1

1 0 0
                                    

Seorang gadis tengah fokus menatap laptop yang ada di atas kakinya,  tangannya bergerak lincah mengetik kata demi kata dalam layar laptop.

Drrtt drttt

" Apa. " tanya nya to the point setelah nama sahabatnya tertera di layar ponsel.

" Lo lagi ngapain?  Temenin gue shopping kuy. " ajak temannya di sebrang sana.

" Gak bisa gue lagi dikejar deadline, besok harus udah beres terus langsung dikasih ke pak Tino jam 8 pagi mana masih banyak lagi kerjaan gue huft.  " menghela nafas.

" Yah ga asik lo, yaudah deh besok aja nungguin lo beres kerjaan. " ucap gadis di sebrang sana.

" Yaudah udah dulu gue lagi pusing denger suara lo tambah pusing pala gue. "

" Sialan yaudah bye. "

Tut

Renima Hardigunanda adalah seorang mahasiswi jurusan IT semester akhir di EXIGO University. Ia mempunyai sahabat bernama

Ersyila Ayuningtyas , mereka berteman sejak SMA dan meneruskan kuliah bersama di universitas yang sama. Bedanya mereka tidak satu jurusan yang mana Ersyila mengambil jurusan kedokteran.

Renima tinggal sendiri di apartemen yang orang tuanya kasih supaya dia bisa kuliah dengan nyaman karena rumah orang tuanya dan kampusnya cukup jauh jika ditempuh bolak balik. Jadi ia memutuskan untuk tinggal di apartemen. Berbeda dengan Ersyila, rumah gadis itu memang lumayan dekat dengan kampus mereka jadi dia tidak perlu repot-repot untuk tinggal sendiri di apartemen.

" Hahhh akhirnya beres juga. " ia menoleh ke arah jam ternyata sudah jam 2 malam.

" Lama juga nih gue ngerjainnya."

" Pengen tidur tapi belum mandi tapi gabisa tidur kalo belum mandi. " lanjutnya.

Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk kesayangannya itu. " Gausah mandi ajalah kali kali,  lagian besok juga mandi pagi."

Akhirnya dia memutuskan untuk segera masuk kedalam mimpi dengan nyenyak sebelum menghadapi kenyataan besok pagi.

Kringgg......  Kringggg......

Matanya perlahan lahan terbuka karena mendengar suara bising dari arah jam wakernya di atas nakas, ternyata masih jam 6 pagi.

Sebenernya Renima sangat malas untuk bangun kalau tidak ada jadwal pemeriksaan skripsi pagi ini,  bisa-bisa ia tidak lolos dan mengulang semester. Oughhh ia tidak bisa membayangkannya dan harus buru-buru masuk kedalam kamar mandi supaya tidak terlena dengan keempukan kasur dipagi hari.

Setelah semuanya beres dan sarapan, Renima segera berangkat ke kampus karena jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Perjalanan dari apartemen menuju kampus paling 1 jam jadi pas banget lah yang yang penting on time ngapain datang lebih awal yang ada malah bikin boring.

Renima turun dari mobilnya dan berjalan menuju gedung kampusnya sambil memeriksa barang-barang yang ia bawa, tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang mengalir dari hidungnya saat tangannya meraba area hidung yang basah betapa kagetnya bahwa itu darah.

" Ah sial ngapain mimisan sekarang sih gak liat sikon banget." gerutunya.

Lalu ia menengadahkan kepalanya ke atas dan matanya dibuat silau oleh cahaya yang menusuk matanya sampai dia menutup matanya lalu...

BRUK....

Eungh....

Gadis yang terbaring di atas kasur empuk dengan seprai berwarna hijau tosca itu perlahan menggeliat dan membuka matanya.

Matanya mengerjab dan memperhatikan seluruh ruangan yang sekarang ia tempati.

" Gue dimana anjir. " dengan suara lirih dia bertanya kepada dirinya sendiri sebab tidak ada satu orangpun di dalam ruangan itu.

Dengan pelan-pelan ia mulai bangun dan terduduk sambil memegang kepalanya yang terasa sangat berat seperti gas lpg 10kg.

" Apa karna tadi mimisan terus gue pingsan terus dibawa sama orang kesini?  Tapi kenapa ga dibawa ke uks aja ya atau rumah sakit gitu. " tampak jelas raut kebingungan dan bertanya-tanya dari mukanya.

