“Kenapa honey? Kamu tampak sangat ketakutan? Ceritakan pada mama.”
“Pria di dalam cermin itu mulai datang lagi ma, aku takut, dia semakin nyata dan mulai keluar dari dalam cermin itu, dia..dia..”
“Sssh ...Jangan takut, kamu bisa tidur disini honey tenang saja.”
“Baiklah mama.”
Charlotte yang kala itu masih berusia 15 tahun sangat takut dengan sosok pria yang ada di cermin, ia ingin cermin itu diganti dengan cermin baru, sementara itu ia takut untuk tidur di kamarnya seorang diri.
Ratu Ersy menduga bahwa putri bungsunya mengidap penyakit halusinasi yang berlebihan, Charlotte setiap minggunya di terapi oleh tabib-tabib istana, membuat Charlotte malu karena saudara-saudaranya mengira ia mengidap gangguan kejiwaan.Suasana malam itu berjalan seperti biasanya, keluarga kerajaan sedang menyantap hidangan makan malamnya.
“Berikan sup itu padaku Charlotte, mama hanya memasakkan sup itu kepadaku, bukan untukmu.”“Chara, kamu tidak seharusnya bersikap itu pada adikmu, ayo kalian harus berbagi.”
“Berbagi? Ah menjijikkan sekali, aku tidak ingin berbagi sup dengan anak gila ini mama.”
“Chara benar ma, seharusnya ia harus makan di ruang isolasi kejiwaan, hahaha.”
“Cukup kalian berdua! Diam dan lanjutkan makan malam kalian.” Raja Cameroon membentak dua anak gadisnya.
Chara dan Chasey tertunduk dan melanjutkan makan malam mereka, sementara Charlotte yang duduk di samping ibunya menahan diri untuk tidak menangis.Makan malam telah usai, Charlotte kembali ke kamarnya untuk tidur, ia menolak ajakan mamanya untuk tidur bersama, juga karena tekanan dari saudaranya yang melarang Charlotte untuk tidur dengan kedua orang tuanya.
“Apakah aku benar-benar mengalami gangguan kejiwaan? Apakah aku benar benar gila?” Charlotte memandangi pantulan wajahnya di cermin, masih dengan cermin lama karena pesanan cermin yang ia inginkan belum datang.
“Aku heran kenapa mereka sangat
membenciku, sejak berusia 5 tahun mereka selalu mengucilkanku dan menjauhiku, bahkan mengajak teman-temanku untuk menghindar jika aku datang.”
Angin mulai berhembus kencang dari jendela, Charlotte lupa untuk menutup jendela dan menarik gordennya, ia beranjak dari kursi dan menutup pintu jendela dengan rapat. Ia kembali menoleh ke arah cermin dan tiba-tiba.
“Sejak kapan pantulan di cerminku berubah?” Charlotte mendekati cermin itu dan melihat dengan jelas sebuah pemandangan perkotaan yang padat, banyak bangunan persegi panjang yang tinggi menjulang, menyala.
Charlotte terheran-heran.“Apalagi ini, siapa yang melukis ini di cerminku?” belum sempat ia berpikir, tiba-tiba seseorang mulai berbicara dari dalam cermin itu.
“Datanglah padaku, Charlotte, aku menunggumu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Underworld Revolutia
Fantasytentang sebuah kisah Putri Charlotte dengan skizofrenia yang merubah hidupnya