Moonlight | Nomin

序幕;零

- Di bawah sinar bulan aku melanggar sumpahku -

Di sebuah istana, di dalam ruang latihan dan diantara pilar pilar tinggi yang menjulang terdapat sepasang pemuda tengah bertarung, satu pemuda menggunakan pedang dengan pinggiran emas sedangkan satu lainnya menggunakan pedang panjang hitam yang terus menebas pedang emas milik lawannya. Jaemin pemuda dengan pedang di tangannya terus melangkah mundur, menerima pukulan demi pukulan pada pedang di tangannya. Jubahnya beberapa kali terkoyak oleh pedang milik pengawalnya – jeno. di bawah tekanan yang terus di terimanya jaemin pun tumbang, ia tersungkur di samping pilar. Pipinya ungu, beberapa bercak darah dan kotoran menghiasi bajunya.

“Pangeran, kau bahkan tidak sama sekali berkembang belakangan ini, ada apa dengan mu?” jeno menarik tangan jaemin, memeriksa tubuh dan aliran energi milik jaemin. Ia juga mengalirkan energi miliknya.

Jaemin, “Kau diam lah, aku lelah. Cepat bawa aku ke istana!” ia mengulurkan kedua tangannya meminta di papah oleh pengawalnya. Sebelum ia memapah jaemin, jeno memutar bola matanya malas.

Jaemin, “Dasar tidak sopan! Barusan apa kau memutar bola matamu?”

jeno berdecak, “Yang mulia, kau ini berisik sekali” sembari memapah jaemin, jeno memungut beberapa potongan jubah putih dengan bordir emas berlambang teratai milik jaemin.

Kerajaan teratai putih (White Lotus), seperti namanya kerajaan ini berada di tengah danau luas dengan hamparan teratai putih. Gedung kerajaan ini berwarna putih dan emas yang bermakna suci dan makmur. Berlambangkan teratai dengan latar putih, kerajaan ini di juluki danau suci. Pemimpin white lotus ialah seorang kesatria tangguh dengan latar belakang yang dermawan, bertampang tampan dengan postur tubuh tegap dan gagah.

Na Yutaka ia memimpin kerajaan semenjak usianya yang ke 20 tahun, ketika ia berkelana ia bertemu dengan pendeta cantik yang tinggal di kuil. Mereka pun menikah ketika Yuta di nobatkan, dan menjadi salah satu perayaan terbesar dalam sejarah. Satu tahun pernikahan, mereka di karuniai seorang anak, laki-laki dengan paras cantik, memiliki bulu mata panjang dan kulit seputih mutiara. Ia lahir ketika Matahari, bumi dan bulan sejajar, pada saat gerhana bulan total yang ke 100. Karena lahir bertepatan dengan gerhana bulan ia memiliki tanda lingkaran pada telapak tangannya dan kedua bola mata dengan warna yang berbeda. Mata kirinya berwarna perak dan kanan berwarna coklat terang.

Karena kelebihan yang di milikinya, jaemin tumbuh tanpa bersosialisasi, ia di kucilkan, tidak ada yang mau berteman dengan dirinya. Ketika ia berulang tahun yang ke 15 tahun, bulan purnama yang ke 5 dalam tahun itu tanda di tangannya berkedut sakit dan panas, tanda itu bersinar perak. Tabib pun tidak tahu apa yang terjadi pada jaemin.

Semenjak itu kedua orang tuanya menjaganya dengan ketat dan mengangkat seorang prajurit muda yang berusia 18 tahun bernama Lee Jeno. latar belakang pemuda itu sangatlah sedikit, istana hanya tau jika ia di angkat oleh seorang tukang pencuci baju di usia 5 tahun yang memukan jeno di semak belantar dengan keadaan salah satu matanya merah bengkak. Dengan sepenuh hati wanita itu merawat jeno. Karena keadaan wanita itu tengah sakit keras yang sudah ia derita selama puluhan tahun, ia pun meninggal kala jeno menginjak usia 12 tahun.

Di usia semuda itu jeno memperjuangkan hidupnya, ia bekerja serabutan, mencuri makanan dan di pukuli. Apapun ia lakukan demi sepotong ubi rebus. Keadaan mata kirinya yang di perban selama bertahun tahun semakin memburuk, hingga pada akhirnya ia mencongkel mata kirinya. Di usia 16 tahun ia ikut dalam pelatihan prajurit kerajaan, menghabiskan semua tabungan yang sudah ia kumpulkan. Menginjak usia 18 tahun untuk pertama kalinya jeno bertemu dengan Raja Teratai putih dan di angkat menjadi pengawal pribadi putra mahkota.
Dan kini ia tengah memandikan si pangeran bulan.

Jaemin, “Gosok lah lebih keras!.. Aduh!, aduh! itu terlalu keras!” Di tengah bak mandi jeno menggosok punggung mulus jaemin dengan sabun, dia masih berpakaian lengkap.