" Tapi siapa sih yang iseng banget bawa gue kerumahnya bahkan ke kamarnya. "

Akhh..

Tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit dan sekelebat bayangan muncul di otaknya.

" Itu apaan anjir mana gak jelas lagi itu bayangan apaan, blur banget gilak." gerutunya.

" Wah ada yang gak beres nih sama ini tempat, yakali gue mau dijadiin tumbal pesugihan. " tanyanya tidak percaya.

" Gak bener nih, gue harus buru-buru kabur nih sebelum bener dijadiin tumbal. " tanpa dia sadari suaranya berubah menjadi suara orang lain.

Saat Renima menggerakkan kakinya turun dari atas kasur dia merasakan kakinya nyeri dan linu, saat matanya mengarah kearah kakinya ia sungguh dibuat terkejut dengan keadaan kakinya yang agak bengkak dan ada tanda merah melingkar di pergelangan kaki kanannya.

" Waahhhh bener-bener gak beres nih rumah masa baru aja bangun kaki gue udah kayak gini, pokoknya gue harus cepet-cepet kabur dari sini. " tekadnya.

" Eh tunggu tunggu... kok...  kaki gue agak beda ya? Agak pendek gimana gitu.... "

" Eh Eh gilakk!  SUARA GUEEEEE. " seketika otaknya ngeblank memikirkan apa yang sedang terjadi kepada dirinya saat ini.

Hiks..

" Gue kenpa hiks... masa..  masa..  suara gue jadi aneh kayak gini hiks... huwaaaaa mama....  huhuhu anakmu mau dijual organ-organnya. "

" Papiiii tolongin imaa pi hiks ima gamau disini ima gamau di potong-potong terus orgam ima dijual hiks... hiks..."

Brak...

Tiba tiba pintu ruangan itu di dobrak dan muncul seorang lelaki tinggi, putih, tampan dan...  errrr macho di ambang pintu.

" Apaan si lo teriak-teriak gajelas siapa juga yang mau jual organ lo itu, cih mana laku. " matanya memicing sinis melihat seluruh tubuh renima dengan jijik melihat keadaannya yang jauh dari kata baik-baik saja.

Renima hanya melongo melihat lelaki itu sambil otaknya mencerna apa dan siapa makhluk yang ada di depannya ini.

BRUKK!

Lelaki itu kembali menutup pintunya dengan keras yang membuat gadis itu tersentak kaget.

" Woi lo siapa anjing tiba-tiba datang terus berani bilang kayak gitu sama gue. " teriaknya ke arah pintu yang tadi tempat berdirinya si laki-laki rese.

Karena tidak ada jawaban di balik pintu itu,  Renima kesal dan tangannya terangkat ke atas dan meninju ninju udara. Kakinya juga menendang nendang udara.

" Argh anjing sakit banget kaki gueee pasti tuh cowok yang buat gue kayak gini,  awas aja. " matanya memicing menatap pintu tadi dan membara dipenuhi dengan pancaran permusuhan.

Sementara itu di lain tempat seorang gadis tengah menangis tersedu-sedu melihat sahabatnya terbaring lemas di atas brankar rumah sakit,  dan wajahnya begitu pucat seakan darah tak lagi mengalir di dalam tubuhnya.

" Ima kan gue udah bilang hiks sama lo hiks, kalo hari ini kita harus shopping  hiks,  gue udah nunggu lo beres ngerjain skripsi dari kemaren supaya bisa jalan bareng hiks, tapi lo malah tidur disini.... cepet bangun ima hiks masa lo tega ngediemin gue kayak gini. " mata gadis itu sudah bengkak karena dari tadi dia menangis setelah mendapat kabar bahwa sahabatnya tiba-tiba pingsan dengan darah yang mengalir dari hidungnya.

Pagi itu,  syila masih tidur nyenyak di atas kasur empuknya. Tiba-tiba ponselnya berdering, awalnya ia mengabaikan itu tapi karena terus menerus berdering mau tidak mau dia mengangkatnya.

Saat ponselnya menempel pada telinganya ia langsung dibuat shock dengan apa yang di dengarnya di sebrang sana dan membuatnya langsung bangun bergegas keluar dengan mata yang berderai air mata.





































Hai hai gaiseu..

Yuk follow dulu akun Zze jangan lupa komen sama vote yaa

Papay😘

It's HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang