kau harus meminumnya malam ini, Harry. Tidak alasan untuk menolak," ucap Molly tanpa perlawanan lalu berpindah pada gelas kosong milik gadis ikal duduk di sebelah kiri Harry. "Kau mau juga Hermione sayang?"
Gadis itu—Hermione panik menggeleng, bahkan terlalu cepat menarik gelas menghindar menyebabkan beberapa tetes anggur menodai meja. Molly mengernyit, Hermione bukan tipe yang suka menolaknya meski hanya untuk basa-basi. Janggal melihat gadis itu memperbaiki ekspresi panik menjadi senyum normal.
"Pencernaanku sedang bermasalah, Nyonya Weasley. Dokter sudah melarangku minum sesuatu yang keras."
Lidah Molly gatal ingin bertanya, tapi pada akhirnya hanya mengangguk beralih mengisi gelas lain. Rasanya tidak bijak membongkar sesuatu ketika Harry tampak mencuri lirikan—akan mencoba terlibat apabila Molly masih bersikeras. Molly memperhatikan Harry sudah beberapa kali tertangkap sedang berusaha mencari kontak mata dengan Hermione. Sayang gadis tercerdas lulusan Hogwarts itu masih terus menunduk—pastinya menghindar. Daripada berbicara normal, mereka terlalu banyak diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Familia
FanfictionMolly Weasley menginginkan Harry menjadi bagian anggota keluarga, tapi Harry tidak menginginkan keluarga Weasley. Harry ingin keluarganya sendiri. . . Harry Potter © J. K. Rowling